• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Keislaman

Bagaimana Status Puasa Orang yang Kehujanan?

Bagaimana Status Puasa Orang yang Kehujanan?
Tampak beberapa santri sedang bermain di tengah derasnya hujan (Foto:NOJ/oswas)
Tampak beberapa santri sedang bermain di tengah derasnya hujan (Foto:NOJ/oswas)

Awal bulan Ramadhan, sejumlah daerah diguyur hujan, bahkan ada yang banjir. Orang yang kehujanan atau terguyur hujan, air hujan yang turun dari langit, membasahi tubuh, mulai dari atas hingga bawah. Besar kemungkinan air hujan memasuki rongga-rongga atau lubang tubuh. Bagaimana jika terjadi pada orang yang menjalani puasa?
 

Ulama memberikan beberapa ketentuan puasa itu batal dan tidak, ketika kemasukan ke dalam rongga tubuh, termasuk air (baik kehujanan dan mandi). Berikut ketentuannya.


1. Puasanya tidak batal walaupun hujan lebat atau air mengguyur (saat mandi). Jika kehujanan atau penggunaan air (mandi) itu karena beraktivitas yang menjadi keharusan atau bahkan kewajiban, seperti bepergian ke tempat kerja, menghadiri shalat Jumat, sedang bekerja di tempat kerja (sawah, ladang dan lainnya), mandi janabah, atau membersihkan badan dari najis.


2. Puasanya tidak batal jika hujan yang mengguyur tubuh seseorang terjadi saat sedang santai atau mengerjakan pekerjaan yang mubah, tanpa berlebihan, seperti jalan-jalan, mencuci kendaraan di saat hujan, dan lainnya asal tidak terlalu lama diguyur hujan atau tidak berlebihan mengalirkan air ke tubuh (jika mandi di kamar mandi).


3. Membatalkan puasa jika diguyur hujan atau menggunakan air ke tubuh dalam aktivitas yang tidak dianjurkan untuk dikerjakan seperti mandi hujan untuk menyegarkan tubuh, mandi menyelam ke sungai, membasuh muka ke air hujan dengan mendongok, dan lainnya.


Penjelasan di atas diterangkan dalam kitab 'Ianatut Thalibin Syarh Fathul Mu'ien oleh Syaikh Abu Bakar Syatha.


فلو غسل أذنيه في الجنابة فسبق الماء من احداهما لجوفه: لم يفطر، وإن أمكنه إماله رأسه أو الغسل قبل الفجر. كما أذا سبق الماء إلى الداخل للمبالغة فى غسل الفم المتنجس لوجوبها: بخلاف ما إذا اغتسل منغمسا فسبق الماء إلى باطن الاذن أو الانف، فإنه يفطر، ولو فى الغسل الواجب، لكراهة الانغماس: كسبق ماء المضمضة بالمبالغة إلى الجوف مع تذكره للصوم، وعلمه بعدم مشروعيتها، بخلافه بلامبالغة، وخرج بقولي عن نحو جنابة: الغسل المسنون، وغسل التبرد، فيفطر يسبق ماء فيه، ولو بلا انغماس (إعانة الطالبين على حل الفاظ فتح المعين: ج ٢، ص ٢٣٤)


Dengan demikian, umat Islam yang kali ini terguyur hujan deras di beberapa daerah, puasanya tidak batal, kecuali melakukan hal-hal yang tidak dianjurkan dan dapat membatalkan puasa.


Keislaman Terbaru