• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 2 Mei 2024

Keislaman

Bahaya Hoaks dan Anjuran Tabayyun dalam Al-Qur'an

Bahaya Hoaks dan Anjuran Tabayyun dalam Al-Qur'an
Ilustrasi hoaks. (Foto: NOJ/kominfo)
Ilustrasi hoaks. (Foto: NOJ/kominfo)

Di zaman yang serba modern ini, teknologi dan sosial media berkembang sangat pesat, akan tetapi sebagian orang masih banyak yang tidak dapat menggunakan kecanggihan teknologi dengan benar.

 

Hal ini dibuktikan dengan penyebaran berita hoaks semakin banyak dan masif bahkan berita semacam itu sampai kepada para elite pemerintahan. Sedangkan masyarakat menganggapinya sebagai sebuah kebenaran, karena suatu kebohongan yang selalu disuarakan lama kelamaan akan menjadi suatu kebenaran. 

 

Jauh dari itu, sejatinya berita bohong atau hoaks sendiri sudah ada pada zaman para sahabat Nabi, yang dikisahkan dalam QS An-Nur ayat 11:

 

إنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ ۚلَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ ۖبَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۚلِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ ۚوَالَّذِي تَوَلَّىٰ كِبْرَهُ  مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ (النور : ١١)

 

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah kelompok di antara kamu (juga). Janganlah kamu mengira bahwa peristiwa itu buruk bagimu, sebaliknya itu baik bagimu. Setiap orang dari mereka akan mendapat balasan dari dosa yang diperbuatnya. Adapun orang yang mengambil peran besar di antara mereka, dia mendapat azab yang sangat berat."

 

Menurut Syekh Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsir Wajiz menjelaskan, bahwa ayat di atas mengecam mereka yang tanpa bukti menuduh Aisyah berbuat zina, padahal mereka yang menyebarkan berita bohong itu dari golongan kaum muslimin seperti halnya Abdullah bin Ubay, Zaid bin Rafa'ah, Hasan bin Tsabit, Misthah bin Atsatsah, Humnah binti Jahs dan orang-orang yang juga ikut membatu menyebarkannya.

 

Dari penggalan ayat al-Qur'an di atas dapat diambil suatu pelajaran bahwa berita bohong yang dinarasikan dan disebarkan itu bisa menimpa siapapun tergantung tujuan dari yang membuatnya. Kita yang menerima informasi semacam itu janganlah langsung menyebarkannya, karena itu bisa menjadikan kita golongan mereka (orang yang membuat berita bohong tersebut). Maka dari itu al-Qur'an memerintahkan kita dalam surat al-Hujurat ayat 6, untuk bertabayyun atau mencari fakta dari berita yang tersebar itu.

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا ۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ (الحجورات : ٦)

 

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuanmu yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu."

 

Dalam literatur kitab salaf juga dijelaskan tentang haramnya memproduksi sekaligus menyebarkan broadcast, berita dan propaganda yang bertujuan menebarkan kebencian, adu domba dan menyulut isu SARA di tengah masyarakat, baik dengan konten nyata (fakta) maupun hoaks. Pemerintah juga wajib menghukum para pelaku yang terlibat dalam kebohongan, adu domba, mencemarkan nama baik, membuat fitnah di tengah masyarakat dll. Dan pemerintah wajib menghukum para pelaku yang terlibat di dalamnya. 

 

إسعاد الرفيق الجزء الثانى ص : 105 (دار إحياء الكتب العربية)

(و) منها (كتابة ما يحرم النطق به) قال فى البداية لأن القلم أحد اللسانين فاحفظه عما يجب حفظ اللسان منه أى من غيبة وغيرها فلا يكتب به ما يحرم النطق به من جميع ما مر وغيره وفى الخطبة وكاللسان فى ذلك كله أى ما ذكر من آفات اللسان القلم إذ هو أحد اللسانين بلا جرم أى شك بل ضرره أعظم وأدوم فليصن الإنسان قلمه عن كتابة الحيل والمخادعات ومنكرات حادثات المعاملات إلى أن قال وتأمل أدب الشافعي مع فاطمة رضي الله عنهما حيث قال في حديث لو سرقت فاطمة إلخ لو سرقت فلانة لا مرة شريفة لقطعت يدها فكنى عن اسمها وإن كان أبوها سماها باسمها. 


Maka dari itu, kita sebagai masyarakat yang peduli dengan lingkungan agar membangun kesadaran literasi dan menyadarkan masyarakat atas bahaya hoaks, membiasakan tabayyun dalam menerima berbagai informasi dan tidak langsung mempercayainya sebagai suatu kebenaran. Serta selalu selektif dalam dalam menyebarkan informasi dan tidak ikut-ikutan menyebarluaskan informasi yang berdampak menyulut kebencian dan fitnah di tengah masyarakat.

 

Penulis: M. Rufait Balya Barlaman


Keislaman Terbaru