• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Keislaman

Empat Peristiwa Besar di Bulan Ramadhan

Empat Peristiwa Besar di Bulan Ramadhan
Dalam bulan Ramadhan terdapat sejumlah peristiwa penting selain dikenal sebagai bulan puasa (Foto: NOJ/ pinterest)
Dalam bulan Ramadhan terdapat sejumlah peristiwa penting selain dikenal sebagai bulan puasa (Foto: NOJ/ pinterest)

Bulan Ramadhan bukan hanya bulan yang sangat istimewa sebab keberkahan yang dijanjikan di dalamnya. Bulan Ramadhan juga meninggalkan sejumlah peristiwa-peristiwa penting yang pernah terjadi dalam sejarah Islam dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 

Hal itu tentunya patut diketahui dan ditanamkan betul dalam sanubari generasi muda saat ini agar menjadi sebuah pelajaran berharga dan sebuah momentum membangkitkan semangat dengan mengingat kembali sejarah tersebut.
 

Peristiwa tersebut antara lain adalah:
 

Nuzulul Qur'an
 

Inilah peristiwa besar yang pernah terjadi di Bulan Ramadhan. Peristiwa turunnya Al-Qur'an tentunya menjadi momen penting penting bagi Umat Islam. Al-Qur'an merupakan kitab suci Umat Islam yang menjadi pedoman hidup di semua aspek kehidupan.
 

Al-Qu'ran diturunkan pertama kali oleh Allah dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia, dan juga dari langit dunia pertama kali diturunkan kepada Rasulullah melalui Malaikat Jibril pada Bulan Ramadhan, seperti yang dijelaskan pada surat Al-Baqarah potongan ayat 185.
 

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ ....الاية
 

Artinya: Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)..."
 

Dalam Kitab At-Tibyan fii Uluumil Qur'an Karya Syaikh Muhammad Ali As-Shobuni Halaman 14 dijelaskan:
 

كان بدء نزول القران الكريم في السابع عشر من رمضان لاربعين سنة خلت من حياة النبي محمد عليه الصلاة والسلام، فبسنما كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يتحنث اي يتعبد في غار حراء، اذ نزل عليه الوحي جبريل الامين بايات الذكر الحكيم، فضمه الى صدره ثم افلته فعل ذلك ثلاث مرات. وهو يقول له في كل مرة (اقراء) والرسول الكريم يجيبه "ما انا بقارئ" اي لست اعرف القراءة، وفي المرة الثالثة قال له:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)

 

Artinya: Awal turunnya Al-Qur'an Al-Karim pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke 40 dari kehidupan Rasulullah SAW. Saat itu Rasulullah sedang beribadah di Gua Hira, maka tiba-tiba datang Malaikat Jibril dengan membawa ayat-ayat Al-Qur'an, kemudian Jibril mendekap Rasulullah kedadanya kemudian melepaskannya, hal itu dilakukan Jibril sampai tiga kali, dan disetiap dekapan Jibril memerintahkan Rasulullah untuk membaca "Bacalah", dan Rasulullah selalu menjawabnya "aku tidak bisa membaca". Dalam dekapan ketiga, kemudian Jibril membacakan lima ayat dalam surat Al-Alaq kepada Rasulullah.
 

Proses turunnya Al-Qur'an seperti yang dijelaskan oleh Syaikh Ali As-Shobuni di halaman 33 dalam kitabnya tersebut dijelaskan melalui dua tahap yang berbeda.
 

الاول: من اللوح المحفوظ الى السماء الدنيا جملة واحدة في ليلة القدر. الثاني: من السماء الى الارض مفرقا في مدةثلاث وعشرين سنة
 

Artinya: Pertama: Al Qur'an diturunkan dari Lauhul Mahfud ke langit dunia seketika (lengkap) pada malam Lailatul Qadar. Yang kedua diturunkan dari langit ke bumi (kepada Rasulullah) secara berangsur-angsur selama 23 tahun.
 

Namun seperti yang dijelaskan, wahyu pertama yang diterima Rasulullah terjadi pada tanggal 17 Ramadhan di Gua Hira, selanjutnya wahyu diturunkan juga selain Bulan Ramadhan.
 

Perang Badar Qubro (Badar ke II)
 

Disebutkan dalam buku karya Abu Bakr Sirajuddin atau Martin Lings yang berjudul Muhammad, Halaman 266, Perang ini terjadi pada Hari Jum'at 17 Ramadhan 2 Hijriah yang bertepatan dengan tahun 623 M. Penyebab peperangan ini ialah ketika umat Islam meninggalkan harta bendanya di Makkah ke Madinah karena kekejaman kaum kafir yang kemudian oleh kaum kafir Makkah dijarah sedikit dan hendak dijual ke negri Syam. 
 

Rasulullah SAW mendapat laporan rombongan dagang kaum Quraisy yang dipimpinan Abu Sufyan bin Harb sebanyak 40 orang pulang berniaga dari negri Syam menuju kota Makkah. Maka 313 tentara Islam mencegat kafilah itu sebelum sampai ke Makkah di dekat sebuah sumur di lembah Badar.
 

Mengetahui hal itu Abu Sufyan minta bantuan dari Makkah sebanyak 950 tentara. Jumlah yang timpang tak membuat kaum Muslimin mundur, dengan tekad bulat dan keimanan kuat tetap melawan pasukan Kafir Quraiys yang sangat banyak.
 

Peperangan diawali adu tanding perorangan, Ali bin Abi Tholib, Hamzah bin Abdul Mutholib dan Ubaidah bin Harits dari pihak Islam, melawan Walid bin Utbah, Syaibah bin Robi’ah dan Utbah bin Robi’ah dari pihak Quroisy. Akhirnya 3 jagoan Quroisy itu terbunuh. Berkobarlah peperangan dan dimenangkan Kaum Muslimin.
 

Sebanyak 70 orang terbunuh dari pihak musuh termasuk Abu Jahl bin Hisyam dan 70 orang termasuk sepupu Nabi Uqoil bin Abi Tholib menjadi tawanan. Sedangkan dari pihak Islam yang gugur 14 orang termasuk Ubaidah bin Harits. 
 

Fathu Makkah (pembebasan kota Makkah)
 

Peristiwa ini terjadi pada tanggal 20 Ramadhan tahun 8 Hijriah. Peristiwa ini disebabkan Bani Bakr (sekutu Quraiys) yang cekcok dengan Bani Khuza’ah (sekutu Islam), kemudian Kaum kafir Quraisy membantu Bani Bakr untuk menyerang Bani Khuza’ah, 20 orang Khuza’ah mati terbunuh. Hal itu otomatis menjadikan kafir Quraisy melanggar perjanjian gencatan senjata atau yang dikenal dengan perjanjian Hudaibiyah yang telah dijalin sebelumnya dengan Umat Islam.
 

Mendengar hal itu, Rasulullah SAW geram dan Rasulullah mengirim 10.000 pasukan berangkat menuju kota Makkah melalui 4 penjuru ke arah kota Makkah. Pasukan Zubair bin Awam melalui jalan utara, pasukan Kholid bin Walid dari jalan selatan, pasukan Sa’ad bin Ubadah tdari jalan barat dan pasukan Abu Ubaidah bin Jarrah bersama Rasulullah SAW lewat kaki gunung Hind di barat laut.
 

Maka kaum Muslimin dapat menguasai kota Makkah tanpa ada halangan dan perlawan apapun dari Kafir Quraiys. Saat itu mereka telah bersembunyi di rumah-rumah mereka dan juga ada yang berlarian ke bukit-bukit sekitar, karena takut kaum Muslimin membalas dendam atas kejahatan yang pernah mereka perbuat dulu 
 

Kemudian Rasulullah SAW menuju Ka’bah dan menghancurkan 360 berhala menggunakan tongkatnya. Sambil membaca firman Allah, dalam surat Al-Isra' ayat 81.

وَقُلۡ جَاۤءَ ٱلۡحَقُّ وَزَهَقَ ٱلۡبَـٰطِلُۚ إِنَّ ٱلۡبَـٰطِلَ كَانَ زَهُوقا 
 

Artinya: “Telah datang kebenaran, telah hancur kebathilan. Sungguh kebathilan telah hancur.”
 

Abu Sufyan bertanya kepada Nabi SAW, apa yang akan diperbuatnya terhadap kaum kafir Quraisy? Rasulullah hanya menjawab: “Hari ini adalah hari kasih sayang.” Dan setelah melaksanakan shalat, Rasulullah SAW berkhutbah di depan pintu Ka’bah: “Hai kaum Quraisy, apa yang hendak aku perbuat?” Mereka menjawab “Yang baik-baik, wahai saudara pemurah, dan anak dari yang pemurah.” Maka Rasulullah bersabda : “Aku akan berkata seperti ucapan Yusuf kepada saudaranya, “Hari ini tak ada cercaan bagi kalian. Kalian bebas”.
 

Itulah pengampunan terbesar sepanjang sejarah manusia yang diberikan Rasulullah SAW terhadap kaum kafir Quraisy yang sebelumnya telah meneror dan membantai umat Islam.
 

Kemerdekaan Republik Indonesia
 

Seperti dilansir www.nu.or.id, disebutkan seluruh komponen pejuang kemerdekaan Indonesia tidak ingin melepaskan diri dari peran para ulama di pesantren. Hal ini dibuktikan saat para pejuang nasionalis seperti Bung Karno, Jenderal Soedirman, Bung Tomo, dan lainnya senantiasa sowan kepada KH Muhammad Hasyim Asy’ari dalam memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan bangsa dan negara.
 

Termasuk ketika Bapak Proklamator, Bung Karno dan kawan-kawan hendak memproklamasikan kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia. Tiga bulan sebelumnya Bung Karno sowan menghadap Kiai Hasyim Asy’ari.
 

Maka Kiai Hasyim Asy’ari memberi masukan, proklamasi hendaknya dilakukan hari Jumat saat Bulan Ramadhan. Jumat dianggap Sayyidul Ayyam (penghulunya hari) dan Ramadhan menjadi Sayyidus Syuhur (penghulunya bulan). Maka tepat pada Hari Jum'at 9 Ramadhan 1364 H yang bertepatan dengan 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia berhasil diproklamasikan yang disambut suka cita oleh seluruh penduduk Indonesia.

 


Keislaman Terbaru