• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Keislaman

Enam Perkara yang Dapat Merusak Akhlak Manusia

Enam Perkara yang Dapat Merusak Akhlak Manusia
Ilustrasi seseorang sedang melamun di tepi pantai (Foto:NOJ/MITishaka)
Ilustrasi seseorang sedang melamun di tepi pantai (Foto:NOJ/MITishaka)

Oleh: Hosiyanto Ilyas*


Karakter seseorang memberikan ciri khas kepada kepribadiannya. Bila karakternya itu mengikuti aturan Allah dan Rasul-Nya, maka kepribadiannya akan mencerminkan kehidupan yang baik. Sebaliknya bila karakternya tidak mengikuti aturan Allah dan Rasul-Nya, maka kepribadiannya akan mencerminkan kehidupan yang buruk.


Syekh Abul Qasim Ismail Al-Asbahani dalam karyanya Sairus Salaf as-Shalihin mengutip ungkapan Syekh Syaqiq Al-Balkhi terkait enam perkara yang dapat merusak akhlak atau perilaku manusia. Adapun kutipannya sebagai berikut:


دخل إفساد في الخلق من ستة أشياء أوله: ضعف النية في عمل الآخرة، والثاني: صارت أبدانهم رهينة بشهواتهم، والثالث: غلب طول الأمل على قرب أجلهم، والرابع: اتبعوا أهواءهم ونبذوا سنة رسولهم وراء ظهورهم، والخامس: آثروا رضا المخلوقين فيما يشتهون على رضا خالقهم فيما يكرهون, والسادس: جعلوا زلات السلف دينا ومناقبًا لأنفسهم


Artinya: “Masuknya kerusakan pada diri mahluk itu berasal dari enam perkara. Pertama adalah lemahnya niat dalam urusan amal akhirat. Kedua, jasmani mereka tergadaikan dengan syahwat. Ketiga, panjang angan-angan yang mengalahkan kesadaran dekatnya ajal. Keempat, mereka mengikuti hawa nafsunya dan membuang sunnah Rasul dibelakang punggung mereka. Kelima, mereka lebih mengutamakan ridha para mahluk demi menuruti nafsu syahwat mereka sehingga mengalahkan ridha Allah sang pencipta dalam apa yang tidak mereka suka. Keenam, mereka menjadikan kesalahan pendahulunya sebagai agama dan cerita bagi diri mereka”. (Abul Qasim Ismail Al-Asbahani, Sairus Salaf as-Shalihin [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 2004] Juz 1, halaman 557)


Ungkapan Syekh Syaqiq Al-Balkhi di atas, menginformasikan kepada kita bahwa enam perkara tersebut dapat merusak karakter dan akhlak manusia. Oleh karena itu, kita harus selalu waspada dan berhati-hati dalam bersikap dan bertindak. Adapun rinciannya sebagai berikut: 


Pertama, lemahnya niat dalam urusan amal akhirat. Niat memiliki arti yang sangat penting dalam setiap ibadah. Contohnya, ketika kita shalat, apabila niat kita ikhlas karena Allah, Insya Allah ibadah kita akan diterima. Dan apabila niat kita bukan karena Allah, maka pasti shalat yang kita lakukan tidak akan diterima.


Kedua, jasmani yang tergadaikan oleh syahwat. Syahwat bagaikan kobaran api, semakin ditiup semakin membara dan membahayakan. Bila kita tidak dapat mengontrol atau mengendalikan syahwat, maka mudah bagi kita untuk berbuat semaunya.


Ketiga, panjang angan-angan yang mengalahkan kesadaran dekatnya ajal. Orang yang panjang angan-angan mati-matian mengusahakan kebahagiaan di dunia dan ia akan tenggelam dalam kenikmatan dunia yang fana. Ia mudah melakukan kemaksiatan dan jauh dari ketaatan.


Keempat, mengikuti hawa nafsu dan membuang sunnah Rasul di belakang punggung mereka. Mengikuti hawa nafsu tidak akan mementingkan agamanya dan tidak mendahulukan ridha Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian, maka mengikuti hawa nafsu akan menyeret pelaku kepada kesesatan dan kerusakan. 


Kelima, lebih mengutamakan ridha para mahluk demi menuruti nafsu sehingga mengalahkan ridha Allah dalam apa yang tidak mereka suka. Rasa takut yang tercela jika sampai rasa takut seseorang lebih mendahulukan ridha manusia dalam keadaan membuat murka Allah. Rasa takut semacam ini  akan mendapatkan akibat buruk nantinya.


Keenam, menjadikan kesalahan pendahulunya sebagai agama dan cerita bagi mereka. Orang-orang musyrik  tetap mengikuti agama nenek moyangnya, walaupun nenek moyangnya, tidak berpengetahuan dan tidak pernah mendapat petunjuk. Hal itu menunjukkan dalam hal kepercayaan, mereka tidak lagi menggunakan akal pikiran, tetapi telah diperbudak oleh hawa nafsu. Wallahu A’lam Bissawab.


*Alumni STIT-MU Bangkalan, alumni PP. Attaraqi Karangan, pegiat Bahtsul Masail


Keislaman Terbaru