• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Keislaman

Islam Mengajarkan Bertetangga dengan Cinta dan Kasih Sayang

Islam Mengajarkan Bertetangga dengan Cinta dan Kasih Sayang
Islam memberikan panduan bagaimana sebaiknya bertetangga, yakni dengan cinta dan kasih sayang. (Foto: NOJ/NU Network)
Islam memberikan panduan bagaimana sebaiknya bertetangga, yakni dengan cinta dan kasih sayang. (Foto: NOJ/NU Network)

Kita ikut prihatin dengan sejumlah berita yang menunjukkan terjadi konflik antartetangga. Bagaimana tidak? Ada warga yang membuat pagar dan menghalangi tetangga sebelah rumahnya. Padahal Islam mengajarkan agar bertetangga dengan cinta dan kasih sayang. 


Dalam sebuah ayat, Allah SWT berfirman yakni surat An-Nisa ayat 36 sebagai berikut: 


 وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَبِذِي القُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي القُرْبَى وَالْجَارِ الجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ


Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat..... 


Karena begitu pentingnya bertetangga, Allah menyebutnya setelah berbuat baik kepada kedua orang tua dan karib kerabat. Berbaik-baik kepada tetangga yang dekat (tempat atau aqidah) الْجارِ ذِي الْقُرْبَى  maupun tetangga yang jauh (orang asing atau bahkan non-Muslim) الْجارِ الْجُنُبِ . 


Ayat ini tidak membedakan perbuatan baik kepada tetangga yang dekat maupun tetangga yang jauh, tetangga muslim maupun non-muslim. 


Dalam haditsnya Rasulullah SAW menegaskan bahwa tidak ada pengkhususan berbaik-baik kepada tetangga mana pun.


«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُحْسِنْ إِلَى جَارِهِ» 


Artinya: Orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbaik-baik kepada tetangganya.


Dalam hadits lain juga disebutkan:


  «خَيْرُ الْجِيرَانِ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ» 


Artinya: Sebaik-baiknya tetangga di sisi Allah adalah yang berbaik-baik kepada tetangganya. 


Bahkan keutamaan dan kebaikan akan didapatkan oleh seseorang melalui berbaik-baik kepada tetangga. Dan orang itu dikenal sebagai orang yang baik, itu datangnya dari penilaian tetangganya. 


Hal ini sebagaimana dialog Rasulullah SAW dan sahabatnya:


 فقَدْ جاءَهُ رَجُلٌ فقالَ: كَيْفَ لِي أَنْ أَعْلَمَ إِذَا أَحْسَنْتُ وَإِذَا أَسَأْتُ؟ فَقَالَ له النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم :« إِذَا سَمِعْتَ جِيرَانَكَ يَقُولُونَ: قَدْ أَحْسَنْتَ فَقَدْ أَحْسَنْتَ، وَإِذَا سَمِعْتَهُمْ يَقُولُونَ: قَدْ أَسَأْتَ فَقَدْ أَسَأْتَ


Artinya: Seorang sahabat mendatangi Rasulullah SAW, dan bertanya kepadanya: Bagaimana caranya supaya aku tahu bahwa aku adalah baik dan aku adalah buruk? Nabi SAW menjawab: Ketika kamu mendengar tetanggamu berkomentar: Kamu orang baik, maka kamu adalah orang yang baik; dan kalau kamu mendengar mereka berkomentar: Kamu orang buruk, maka kamu adalah orang yang buruk. 


Nabi Muhammad mengabarkan bahwa berbaik-baik kepada tetangga juga menjadi sebab datangnya syafaat, yaitu ketika saksi tetangga atas dirinya diterima oleh Allah SWT dan Allah menambahkan dengan mengampuni dosanya. 


 «مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ فَيَشْهَدُ لَهُ أَرْبَعَةٌ أَهْلُ أَبْيَاتٍ مِنْ جِيرَانِهِ الأَدْنَيْنَ إِلاَّ قَالَ: قَدْ قَبِلْتُ عِلْمَكُمْ فِيهِ، وَغَفَرْتُ لَهُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ» 


Artinya: Tidaklah seorang muslim meninggal dunia dan empat orang tetangga dekat bersaksi tentangnya, kecuali Allah SWT berfirman: Sungguh Aku telah menerima pengetahuanmu tentangnya, dan aku mengampuni bagian yang kamu tidak mengetahuinya. 


Selain itu, Islam mengaitkan erat kesempurnaan iman dengan berbaik-baik kepada tetangga, seperti sabda Nabi Muhammad:


   عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضيَ اللهُ عنهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ :« وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ». قَالُوا: وَمَا ذَاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ:« الْجَارُ لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ». قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا بَوَائِقُهُ؟ قَالَ :« شَرُّهُ


Artinya: Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: Demi Allah, seseorang tidak beriman, demi Allah seseorang tidak beriman, demi Allah seseorang tidak beriman. Para sahabat bertanya: Siapa itu ya Rasulullah? Rasulullah SAW menjawab: Tetangga yang menjadikan tetangganya tidak aman oleh bawaiqahnya. Para sahabat bertanya lagi: Apa itu bawaiqahnya? Rasulullah SAW menjawab: Keburukannya. 


Hak tetangga terhadap kita itu tak berbilang jumlahnya, di antaranya: Ucapan salam, wajah berseri penuh ketulusan dan penghormatan. Demikian pula uluran tangan untuk membantu kesulitan hidupnya, pengetahuan atas permasalahan hidup tetangga dan keadaannya. Termasuk penjagaan aibnya, terjaganya pandangan pada auratnya, penghargaan atas privasinya, ucapan selamat atas kesuksesannya, berbela sungkawa atas musibah yang menimpanya. Kemudian kunjungan saat sakitnya, bantuan kepada seluruh keluarganya, lemah lembut dalam berinteraksi dan bertutur kata, bimbingan kepada kebaikan, nasihat yang santun dan lembut.   


Itulah semua hak tetangga atas kita, semoga saja kita dapat memenuhi hak tetangga kita. Dan kelalaian kita sehingga terjadi pengabaian hak tetangga ini, akan ditanyakan pada hari kiamat. Karena Nabi Muhammad Saw pernah bersabda: 


 قالَ رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم :« كَمْ مِنْ جَارٍ مُتَعَلِّقٌ بِجَارِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ: يَا رَبِّ هَذَا أَغْلَقَ بَابَهُ دُونِي، فَمَنَعَ مَعْرُوفَهُ


Artinya: Rasulullah SAW bersabda: Betapa banyak tetangga terkait dengan tetangganya yang lain pada hari kiamat, seseorang berkata: Duhai Tuhanku, ini kok pintu menutup sendiri, menghalangi kebaikannya. 


Berbaik-baik dengan tetangga tidak harus dengan sesuatu yang besar, bisa dengan yang kecil dan sederhana, karena Allah Taala menghargai kebaikan itu walaupun sedikit (dengan sesuatu hal yang mudah), seperti sabda Nabi Muhammad SAW: 


قال صلى الله عليه وسلم :« يَا نِسَاءَ الْمُسْلِمَاتِ لاَ تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا، وَلَوْ فِرْسَنَ شَاةٍ


Artinya: Rasulullah SAW bersabda: Wahai para wanita muslim janganlah tetangga merendahkan tetangga yang lain walau dengan sop tulang kambing. 


Berbaik-baik dengan tetangga menjadi salah satu sebab dari hadirnya kebahagiaan di dunia. Karena tetangga yang salih akan membuat hidup ini lapang dan nyaman, seperti sabda Nabi Muhammad SAW berikut: 


 قالَ صلى الله عليه وسلم :« أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيءُ


Artinya: Rasulullah SAW bersabda: Empat hal merupakan kebahagiaan: Wanita salihah, rumah yang luas, tetangga yang baik, kendaraan yang nyaman. 


Orang salih terdahulu mendahulukan mencari tetangga sebelum mencari rumah, seperti diceritakan dalam kisah berikut. Seorang tetangga Abu Hamzah as-Sukkari menjual rumahnya. Ketika ditanya tentang harganya, dia menjawab: Harga rumahnya dua ribu, dan ditambah dua ribu untuk menjadi tetangga Abu Hamzah. Berita ini sampai kepada Abu Hamzah, dan Abu Hamzah menghampiri tetangganya itu dengan membawa uang empat ribu sambil berkata: Ambillah uang ini dan jangan sampai menjual rumahmu.

 

Artikel diambil dariAkhlak Memuliakan Tetangga

 

Dengan demikian, Islam memberikan acuan bagaimana standar tetangga yang baik. Yakni mereka yang hidup bersama tetangganya dengan dilumuri cinta dan kasih sayang. Wallahu a'lam.


Editor:

Keislaman Terbaru