• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 30 April 2024

Keislaman

Menggali Kearifan dari Rendah Hati: Potret Kepemimpinan Rasulullah

Menggali Kearifan dari Rendah Hati: Potret Kepemimpinan Rasulullah
Ilustrasi Perang Uhud. (Foto: NOJ/intisari)
Ilustrasi Perang Uhud. (Foto: NOJ/intisari)

Rendah hati berbeda dengan rendah diri. Rendah hati memiliki kapasitas, kapabilitas, dan kredibelitas namun memberikan ruang kepada orang lain untuk menunjukkan kemampuannya, sedangkan rendah diri lebih kepada minder karena tidak memiliki skill dan bekal dalam suatu bidang yang ditentukan. Tentu kita mengambil contoh dari pribadi Rasulullah shallahu alaihi wasallam yang sangat rendah hati.

 

Nabi yang paling istimewa dan dijuluki manusia sempurna itu ternyata berkali-kali harus merevisi keputusannya dalam kejadian-kejadian penting seperti peperangan, antara hidup dan mati, menang dan kalah. Peperangan besar pertama terjadi di lembah Badar. Perang dadakan yang hanya diikuti sekitar 300 sahabat itu terjadi di bulan Ramadhan. Saat Rasulullah menentukan tempat peristirahatan dan markas untuk umat Islam, salah seorang Sahabat bernama Al-Hubbab bin Al-Mundzir memberi masukan, "Rasul, bagaimana kalau kita maju beberapa mil lagi karena di depan ada sumur mata air. Jika kita bisa menguasainya, kita tidak perlu khawatir bersediaan air kita habis."

 

Rasulullah shallahu alaihi wasallam langsung menyetujui usulan Al-Hubbab dan memerintahkan Sahabat untuk tidak jadi memasang tenda dan perlengkapan peristirahatan. Ternyata benar dan tepat sekali usulan Sahabat Nabi yang terkenal dengan ilmu intelegensinya itu. Umat Islam menguasai air dan Kafir Quraisy kesulitan air dan mengalami kekalahan.

 

Setahun kemudian terjadi peperangan Uhud. Rasulullah shallahu alaihi wasallam mendapatkan bocoran dari pamannya, Abbas bin Abdul Muthollib, bahwa seribu pasukan Kafir Quraisy siap menggempur Madinah dengan kekuatan 3000 pasukan. Rasulullah langsung menggelar rapat dengan beberapa Sahabat dan memutuskan peperangan dari dalam Madinah. Rasul beranggapan, "Kita berada di Madinah. Madinah dikelilingi gunung dan kebun. Jika mereka merangsek masuk Madinah, langsung kita serang." Para Sahabat tidak setuju dengan keputusan Rasulullah, terlebih Sahabat yang absen pada peperangan Badar. Mereka memberikan masukan, agar peperangan terjadi di luar Madinah. Mereka siap dengan segala konsekuensi. Melihat semangat dan kesanggupan para Sahabat, Rasulullah kembali merevisi keputusannya dan peperangan akhirnya terjadi di sekitar gunung Uhud, meskipun sebelum berangkat, para Sahabat sempat merevisi pendapat mereka khawatir melawan keputusan Rasulullah.

 

"أمرنا لأمرك تبع."

 

Artinya: "Kami ikut keputusan Anda saja (perang di dalam Madinah)."

 

Selang dua tahun kemudian, Rasulullah dikagetkan dengan 10.000 pasukan yang hendak menyerbu dan meluluhlantakkan Madinah. Rasulullah segera menggelar rapat pleno. Tidak ada satu pun Sahabat yang berani usul. Akhirnya Salman asal Persia atau yang dikenal Salman Al-Farisi mengusulkan menggali parit menggelilingi Madinah agar musuh tidak bisa masuk Madinah. Ia memberi informasi dan siasat perang yang baru bagi Rasulullah dan para Sahabat. Strategi perang yang biasa diterapkan di Persia.

 

Selama berminggu-minggu, rombongan Kafir Quriasy gagal memasuki Madinah dan akhirnya mereka pulang ke Mekkah dengan menggigit jari. Tanpa hasil sama sekali. Rasulullah menerima masukan dan usulan Salman Al-Farisi, sahabat yang baru masuk Islam beberapa tahun lalu dan berasal dari negeri Persia, penyembah api. Rasulullah tidak pernah meremehkan Salman, meskipun baru masuk Islam dan tidak anti dengan cara dan kebiasaan dari negeri non Islam.

 

Itulah beberapa potret bagaimana Rasulullah sangat rendah hati dan menerima masukan dari bawahannya yaitu para Sahabat. Tak salah Abu Hurairah memberikan kesan, "Saya tidak pernah tahu ada orang yang paling sering meminta masukan dan musyawarah selain Rasulullah bersama para Sahabatnya." 

 

Rasulullah shallahu alaihi wasallam merupakan pemimpin pertama yang mendobrak kebiasaan buruk para raja dan pemimpin dunia saat itu yang hanya satu arah dalam memimpin. Dengan penuh rendah hati, Rasulullah mengajarkan cara kepemimpinan dengan role model tertinggi.


Keislaman Terbaru