• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Keislaman

Rahasia Bismillah dan Kandungannya

Rahasia Bismillah dan Kandungannya
Kaligrafi bismillah (Foto:NPJ/zakharif)
Kaligrafi bismillah (Foto:NPJ/zakharif)

Oleh: Ahmad Danil Hidayat*


Selaku umat Islam, pastinya tidak asing dengan kata bismillah. Bagaimana tidak, Ayat pertama dari Alquran tersebut wajib dibaca ketika salat, dalam catatan sesuai golongan mazhab Syafi’i. Juga disunnahkan membacanya ketika wudhu, mandi ataupun hendak makan. oleh karena itu, Hukum membaca bismillah, tergantung konteksnya. Apabila haram, maka untuk membacanya juga haram. Begitu juga berlaku di hukum-hukum yang lain.
 

Mengenai bismillah, Nabi Muhammad pernah bersabda:


‌كُلُّ ‌أَمْرٍ ‌ذِي ‌بَالٍ ‌لَا ‌يُبْدَأُ فِيهِ بِبِسمِ الله ‌الرَحْمَنِ ‌الرَّحِيمِ فَهُوَ أَبْتَر أو أَقْطَع أو أَجْذَم


Artinya: “setiap urusan yang tidak dimulai dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, maka urusan tersebut akan terputus”[HR. Abu Dawud]
 

Terlepas dari perbedaan lafadz terakhir, titik temu dari ketiganya adalah ‘berkurang’ dan minimnya barokah yang di dapat dari setiap penjurunya, tergantung dalam kondisi apa hadits ini diterapkan.


Contohnya saja, dalam konteks mengarang kitab, semisal tidak diawali dengan bismillah, maka akan sedikit manfaatnya bagi manusia dan sedikit pula pahala yang didapatkan. Semisal dalam konteks makanan, maka akan sedikit manfaat bagi tubuhnya. Hadis ini juga disusul hadis yang serupa dan redaksi yang serupa pula. 


‌كُلُّ ‌أَمْرٍ ‌ذِي ‌بَالٍ ‌لَا ‌يُبْدَأُ فِيهِ بالحَمْدِ الله ‌الرَحْمَنِ ‌الرَّحِيمِ فَهُوَ أَبْتَر أو أَقْطَع أو أَجْذَم
 

Artinya: “setiap urusan yang tidak dimulai dengan Hamdalah, maka urusan tersebut akan terputus”[HR. Abu Bakar Al-Baihaqi]
 

Menanggapi dua hadis di atas, Syekh Abu Bakar Satha pengarang kitab I’anatut Thalibin menambahkan keterangan bahwasanya kedua hadis ini kontradiktif. Jika seseorang mengamalkan hadis bismillah, maka hadis hamdalah akan gugur, begitu juga sebaliknya. Untuk menangani pemahaman seperti itu, para ulama’ berbeda pendapat mengenai kontradiksi kedua hadis nabi tersebut.
 

Menurut salah satu ulama’, permulaan atau awalan itu dibagi menjadi dua; hakiki dan idhafi. Pertama, adalah sesuatu yang ada di awal tujuan tanpa pendahuluan apapun. Kedua, yaitu sesuatu yang dianggap berada di awal, meskipun telah diawali oleh sesuatu. Maka, kedua hadis tersebut dikategorikan idhafi, hadis bismalah adalah yang pertama, dan hadis hamdalah adalah hadis yang kedua, dengan menyesuaikan susunan Al-Qur’an dan mempraktekkan kesepakatan ulama’.
 

Berbicara tentang kitab suci Al-Quran, ada riwayat yang mengatakan bahwasanya beberapa kitab terdahulu —seperti: Suhuf Nabi Syits, Suhuf Nabi Idris, Taurat, Zabur, dan Injil— maknanya sudah terkandung di dalam Al-Quran. Sedang, seluruh makna Al-Quran terkandung di dalam Al-Fatihah.  Lebih tepatnya, Seluruh makna Al-Quran terkandung di dalam bismillah. Lebih spesifiknya lagi, maknanya di huruf ba’-nya. seperti yang telah dikutip di berbagai kitab turats terdahulu, huruf ba’ memiliki arti:
 

بِيْ كَانَ مَا كَانَ, وَبِيْ يَكُوْنُ مَا يَكُوْنُ
 

Artinya: “Dengan kehendak-Ku sesuatu terjadi. Dengan kehendak-Ku pula, sesuatu akan terjadi”
 

Bahkan lebih rinci lagi, seluruh maknanya terkandung di titik huruf ba’, bukan titik di bawah huruf ba, melainkan ketika awal menulisnya. Seperti yang telah dikutip oleh Gus Baha’ dalam ceramahnya, beliau menuturkan semua maknanya terkandung pada titik ba’, beliau berkata: ”Titik dianggap Nuqthatil Wujud, bahwa semua wujud di alam raya berkat Nuqthatil Wujud, satu titik wujud, yakni Allah SWT ”. 
 

Pendapat Gus Baha’ ini sudah disampaikan oleh Ulama’ terdahulu, yakni Imam Abdul Hamid asy-Syarwani dalam kitab hasyiyah tuhfatul Muhtaj bi-syarhi al-Minhaj.
 

وَالمُرَادُ بِهَا أَوَّلُ نُقْطَةٍ تَنْزِلُ مِنَ القَلَمِ الَّتِي يَسْتَمِدُّ مِنْهَا الخَطُّ لَا النُقْطَةُ الَّتِي تَحْتَ الْبَاءِ خِلَافًا لِمَنْ تَوَهَّمَهُ وَمَعْنَاهَا الإِشَارِي أَنَّ ذَاتَهُ تَعَالىَ ‌نُقْطَةُ ‌الوُجُوْدِ المُسْتَمِدُّ مِنْهَا كُلُّ مَوْجُوْدٍ
 

Artinya: Dan yang dimaksud dengan titiknya huruf ba’ adalah awal kali ketika menulis huruf ba’ dengan pena yang kemudian titiknya menjadi panjang (menjadi huruf ba’), dan titik disini itu bukan yang dimaksud titik dibawah huruf ba’, berbeda bagi seseorang seseorang yang salah paham hal tersebut. Dan maknanya secara isyari (bisa juga secara indikasi), bahwasanya dzat Allah SWT satu titik wujud yang memanjang darinya sebagai setiap ciptaan-Nya yang ada”
 

Di sisi lain, basmalah juga terkandung di setiap kitab yang diturunkan bisa dibuktikan, dengan catatan hanya kandungan maknanya saja. Contohnya, seperti salah satu kisah dalam surah An-Naml perihal nabi Sulaiman mengirim surat kepada ratu Bilqis. Dalam Al-Quran, isi surat tersebut berbahasa arab. Tapi, itu merupakan terjemahan dari bahasa nabi Sulaiman pada zaman dahulu. Jadi makna bismillah sudah ada pada zaman dahulu, cuman beda bahasa tapi kandungannya tetap sama.
 

Sedikit tambahan mengenai Basmalah, Syekh Abu Bakar Satha mengutip sebuah akrostik Basmalah di dalam kitabnya. Huruf Ba’ pada lafadz bismilllah berarti:
 

  بَهَاءُ الله, “Kemulian Allah”


بَكَاءُ التَائِبِيْنَ “Tangisan orang-orang yang bertaubat”


Huruf Sin pada lafadz bismillah:


سَنَاءُ الله “Keagungan Allah”


سَهْوُ الغَافِلِين “Kesalahan orang-orang yang lalai”


Huruf Mim pada lafadz bismillah:


مَجدُ الله “Keluhuran Allah”


مَغْفِرَتُهُ لِلمُذْنِبِيْنَ “Pengampunan-Nya bagi orang orang yang berdosa”


Lafadz  الله pada lafadz Basmalah berarti: لأَهْلِ الصَفَاءِ “Bagi mereka yang bersih hati”


Lafadz الرحمن pada lafadz Basmalah berarti: لأهل الوفاء “Bagi mereka yang memiliki kesetiaan”


Lafadz الرحيم pada lafadz Basmalah berarti: لِأَهْلِ الجَفَاء “Bagi mereka yang memiliki sifat tidak setia”


Dan masih banyak lagi mengenai rahasia dan keajaiban lafadz bismillah. Singkatnya, bismillah adalah frasa penting bagi umat Muslim. Ketika mengucapkannya, umat Islam mengakui kehadiran Allah, memohon berkah dan ampunan-Nya. 


*Mahasantri Ma’had Aly Pondok Pesantren An-Nur II Al-Murtadlo Malang 


Keislaman Terbaru