Sumenep, NU Online Jatim
KH M Syaifullah Ma’shum, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Jam’iyyatul Qurra’ wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQH NU) mengingatkan Nahdliyin untuk ikut memperhatikan perkembangan serta mendukung pendidikan Al-Qur’an.
Sebab, ketika pendidikan Al-Qur’an tidak diperhatikan bisa dengan dijadikan peluang untuk dikembangkan oleh orang yang bukan Nahdliyin.
Menurutnya, sekilas memang di lingkungan pesantren tak ada masalah tentang pengembangan pendidikan Al-Qur’an. Namun di lingkungan perkotaan, masih banyak dimanfaatkan kelompok-kelompok bukan NU.
“JQHNU jangan diam. Jangan salahkan jika ada tamu dari luar pakai simbol di luar NU atau menggunakan model rumah tahfidzh dan lainnya. Mereka akan menggarap dengan cara mereka. Sedangkan kita tidak bisa mengidentifikasi ideologinya, cara menghafalnya, sanadnya dan sebagainya,” katanya disela-sela acara pelantikan pengurus Pimpinan Cabang (PC) JQH NU Sumenep di aula kantor Kementerian Agama (Kemenag) setempat, Sabtu (18/12/2021).
Alumni Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an Jakarta (sekarang Institut PTIQ) itu menegaskan bahwa ada puluhan rumah tahfidz di Indonesia.
“Jika berafiliasi pada Darul Qur’annya Ustadz Yusuf Mansur, tak masalah. Karena beliau adalah Nahdliyin dan tenaga pendidiknya dari kalangan JQHNU. Di luar binaan beliau, wallahu a’lam,” ujarnya.
Ia juga menceritakan, PP JQHNU pernah mengadakan halaqoh Qur’an yang melibatkan sebagian pengurus asosiasi rumah tahfidz di Jakarta Bogo Depok Tangerang Bekasi (Jabodetabek) yang basisnya luar biasa. Bahkan Kementerian Agama (Kemenag) melaporkan bahwa dari sekian ratus rumah tahfidz, hanya satu yang teregistrasi, selebihnya tidak mau mendaftar.
“Kita tidak mendeteksi seperti apa kualitas gurunya, sanadnya dan model pembelajarannya. Bahkan penelitian UIN Jakarta menyatakan bahwa modul dan kurikulumnya tidak ada bau-bau membangkitkan komitmen nasionalisme dan kebangsaan. Jika terus dibiarkan, maka akan menjadi biang keladi yang melahirkan orang-orang yang berkedok Qur’an dengan membawa misi dan ideologi yang ingin memberantakkan NKRI. Ini yang semestinya dijaga oleh JQHNU,” tandasnya.
Kiai Syaifullah mengimbau kepada ibu-ibu agar tidak terlena dengan program pendidikan Al-Qur’an gratisan.
“Jika ingin dakwah Al-Qur’an berhasil dan menghadang itu (kelompok di luar NU), mari giatkan ta’lim kita sehingga mereka tidak memiliki peluang untuk memperpanjang kiprahnya,” pintanya.