Gus Luqman Pacitan: Hari Santri Refleksi Syukur dan Semangat Berkhidmat
Rabu, 16 Oktober 2024 | 15:00 WIB

Pengasuh Perguruan Islam Pondok Tremas, Arjosari, Pacitan, KH Luqman Harist Dimyathi atau Gus Luqman. (Foto: NOJ/Anwar Sanusi)
Anwar Sanusi
Kontributor
Pacitan, NU Online Jatim
Pengasuh Perguruan Islam Pondok Tremas, Arjosari, Pacitan, KH Luqman Harist Dimyathi atau Gus Luqman mengungkapkan bahwa peringatan Hari Santri setiap tanggal 22 Oktober menjadi momentum penting bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi para santri dan keluarga besar pesantren.
Tokoh agama asal Pacitan yang turut berperan aktif dalam perjuangan penetapan Hari Santri tersebut mengatakan, Hari Santri bukan sekadar perayaan, melainkan sebuah refleksi atas perjuangan dan kontribusi para santri bagi bangsa dan negara.
“Hari Santri ini adalah bentuk syukur kita kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan, termasuk apresiasi negara terhadap peran santri,” ujarnya kepada NU Online Jatim, Selasa (15/10/2024).
Lebih lanjut, Koordinator Nasional Gerakan Nasional Ayo Mondok ini menekankan pentingnya menjaga semangat mengaji dan mondok di kalangan santri. Menurutnya, Hari Santri harus menjadi pemantik semangat untuk terus belajar dan mengamalkan ilmu agama.
“Harapan saya, Hari Santri ini tidak hanya menjadi pesta, tetapi juga menjadi momentum untuk meningkatkan kualitas pendidikan pesantren,” ujarnya.
Gus Luqman juga menyoroti peran penting santri dalam pembangunan bangsa. Santri tidak hanya memiliki peran dalam bidang agama, tetapi juga dalam berbagai bidang kehidupan lainnya. Dalam konteks perkembangan zaman, Ia mendorong para santri untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam belajar dan berdakwah.
“Santri adalah aset bangsa yang memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam pembangunan. Dari zaman dahulu sampai masa depan pasti santri akan selalu berkontribusi kepada bangsa dan negara. Kita harus mengikuti perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai agama,” tegasnya.
Terkait pengembangan pesantren, Gus Luqman menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara tradisi dan modernitas. Selain itu juga menyoroti pentingnya kerja sama antara pesantren dengan berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun dunia usaha.
“Pesantren harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh para pendahulu. Kerja sama yang sinergis akan mempercepat kemajuan pesantren,” pungkasnya.
Terpopuler
1
Innalillahi, Farida Mawardi Mantan Ketum IPPNU dan Pelopor CBP-KPP Wafat
2
Khutbah Jumat: 4 Penghalang Manusia Dekat dengan Allah
3
Wakil Sekretaris LTNNU Jatim Raih Doktor Kajian Jurnalisme dan Media Islam
4
Menjaga Kemabruran Haji: Antara Kontemplasi Diri dan Keseimbangan Sosial
5
Menlu RI Segera Evakuasi WNI di Iran Akibat Konflik dengan Israel
6
Konflik Iran-Israel, Gus Nadir Serukan Kembali Memanusiakan Kemanusiaan
Terkini
Lihat Semua