• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Matraman

HAN 2022, Ketua LKKNU Nganjuk Serukan Pentingnya Pendidikan Moral Anak

HAN 2022, Ketua LKKNU Nganjuk Serukan Pentingnya Pendidikan Moral Anak
Ketua LKKNU Nganjuk, Miftahul Huda. (Foto: NOJ/ Haafidh NS Yusuf)
Ketua LKKNU Nganjuk, Miftahul Huda. (Foto: NOJ/ Haafidh NS Yusuf)

Nganjuk, NU Online Jatim
Ketua Pengurus Cabang Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) Nganjuk, Miftahul Huda mengatakan Hari Anak Nasional (HAN) yang diperingati setiap tanggal 23 Juli menjadi pengingat bagi semua pihak akan pentingnya memberikan pendidikan moral kepada anak.


“Sebenarnya budaya kita sudah menanamkan nilai-nilai moral terlebih dahulu. Ketika kita bicara agama Islam, maka nilai-nilai moral keagamaan inilah yang menjadi pijakan,” ungkapnya kepada NU Online Jatim, Sabtu (23/07/2022).


Dijelaskan Miftah, keluarga adalah madrasah awal bagi pendidikan moral anak. Menurutnya, ketika keluarga yang menjadi bagian dari masyarakat ini tidak mampu menanamkan nilai-nilai kebaikan otomatis akan sulit untuk menghasilkan generasi masa depan yang bermoral.


Ia pun menyerukan, saat ini peran orang tua sangatlah penting dalam mengawasi pergaulan anak. Meskipun faktanya tidak sedikit orang tua yang membebaskan pergaulan anak, sehingga secara tidak sadar orang tua yang memberi kebebasan untuk anaknya yang mengarah pada pergaulan bebas.


“Madrasah pertama inilah yang akan menjadi penentu membentuk peradaban masyarakat ke depan,” kata Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Wilangan tersebut.


Berkaitan dengan hal tersebut, pola asuh yang paling tepat adalah dengan memberi uswatun hasanah atau contoh kebaikan kepada anak. Seperti kata Ki Hajar Dewantara, ‘Ing Ngarsa Sung Tuladha’ (di depan harus menjadi contoh).


Ketika anak-anak sudah mulai berkembang, maka ia harus didorong untuk maju seperti ‘Ing Madya Mangun Karso’ (membangun semangat saat di tengah perjalanan). Dan ketika sudah bisa berlari, maka ikuti seperti filosofi ‘Tut Wuri Handyani’ (Di belakang harus memberikan dorongan, dan arahan yang baik).


“Jangan terlalu mengharap anaknya mau tertib shalat sementara orang tuanya tidak mau shalat. Jangan banyak berharap kepada anak-anaknya untuk tidak mencuri, sementara orang tuanya profesinya adalah mencuri,” kata alumnus Pondok Pesantren Miftahul ‘Ula Nglawak ini.


Matraman Terbaru