• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Matraman

Hati-hati, Lingkungan Toxic Bisa Ganggu Mental

Hati-hati, Lingkungan Toxic Bisa Ganggu Mental
Talk show bertema 'Lingkungan Toxic Bikin Jiwa Sakit'. (Foto: NOJ/Zen)
Talk show bertema 'Lingkungan Toxic Bikin Jiwa Sakit'. (Foto: NOJ/Zen)

Ponorogo, NU Online Jatim

Peringati Hari Kesehatan Jiwa tahun 2022, Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Ponorogo, bersama PC Fatayat NU dan Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Ponorogo, Pustaka Gerilya serta Lentera mengadakan talk show bertema 'Lingkungan Toxic Bikin Jiwa Sakit'. Talk show ini berlangsung sangat santai dan dimeriahkan oleh lapak baca gratis Pustaka Gerilya dan musik akustik Parlemen Jalanan.

 

Bertempat di Ndalem Ndorotondo, JL HOS Cokroaminoto, Ponorogo, Senin (10/10/2022) acara tersebut juga menyediakan pos kesehatan gratis dari sahabat Banser Husada. Sementara itu, talk show berjalan cukup memberikan banyak pemahaman mengenai tentang pentingnya survive untuk menjaga mental di lingkungan toxic. 

 

Walidah Asitasari selaku aktivis Lembaga Konsultasi untuk Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak (LKP3A) Fatayat NU Ponorogo mengatakan toxic atau racun di lingkungan yang bisa menggangu mental. Bahkan hal ini biasanya tidak disadari secara lisan membuat orang lain tidak nyaman, bahkan menyebabkan merasa terhina. 

 

"Nah ini, salah satu hal kita bagian dari masyarakat tidak boleh melakukan hal semacam itu," kata psikolog pendidikan itu. 

 

Menurut Walidah, jika hal itu dilakukan maka memberikan manfaat pada lingkungan yang bersih. Apalagi sering kali dengan bencandaan bisa menjadi membuat orang tidak nyaman. 

 

"Jika kita bisa menghindari perilaku-perilaku yang toxic, maka lingkungan akan nyaman dan aman," terangnya. 

 

Ia mengungkapkan juga sering kali masyarakat berhadapan dengan salah memaknai kesulitan hidup. Padahal Islam sudah mengajarkan berbagai ilmu ketika menghadapi berbagai tantangan dan musibah. 

 

"Ada berbagai macam makna. Seperti, apakah menjadi pertanda, apakah menjadi peringatan atau mungkin sebuah pembelajaran," paparnya. 

 

Namun, lanjutnya apabila salah memaknai akhirnya sedikit-sedikit dibilang kena mental, padahal ada beberapa hal yang masih bisa dicermati dari tantangan atau kesulitan hidup yang dihadapi. 

 

"Kemudian melabel hal itu menjadi kena mental. Itu menjadi afirmasi yang negatif terhadap diri sendiri. Itu akhirnya menjadi kena mental sendiri dan berbahaya," ucap Dosen Bimbingan Penyuluhan Islam, IAIN Ponorogo itu. 

 

Walidah yang juga aktif di bidang parenting itu memberikan enam tips untuk menguatkan jiwa. Pertama, sikap positif terhadap diri sendiri. 

 

"Kedua adalah mampu, kapabel dan kompeten untuk mengelola lingkungan kita sendiri" jelasnya.

 

Ia menyampaikan yang ketiga adalah otonomi atau kemandirian. Hal ini, terutama pada kemandirian dalam berfikir. 

 

"Kita tidak semerta-merta bisa memakai standar orang untuk diri kita sendiri. Ini saya ambil dari Profesor Carol Rif," ujarnya.

 

Ia menambahkan tips berikutnya adalah menjalin relasi yang positif dengan antar sesama dan menumbuhkan diri dengan terus mencoba hal baru.

 

"Kemudian yang lebih penting lagi adalah harus menetapkan tujuan dari hidup. Jika tidak punya tujuan panjang paling tidak satu hari," pungkasnya. 


Matraman Terbaru