• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Matraman

Pernah Jadi Penjaga Warung, Kini Doktor sekaligus Ketua ISNU Nganjuk

Pernah Jadi Penjaga Warung, Kini Doktor sekaligus Ketua ISNU Nganjuk
Budi Harianto, Ketua PC ISNU Nganjuk (kiri). (Foto: NOJ/ Hafidz Nur Shidiq)
Budi Harianto, Ketua PC ISNU Nganjuk (kiri). (Foto: NOJ/ Hafidz Nur Shidiq)

Nganjuk, NU Online Jatim

Perjuangan dan pengorbanan memang dibutuhkan untuk bisa meraih kesuksesan. Seperti Budi Harianto (31) yang kini menjadi Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten Nganjuk  sekaligus Dosen PNS Universitas Islam negeri (UIN) Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang tak lepas dari suka duka menuntut ilmu.


Terlahir bukan dari keluarga berada, membuat Budi harus berusaha keras sejak kecil. Bahkan, dirinya harus membantu berjualan Sang Ibu, Juwariyah, di warung kecil miliknya yang terletak tak jauh dari rumahnya tepatnya di Jalan Lawu RT 004/RW 001 Kelurahan Kedondong, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk.


“Saya adalah seorang anak yang dibesarkan oleh orang tua yang hanya lulusan kelas 3 Sekolah Dasar (SD) namun saya bermimpi tinggi bisa sekolah sampai S3,” terang Budi saat ditemui NU Online Jatim, Senin (10/10/2022).


Budi menghabiskan masa kecilnya dengan menempuh pendidikan formal seperti anak-anak pada umumnya. Semua pendidikan dasar hingga menengah atas diselesaikan di kota kelahirannya mulai dari SDN Kedondong, Madrasah Tsanawiyah (MTs) NU Mojosari dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Nganjuk.


Selepas sekolah formal, Budi juga mengaji di beberapa tempat di antaranya TPA Al-Ikhlas milik KH Masyhari, dan Pesantren Terpadu Daru Ulil Albab Ngronggot.


“Apa yang saya capai hari ini bukan sesuatu hal yang tiba-tiba datang dari langit. Tanpa dukungan dan doa dari banyak pihak terlebih orang tua dan guru-guru saya, mungkin saya tidak akan seperti ini,” tutur Budi.


Mantan Ketua Umum PMII Adab Komisariat Universitas Islam negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya itu melanjutkan, awal memulai kariernya menjadi aktivis NU adalah sebagai  anggota Ikatan Pelajar NU (IPNU) Kecamatan Wonocolo pada tahun 2008 sehinga mengantarkannya menjadi pengurus PC IPNU Kota Surabaya masa khidmat 2010-2012.


Usai menjadi pengurus IPNU, Budi masuk menjadi aktivis PMII Surabaya. Hal itu membuat jiwa organisasi, pemikirannya dan kecintaan Budi pada NU semakin tumbuh.


“Banyak sekali pengalaman yang pernah saya alami selama proses pendidikan dan menjadi aktivis NU. Sungguh sulit diungkapkan dan dituliskan dengan kata kata. Tentu berkah wasilah aktif di NU dan ilmu sehingga diri ini bisa bermanfaat bagi agama, masyarakat, nusa dan bangsa, termasuk hari ini saya menjadi berprofesi sebagai seorang dosen,” urai pria yang juga pernah menjadi pengurus Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Solidaritas UINSA tersebut.


Budi menegaskan, aktivitas apapun jika ditekuni dengan serius akan membuahkan hasil yang baik. Menurutnya, kegagalan seharusnya tidak patah semangat, tetapi harus menjadi cambuk untuk berusaha lebih baik lagi.


Kini bocah kecil penjaga warung itu telah tumbuh menjadi akademisi yang santun dan memiliki karya tulis yang ia dedikasikan untuk mewujudkan cita-cita luhur meningkatkan kecerdasan bangsa.


“Jangan takut miskin dalam berjuang untuk Nahdlatul Ulama,” pungkasnya.


Editor:

Matraman Terbaru