• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Metropolis

Ahmad Zainul Hamdi Dikukuhkan Jadi Guru Besar UINSA, Ini Pesannya

Ahmad Zainul Hamdi Dikukuhkan Jadi Guru Besar UINSA, Ini Pesannya
Ahmad Zainul Hamdi, guru besar bidang Sosiologi Agama UINSA Surabaya. (Foto: NOJ/ Boy Ardiansyah)
Ahmad Zainul Hamdi, guru besar bidang Sosiologi Agama UINSA Surabaya. (Foto: NOJ/ Boy Ardiansyah)

Sidoarjo, NU Online Jatim

Ahmad Zainul Hamdi dikukuhkan menjadi guru besar bidang Sosiologi Agama di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya. Pengukuhan berlangsung di Gedung Sport Center and Multipurpose UINSA, Kamis (10/02/2022).

 

Atas prestasi akademiknya itu, Inung sapaan akrab Ahmad Zainul Hamdi menuturkan, agar tidak mereduksi gelar guru besar sebagai satu-satunya bentuk kesuksesan seorang akademisi. Karena baginya, kesuksesan seseorang mempunyai ukuran yang bermacam-macam.

 

”Menjadi seorang akademisi atau tidak itu merupakan sebuah pilihan. Tentu saja, kesuksesannya bermacam-macam,” katanya saat dihubungi NU Online Jatim melalui sambungan telepon, Jum’at (11/02/2022).

 

Menurutnya, salah satu jenjang tertinggi yang memang harus diraih seorang akademisi memang guru besar. Namun, bukan berarti ketika seorang akademisi tidak meraih guru besar dianggap tidak sukses. Karena menurutnya, masing-masing orang memiliki ukurannya masing-masing.

 

“Termasuk juga jabatan, misalnya jabatan tertinggi akademik adalah menjadi rektor. Tetapi kalau seorang akademisi tidak menjadi rektor bukan berarti tidak sukses,” terangnya.

 

Terlepas seseorang memilih profesi apapun, menjadi orang yang bermanfaat untuk banyak orang adalah standart kesuksesan yang tertinggi. “Ini penting untuk diingat,” tegasnya.

 

Dirinya pun menyebutkan, selama ini dirinya menjadikan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sebagai sosok yang sangat menginspirasi dirinya. Mulai dari proses menempa dan menggali potensi diri hingga hal-hal yang berbasis impian.

 

“Nah, ketika kuliah itu sosok yang saya jadikan panutan adalah Gus Dur,” terangnya.

 

Ia mengaku, dijadikannya Gus Dur sebagai panutan salah satunya karena keberpihakannya kepada orang-orang yang tertindas. Keberanian Gus Dur untuk menyuarakan kebenaran kala itu menurutnya perlu diteladani generasi muda NU.

 

Tak cukup itu, di saat yang sama cucu KH M Hasyim Asy’ari  itu menjadi sosok sentral yang luar biasa untuk menyuarakan NU di kalangan elit intelektual yang sebelumnya belum mengenal NU. Baik melalui tulisan atau pun diskusi-diskusi lainnya.

 

Baca juga: Dikukuhkan Guru Besar Tasawuf UINSA, Begini Kisah Rubaidi

 

“Karena itu, saya selalu menjadikan Gus Dur sebagai panduan bagi saya. Saya harus melakukan apa, membela siapa, berjalan seperti apa, semuanya berkaca kepada Gus Dur,” pungkasnya.


Metropolis Terbaru