Surabaya, NU Online Jatim
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Marzuki Mustamar menyebutkan, bahwa Islam Nusantara menurutnya menjadikan para ulama Nusantara sebagai patokan sebelum ke Barat atau Timur Tengah. Sehingga ilmu yang diperoleh dilakukan akulturasi dan dicocokkan dengan fatwa-fatwa ulama Nusantara.
“Itu yang di maksud dengan Islam Nusantara. Mengapa demikian? Karena kita tahu Timur Tengah sudah banyak terpapar wahabi. Bahkan, dulu ketika wahabi memberontak banyak ulama Aswaja yang dibunuh,” jelasnya saat ngaji rutin kitab Mukhtarul Ahadits di Aula KH Bisri Syansuri Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, Sabtu (08/01/2022).
Tidak hanya itu, lanjut Kiai Marzuki, makam-makam ulama Ahlussunnah wal Jamaah juga digusur dan kitab-kitabnya dibakar. Kemudian setelahnya, menerbitkan kembali kitab Shahih Bukhari, Muslim, atau pun kitab tafsir versi mereka yang telah dilakukan perubahan.
“Lantas, mau cari kitab yang aslinya di mana? Banyak di Indonesia. Atas dasar itu, kita menjadikan ulama Nusantara sebagai patokan. Kitab-kitab di Nusantara tidak dimusnahkan, dan ulamanya punya silsilah sampai ke Rasulullah SAW,” terangnya.
Kiai Marzuki juga mengingatkan, bahwa menjadi orang Indonesia harus banyak bersyukur. Hal tersebut karena di Indonesia masih sangat memperhatikan ilmu agama.
“Di sini (Indonesia) belum berumur lima tahun, masih umur tiga tahun, sudah dimasukkan ke Kelompok Bermain (KB). Dan akhirnya lulus KB belum usia lima tahun sudah hafal Surat Al-Asr,” katanya.
Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek, Malang menyinggung terkait amar ma’ruf nahi munkar. Menurutnya, amar ma’ruf nahi munkar merupakan suatu ikhtiar untuk menuju kebaikan.
“Jadi, yang dimaksud amar ma’ruf nahi munkar itu tidak hanya sekedar berucap takbir saja,” tegasnya.