Metropolis

Ning Umi Laila Ulas Alasan Diadakan Acara Maulid Nabi

Selasa, 17 September 2024 | 10:00 WIB

Ning Umi Laila Ulas Alasan Diadakan Acara Maulid Nabi

Umi Laila saat ngaji di Kalimati, kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo. (Foto: NOJ/Boy Ardiansyah)

Sidoarjo, NU Online Jatim

Pendakwah Muda Nahdlatul Ulama (NU) asal Surabaya, Ning Umi Laila memaparkan alasan diadakannya acara maulid Nabi, padahal di zaman Nabi Muhammad SAW tidak ada acara maulid seperti yang banyak dilaksanakan saat ini di Indonesia.


Hal tersebut disampaikannya saat mengisi acara maulid di TPQ Al-Musyarrofah Kalimati, Tarik, Sidoarjo, Sabtu (15/09/2024).


“Ada yang mengatakan kenapa mengadakan maulid, zaman Nabi tidak ada? Adanya muludan seperti ini adalah bentuk umat Islam senang akan kelahiran Nabi Muhammad SAW,” katanya.


Dirinya menjelaskan, umat Islam yang senang akan kelahiran Nabi Muhammad SAW akan mendapat syafaatnya, salah satunya akan diringankan siksa kuburnya. Ning Umi Laila lantas mencontohkan kisah Abu Lahab, dimana pada setiap hari Senin siksa kuburnya diberi keringanan oleh Allah karena pernah senang dengan lahirnya Nabi Muhammad SAW.


“Ada orang meninggal dimana setelah dimandikan tiba-tiba wajahnya menghitam. Hal ini membuat anaknya keget hingga pingsan,” kiasahnya.


Saat pingsan itu sang anak bermimpi dengan sosok yang sangat tampan sekali. Orang tersebut mendatangi ayah sang anak itu kemudian mengusap wajahnya. Wajah ayah yang semula hitam lantas menjadi putih. Anak tersebut lantas bertanya siapa sebenarnya orang yang mengusap wajah ayahnya itu.


“Ternyata yang mengusap wajah ayahnya adalah Nabi Muhammad SAW. Sang anak baru mengetahui sebab wajah ayahnya hitam karena pernah melakukan dosa besar. Namun karena ayahnya sering membaca shalawat Nabi pun memberi syafaat,” urainya.


Ning Umi Laila menyebut, Nabi Muhammad SAW adalah teladan bagi umat Islam. Meski Nabi statusnya sama dengan manusia lainnya, artinya tidak sama dengan malaikat. Namun Nabi tidak sama seperti manusia lainnya, Nabi Muhammad SAW adalah berlian.


Dalam bersosial, Nabi Muhammad SAW terkenal tidak pilih-pilih dalam bergaul. Ia mampu bergaul dengan siapa saja dan dari golongan mana saja. Nabi Muhammad SAW adalah sosok manusia yang bisa memenusiakan manusia.


“Nikmat paling besar dimiliki oleh seorang manusia adalah punya iman dan Islam. Dan salah satu iman adalah percaya dengan Nabi Muhammad SAW,” tandasnya.