• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Opini

Pesantren dan Personal Branding

Pesantren dan Personal Branding
Pesantren dan Personal Branding. (Foto: Ilustrasi/ ISt)
Pesantren dan Personal Branding. (Foto: Ilustrasi/ ISt)

Oleh: Alfain Nurul Fawaiz *)

Dalam dunia politik dan bisnis pasti tidak luput dengan adanya personal branding. Dengan personal branding dapat membangun kesan dan citra positif kepada khalayak. Farco Siswiyanto Raharjo dalam buku The Master Book of Personal Branding menyebutkan, bahwa personal branding memiliki makna sebagai cara seseorang mengambil kendali penilaian orang lain atas diri individu tersebut.

 

Seiring dengan teknologi yang semakin berkembang, personal branding mulai dijumpai melalui berbagai macam konteks, termasuk dalam bidang pendidikan seperti di pondok pesantren. Dalam membangun citra yang baik, pondok pesantren pun juga berbondong-bondong memanfaatkan media sosial dengan melakukan personal branding untuk mempromosikan keunggulan-keunggulan yang dimiliki Pesantren tersebut.

 

Di era digital ini personal branding pesantren menjadi penting karena pesantren merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran unggul dalam membentuk karakter dan kepribadian santri. Salah satu tujuan pesantren untuk melakukan personal branding adalah agar banyak generasi-generasi muda yang berkeinginan untuk melanjutkan jenjang pendidikannya ke pondok pesantren. Banyak pula dari kalangan generasi atau gen alpha yang berkeinginan mondok karena tertarik akan konten-konten pesantren yang beredar di media sosial.

 

Para generasi muda juga dapat memilih pondok pesantren sesuai dengan impian yang mereka cita-citakan. Seperti memilih pesantren untuk menghafal Al-Qur’an dengan basis salaf, pesantren modern yang menggunakan bahasa asing, atau berbagai ciri khas pesantren lainnya. Perihal ini juga dapat mempermudah orang tua untuk lebih mempercayakan putra-putri mereka ke pondok pesantren yang dituju. Dengan ini membuat para pihak pesantren saling berpacu untuk memperkenalkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki. Dan, inilah personal branding.

 

Personal branding pesantren melalui media sosial juga dapat membangun representasi positif, membangun jaringan dengan alumni pesantren, atau dimanfaatkan pula untuk mengikuti berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan santri.

 

Namun, persoalannya terkadang penyampaian dalam personal branding terlalu berlebihan. Bahkan, hal-hal yang disajikan tidak selaras dengan kondisi atau fakta di lapangan, baik tentang fasilitas pesantren atau kegiatan-kegiatan di pondok pesantren.

 

Lazimnya personal branding memang diciptakan untuk mempromosikan tentang kualitas pesantren dan menciptakan kesan positif yang dimiliki. Namun, karena promosi yang disebarluaskan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan, hal ini menyebabkan para santri yang terlanjur masuk pesantren kecewa. Sehingga jika hal tersebut tidak diperhatikan dengan betul dapat menimbulkan spekulasi negatif terhadap pesantren. Fenomena ini seharusnya yang menjadikan pembeda antara personal branding pesantren dengan personal branding bisnis maupun politik.

 

Dalam pendidikan pondok pesantren kita diajarkan untuk selalu menjunjung tinggi kejujuran. Seperti disebutkan pada hadist:

عن عبد الله قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :عليكم بالصدق، فإن الصدق يهدي إلى البر، وإن البر يهدي إلى الجنة، وما يزال الرجل يصدق ويتحرىالصدق حتى يكتب عند الله صديقا، وإياكم والكذب، فإن الكذب يهدي إلى الفجور، وإن الفجور يهدي إلى النار، وما يزال الرجل يكذب ويتحرى الكذب حتى يكتب عند الله كذابا

 

Artinya: “Dari ‘Abdullah dia berkata; Rasulullah SAW bersabda: Kalian harus berlaku jujur, karena kejujuran itu akan membimbing kepada kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan memelihara kejujuran, maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi Allah. Dan hindarilah dusta, karena kedustaan itu akan menggiring kepada kejahatan, dan kejahatan itu akan menjerumuskan ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai pendusta di sisi Allah." (Muttafaq ‘alaih).

 

Meninjau dari permasalahan tersebut, personal branding pondok pesantren yang baik hendaknya disesuaikan dengan nilai-nilai agama dan ciri khas pesantren yang menekankan kualitas dan kuantitas ketakwaan.

 

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam wajib mengajarkan santri untuk berperilaku baik dan menjaga etika dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain sesuai yang diajarkan oleh para ulama dan masyayikh. Dengan demikian, personal branding yang dibangun akan lebih terpercaya dan dapat membantu santri untuk mencapai kesuksesan di masa depan.

 

*) Alfain Nurul Fawaiz, Mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam di Universitas Hasyim Asy’ari Jombang.


Opini Terbaru