Pendidikan

Kisah Su’da Huwayda, dari Guru Pendamping Jadi Wisudawan Terbaik Unisma

Jumat, 21 Februari 2025 | 14:00 WIB

Kisah Su’da Huwayda, dari Guru Pendamping Jadi Wisudawan Terbaik Unisma

Su’da Huwayda yang berhasil meraih predikat wisudawan terbaik program sarjana. (Foto: NOJ/Moch Miftachur Rizki)

Malang, NU Online Jatim

Mahasiswi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Universitas Islam Malang (Unisma), Su’da Huwayda sejak semester 5 telah menjalani peran sebagai shadow teacher atau guru pendamping, tetapi hal itu tak mengurangi semangat belajarnya.


Su’da sapaan akrabnya berhasil meraih predikat wisudawan terbaik program sarjana tingkat universitas pada wisuda periode 75 tahun 2025. Dalam tugas akhirnya, ia meneliti “Analisis Miskonsepsi Matematika untuk Mengurangi Kesalahan Berhitung Siswa Kelas V di MI Al-Hidayah, Sumberkreco, Sidomulyo, Kecamatan Jabung”.


“Saya melakukan penelitian mengenai analisis miskonsepsi. Ketertarikan saya muncul dari keinginan untuk memahami penyebab siswa mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal matematika. Dari penelitian ini, saya menemukan bahwa miskonsepsi bukan hanya terjadi di kelas V, tetapi sudah muncul sejak awal penanaman konsep di kelas II. Dengan kata lain, siswa mengalami kesalahan konsep sejak dini, sehingga ketika mereka berada di kelas V, kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal matematika semakin besar,” katanya saat dikonfirmasi NU Online Jatim, Kamis (20/02/2025).


Menurutnya, sebagai solusi, kolaborasi antar guru diperlukan untuk memastikan kesinambungan pemahaman siswa dari kelas II hingga kelas V. Ia mencontohkan bahwa dalam konsep perkalian, siswa mulai dikenalkan sejak kelas II, kemudian pemahamannya berkembang hingga mencakup bilangan ratusan dan ribuan, sebelum akhirnya diuji di kelas-kelas berikutnya.


“Oleh karena itu, komunikasi antar guru sangat penting untuk membangun pemahaman yang kuat sejak dasar. Jika sejak awal siswa telah memahami konsep dengan baik, maka saat menghadapi soal di kelas V, mereka tidak akan mengalami kesulitan,” terang alumni Pondok Pesantren Al-Ittihad Malang tersebut.


Su’da menerangkan, selain kuliah, ia mulai bekerja sejak semester V sebagai guru pendamping di MI. Dalam pekerjaannya, ia mendampingi seorang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan kelainan otot dan saraf (tunadaksa) yang memerlukan bantuan dalam berjalan.


“Meskipun mengalami keterbatasan fisik, pemahaman akademiknya berkembang sangat baik. Namun, anak ini memiliki kecenderungan untuk memikirkan konsep secara lebih mendalam daripada anak seusianya. Oleh karena itu, perlu adanya pendampingan khusus agar pemahamannya tetap sesuai dengan tahap perkembangan usianya,” jelasnya.


Mahasiswi asal Malang tersebut memaparkan, dalam menjalani kuliah dan pekerjaan, terdapat beberapa tips yang dianggapnya penting. Ia menyebut, sejak semester pertama, mahasiswa sebaiknya sudah memiliki tujuan atau target yang jelas. Jika ingin menjadi lulusan terbaik, mereka harus berkomitmen dalam mengerjakan tugas, menjaga kehadiran, serta bertanggung jawab terhadap perkuliahan.


“Jika harus bekerja sambil kuliah, pilihlah pekerjaan yang fleksibel dan tetap mendukung proses akademik. Kuliah tetap harus menjadi prioritas utama,” terangnya.


Su’da juga menyampaikan kesannya selama berkuliah di Unisma bahwa kampus tersebut tidak hanya menerima dan mentoleransi perbedaan, tetapi juga memberikan jaminan perlindungan bagi seluruh mahasiswa, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus. Ia menambahkan, di kelasnya terdapat seorang teman yang termasuk dalam kategori ABK.


“Saya melihat bahwa dosen memiliki pendekatan yang berbeda dalam mengajar dan memberikan pemahaman kepadanya dibandingkan dengan mahasiswa lainnya. Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi kami tentang bagaimana memperlakukan dan mendukung teman yang memiliki kebutuhan khusus,” tandasnya.