Malang, NU Online Jatim
Universitas Islam Malang (Unisma) bekerja sama dengan Universitas Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar seminar bertajuk ‘Kompetensi Guru sebagai Pemimpin Perubahan Antara Strategi dan Aksi’. Seminar ini dihadiri oleh 200 peserta, yang mana setengah dari peserta tersebut merupakan guru dari berbagai daerah di Pulau Lombok.
Rektor Unisma, Prof H Maskuri, M.Si mengatakan, acara ini semata-mata bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di NTB yang mana langkah pertama yang ditempuh adalah dengan meningkatkan kualitas gurunya.
“Dalam rangka memberikan motivasi kepada guru, bagaimana mindset guru, culture shock guru, terobosan-terobosan guru, di dalam mengembangkan SDM khususnya di daerah NTB,” katanya, Senin (10/06/2024).
Pihaknya melaksanakan seminar ini dalam upaya untuk menyadarkan para guru bahwasanya mereka adalah tumpuan harapan untuk mengembangkan kualitas dan pendidikan kedepannya. Sehingga, diharapkan mampu merubah para budaya guru yang awalnya statis menjadi dinamis.
“Yang asalnya dia tidak kreatif menjadi kreatif. Yang asalnya dia tidak pro aktif menjadi pro aktif, kita ingin memotivasi budaya guru ini supaya lebih dinamis,” terangnya.
Adapun kedatangan Unisma ke NTB atas dasar undangan Petinggi Ponpes Al Ishlahuddiny, Kediri, TGH Muchlis Ibrahim bertujuan untuk meminta Unisma datang dan memberikan motivasi kepada guru-guru yang ada di lingkungan pondok pesantren.
“Kita diminta untuk memberikan motivasi kepada guru di lingkungan Pesantren Al Ishlahuddiny beserta 50an cabang yang telah beliau asuh tentunya untuk mendorong mereka melanjutkan pendidikan di Unisma,” ungkapnya.
Dalam upaya peningkatan SDM guru, Rektor Unisma melakukan silaturahim di tiga pondok pesantren yang ada di Lombok yakni pondok Al-Ishlahuddiny, Ponpes Al-Halimy, dan Ponpes at-Tahzib.
Ia menyebut, mengapa pondok pesantren sangat berkontribusi pada kemajuan SDM. Ini karena pondok pesantren sifatnya komparatif, artinya bahwa meski kini kemajuan teknologi sangat masif, namun tetap dibutuhkan akhlak dan etika yang baik sehingga menjadi penyeimbang antara ilmu dan agama.
“Di sinilah peran strategis pesantren yaitu bisa menghasilkan kualitas SDM yang beretika dan berakhlak,” tandasnya.
