• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Pustaka

Membaca Kisah Sukses Kiai Miliarder

Membaca Kisah Sukses Kiai Miliarder
Buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan. (Foto: NOJ/ ISt)
Buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan. (Foto: NOJ/ ISt)

M Mas’ud Adnan menerbitkan buku terbarunya berjudul Kiai Miliarder Tapi Dermawan. Ia memilih Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim MA sebagai tokoh lantaran keistimewaan yang dimilikinya. Menurutnya, jumlah miliarder terhitung masih sangat langka di Indonesia, khususnya kiai miliarder. Lebih langka lagi kiai miliarder yang dermawan. Hal tersebut disepakati Dahlan Iskan dalam pengantar buku ini yang diberi judul Juara Doa dan Dermawan Besar.


“Saya setuju dengan rumusan Bung Mas’ud ini: jadi kiai besar itu istimewa. Jadi kiai besar sekaligus pengusaha besar itu lebih istimewa, tapi yang membuat lebih-lebih istimewanya adalah Kiai Asep itu ulama besar, pengusaha besar, sekaligus dermawan besar,” tulis eks Menteri BUMN tersebut.


Menurut Dahlan Iskan, kesuksesan Kiai Asep sekarang tidak lepas dari kunci sukses yang telah diyakini dan diterapkannya, yaitu dengan menjaga kebersihan jiwa dan raga. Kebersihan jiwa meliputi selalu menjaga hati agar setiap perbuatan selalu diniatkan beribadah kepada Allah, dan kebersihan raga ialah dengan menjaga diri agar apa yang dimakan wajib bersih dari unsur haram. Dua hal tersebut dibarengi dengan berdoa. Doa di sini menjadi salah satu pemungkas utama kesuksesannya dan dijelaskan melalui salat hajat dua belas rakaat dan witir satu rakaat diakhiri dengan sujud. Dan di sinilah doa itu dipanjatkan, lafal doa ini termaktub dalam buku halaman terakhir yang sengaja dibagikan kepada pembaca agar bisa meniru kesuksesan kiai miliarder tersebut.


Kiai Asep disebut sebagai kiai miliarder bukan tanpa sebab apalagi omong kosong belaka. Disebutkan, aset tanahnya saja yang dimiliki mulai di Surabaya dan Pacet ditaksir mencapai Rp500 miliar. Sedangkan pendapatannya mencapai Rp9 miliar per bulan (hal.108). Ini merupakan jumlah yang fantastis dicapai oleh seorang ulama. Penghasilan tersebut juga tentu bukan berasal dari pemberian atau bantuan orang lain, melainkan dari usaha-usaha yang telah dibangunnya.


Diceritakan, bahwa Kiai Asep adalah orang yang anti meminta-minta bantuan atau mengajukan proposal. “Itu merendahkan martabat sebagai manusia dan NU,” tegasnya. Padahal Kiai Asep pernah ditawari bantuan materil oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan Presiden Joko Widodo untuk mengembangkan lembaga pendidikan yang sedang dirintisnya. (hal. 50).


Ada sejumlah usaha yang dimiliki Kiai Asep, meliputi perusahan air minum, SPPBE, peternakan ikan lele, perusahaan tahu dan tempe, biro perjalanan haji (KBIH), dan lain-lain. Kesuksesan lainnya ia berhasil mendirikan dan merintis lembaga pendidikan bernama Amanatul Ummah yang kali pertama bertempat di Siwalankerto, Surabaya pada tahun 2000-an dan mempunyai beberapa jenjang pendidikan mulai dari SMP, MTs, dan MA.


Setelah beberapa tahun berkembang pesat lalu mendirikan lagi di Pacet, Mojokerto sebuah lembaga Madrasah Bertaraf Internasional (MBI). Dan hingga kini (2023), mempunyai beberapa lembaga pendidikan dan kampus Institut Kiai Haji Abdul Chalim (Ikhac) yang tercatat mempunyai dua belas ribuan santri. Jumlah yang sekali lagi sangat fantastis untuk rentang masa perkembangan yang begitu singkat.  


Dijuluki sebagai kiai miliarder tapi dermawan tentu sekali lagi bukan tanpa sebab. Diceritakan, Kiai Asep pernah memberikan sedekah tiap harinya hingga ratusan juta. “Tangan saya gatal jika tak memberi uang kepada yang membutuhkan...” (hal. 165). Ada hal unik yang dikisahkan, jika Anda bertamu dengan seorang ulama biasanya akan memberikan amplop berisi uang sebagai tanda hormat. Namun ini terbalik, setiap tamu yang datang kepada Kiai Asep akan selalu diberi amplop uang saku dan sarung. Penulis buku ini mengalaminya sendiri hingga salah tingkah di awal perjumpaan. (hal. 99)


Terlebih pada waktu pandemi Covid-19 yang mengganas pada puncak tahun 2021 lalu. Kiai Asep menghabiskan dana hingga miliaran rupiah untuk memberikan bantuan kepada setiap warga Mojokerto dan Surabaya, khususnya yang terdampak pandemi.


Namun, siapa sangka di balik kekayaan yang dimiliki, ternyata dulunya Kiai Asep adalah pemuda yang sangat miskin. Hingga miskinnya saat mengenyam pendidikan di pesantren, untuk makan sehari-hari saja ia tak mampu membeli dan terpaksa makan kerak nasi yang disiram air agar keraknya mengelupas.


Tidak hanya itu, ada kisah kemelaratan Kiai Asep lainnya yang mengundang haru ketika ia mengajak istri yang baru dinikahinya ke sebuah warung. Karena tak punya uang untuk membayar makan, istrinya dititipkan sebagai jaminan. Dan siangnya baru diambil sepulang mengajar karena waktu itu gaji sebagai pengajar baru bisa diambil seusai jam sekolah berlangsung. (hal. 128)


Buku ini terdiri dari 15 bab yang berisi laporan catatan jurnalistik tentang segala aktivitas dan kiprah Kiai Asep yang bisa dirangkum sebagai berikut. Dimulai dari karir di dunia pendidikan membangun Amanatul Ummah dari nol hingga sukses, kegiatan sosial dalam bersedekah terutama dalam masa pandemi, sikap dukungan politiknya terhadap Presiden Jokowi dan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, dan pengabdiannya terhadap NU.


Perihal kiprahnya di NU tidak banyak yang tahu jika Kiai Asep ialah putra salah satu pendiri NU, yakni Kiai Abdul Chalim. Dalam sejarah pendirian NU, ia bertugas sebagai Katib Tsani Syuriyah PBNU, sedangkan Katib Awal Syuriyah yakni KH Abdul Wahab Hasbullah. Katib Tsani merupakan tugas administratif pembuatan surat yang akan dikirimkan kepada seluruh ulama yang akan dihadirkan dalam pembentukan PBNU waktu itu.


Penulis merampungkan buku ini selama tiga tahun dan selama itulah ia sering terlibat diskusi dengan sang kiai miliarder sekaligus Ketua Umum Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) ini. Sehingga penulis dapat merekam secara utuh pemikiran, kiprah, dan sosok Kiai Asep.


Mas’ud ialah seorang wartawan dan menjadikan tulisannya cair mengalir serta lancar dengan bahasa yang sederhana dan lugas sehingga mudah dipahami oleh pembaca di seluruh lapisan. Buku setebal 517 halaman ini sudah mengalami enam kali cetakan. Namun, cukup disayangkan, untuk buku yang sudah berulang kali cetak masih menggunakan kertas putih, bukan jenis kertas book paper yang kualitasnya jelas lebih baik.


Buku ini wajib dibaca oleh warga Amanatul Ummah, seperti siswa, guru, dan jajaran staf pada khususnya untuk lebih mengenal dan memahami sosok guru yang membesarkannya. Hal ini penting agar tercipta rasa cinta dan apresiasi terhadap Kiai Asep sebagai pendiri Pesantren Amanatul Ummah.


“Pemuda tidak dilihat dari jumlah kekayaannya. Melainkan dilihat dari seberapa tinggi cita-citanya,” demikian pesan sang kiai miliarder itu.
 

Identitas Buku:

Judul Buku: Kiai Miliarder Tapi Dermawan
Penulis: M Mas’ud Adnan
Penerbit: Duta Bangsa Intermedia Pers
Cetakan: VI Desember 2022
Tebal: 517 Halaman
ISBN: 978-623-99946-0-0
Peresensi: Nasrulloh Habibi


Pustaka Terbaru