• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Pustaka

Menghadang Jebakan Konsumerisme

Menghadang Jebakan Konsumerisme
Sampul buku Kece Tanpa Kere. (Foto: Istimewa)
Sampul buku Kece Tanpa Kere. (Foto: Istimewa)

Uang merupakan sesuatu yang inheren dengan kebutuhan hidup manusia. Tidak bisa dinafikan, ketika uang digunakan sebagai sistem transaksi umat manusia dalam jenis apapun, baik untuk membayar barang ataupun jasa. Terdapat adagium yang mengatakan “Uang bukanlah segalanya”, tetapi perlu di sini untuk mereflesksikan kembali bahwa keberadaan uang menjadikan manusia dapat bertahan hidup, mempersiapkan kehidupan masa depan, dan menggunakannya untuk kebutuhan lainnya.


Sayangnya, persoalan yang sedang mengemuka kaum milenial saat ini adalah kurangnya perhatian terhadap esensi uang itu sendiri. Termasuk lemahnya pengetahuan dalam mengalokasikan uang dengan bijak. Kondisi saat ini seringkali terdorong dengan sesuatu atau barang yang menjadikan mereka terhasut animo untuk membelinya (Consumerism) yang cenderung kurang bermanfaat. Mempraktikkan gaya hidup yang hedonis dan hanyut dalam life style.


Selain itu, yang paling krusial adalah ketika tidak selektif dalam mengatur keuangan secara baik yang akhirnya berujung hutang. Tentu tindakan semacam ini harus dihindari. Kita butuh tindakan preventif dan pemahaman tentang bagaimana cara menerapkan sistem pengelolaan uang yang sehat, merekap pemasukan dan pengeluaran, dan target-target masa depan yang diimpikan.


Buku yang bertajuk Kece Tanpa Kere ini, yang ditulis oleh tim Permata Bank, berhasil menggambarkan tata cara kelola uang yang efektif dan optimal. Mengajak para milenial untuk berpikir jangka panjang dalam manajamen keuangan. Di samping itu, penulis memberikan jawaban yang solutif dengan menggunakan data dan tambahan refrensi para tokoh.


Penulis membagikannya ke dalam enam chapter. Dan yang paling mengesankan dalam buku ini adalah di mana masing-masing sub-bab nya, pada bagian awal bab memakai bahasa Inggris. Sehingga, dari sini memberikan ciri khas yang berbeda dengan buku-buku lainnya. Termasuk pula buku ini memberikan tantangan setiap harinya untuk menjalani hidup secara hemat. Sehingga secara tidak langsung menggairahkan pembaca terpantik menerapkan tantangan tersebut yang diberikan selama 21 hari.


Buku ini memberikan suguhan menarik yang dihidangkan kepada pembaca terutama bagi generasi milenial dalam hal mengontrol keuangan dan cara penggunaannya. Pertama, untuk tidak terjebak pada lingkaran konsumerisme. Kedua, merepresentasikan bagaimana hubungan yang sifatnya konsumerisme dengan rasa kebahagiaan. Ketiga, berpikir lebih panjang untuk menatap masa depan. Keempat, cara hidup hemat. Kelima, menyiapkan kebutuhan yang datangnya tidak terduga. Keenam, mengetahui kehidupan yang sebenarnya dan memberikan pengaruh kapada lingkungan sekitar.


Tim Permata Bank, begitu jelas menggaungkan gerakan bertagar #SayangUangnya kepada para milenial. Bukannya menyuruh kita untuk bersikap kikir, namun untuk mempunyai sikap bijak. Terlihat ketika penulis di bab pertama menggambarkan gaya hidup Karina dan Radit. Mereka berdua telah “gagal” dalam menggunakan uangnya.


Karina adalah sosok perempuan yang sangat tergila-gila dengan kosmetik. Semula ia menggunakan produk lokal. Karena sudah merasa mampu, mempunyai gaji yang besar, maka sekarang semuanya berpindah ke produk kosmetik yang premium dan bahkan peralatan elektroniknya serba premium. Ia mampu membeli skin care buatan Jepang dan kosmetik buatan Amerika.


Berbeda dengan Radit, ia merupakan sarjana muda yang diterima bekerja di salah satu Bank. Setelah sekian lama ia terpuruk dalam garis ekonomi yang rendah. Kehidupan Radit tentu berubah drastis semenjak mendapatkan penghasilan. Ia tidak lagi makan mie instan, sebagaimana anak rantauan. Sekarang setiap harinya ia sudah mampu membeli makanan di Restoran. Di samping itu, Radit pun bisa menyewa kamar indekos di mana harganya lima kali lipat, jauh lebih mahal dari harga kamar waktu masa kuliahnya. (hlm.3-4)


Berangkat dari kisah Karina dan Radit, di sini penulis ingin menyadarkan pembaca untuk tidak menggunakan uang yang dikeluarkan dengan cara berlebihan. Salah satu faktor seseorang tergiur melakukan perilaku konsumtif tersebut ada tiga macam, diantaranya: tekanan sosial, insecurity, dan jebakan industri. Ketiga unsur inilah yang menggiring seseorang terpacu dengan perilaku konsumtif.


Maka, menurut pendapat Sean Covey, hendaknya memilih hubungan pertemanan yang tepat, karena itu akan berpengaruh kepada pribadi seseorang. Jika berteman dengan orang baik maka akan tumbuh menjadi baik. Sebaliknya, jika lingkaran pertemananya buruk maka akan berdampak negatif terhadap dirimu.


Problemnya, seseorang cenderung tidak berpikir panjang terhadap barang yang dibeli. Seberapa besarkah manfaat dari sesuatu yang dibelinya? ataukah hanya menuruti kebahagiaan semata? Kurangnya kesadaran akan hal itu menjadikan dirinya abai dalam bertindak karena kehilangan tujuan atau target yang ingin dicapai.


Dalam Islam sendiri, umat muslim sangat jelas melarang untuk berlebihan dalam menggunakan hartanya. Menurut National Financial Capability Study (NFCS) pada tahun 2015, mengatakan bahwa telah terjadi pergeseran mindset dalam kepribadian milenial. Kekeliruan pola pikir yang menyebabkan mereka tidak mampu mempersiapkan long term goals sebagaim ana yang telah dilakukan generasi sebelumnya. (hlm.76)


Kemudian, Tim Permata Bank memberikan langkah-langkah agar lebih selektif dalam memberikan keputusan dengan cara; membuat target jangka panjang (long term goals), membuat target jangka menengah (mid term goals), dan membuat target jangka pendek (short term goals).


Sehingga dengan target semacam itu membangun kehidupan kita teratur dan mengetahui langkah ke depan yang diperioritaskan. Memberikan waktu sejenak untuk berpikir kembali planning apa yang akan dilakukan ke depan. Termasuk alokasi dana yang diperhitungkan dengan cermat, baik pemasukan maupun pengeluaran.


Tim Permata Bank juga menekankan agar kita perlu menyiapkan dana yang datangnya tidak terduga (emergancy savings). Upaya ini dilakukan agar dapat prepare terhadap kebutuhan yang bersifat mendesak.


Sebagai penutup, buku ini sangat rekomendasi sekali bagi siapapun, dan khususnya anak milenial yang sedang merencanakan kehidupan di masa depan. Penulis juga mampu mendesain buku ini dengan elegan, mengilustrasikan gambar yang menarik sehingga tidak membosankan para milenial untuk membacanya.


Selain itu, buku ini juga dilengkapi dengan bentuk dialog seseorang yang sudah pakar dibidangnya. Termasuk pula diberikan langkah-langkah agar dapat mengatur keuangan dengan baik dan cara meraih impian hidup agar tercapai. Setelah saya membaca buku ini, kita seolah-olah diberikan refleksi pemahaman tentang bagaimana cara menggunakan uang itu sendiri, bahkan diberikan petunjuk agar tidak kehilangan kendali di tengah kehidupan disrupsi ini. Dari buku Kece Tanpa Kere kita diajak untuk menyuarakan gerakan dengan bertagar #SayangUangnya.

 

Identitas Buku:

Judul: Kece Tanpa Kere
Penulis: Tim Permata Bank
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama anggota IKAPI​​​​​​​
Tahun Terbit: 2017
Tebal: 213 halaman
ISBN: 978-602-03-5340-1
Peresensi: Ach Ghifari, Mahasiswa UIN Malang dan Alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep.


Pustaka Terbaru