• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Jujugan

Menikmati Ketan Legendaris Khas Jombang

Menikmati Ketan Legendaris Khas Jombang
Ketan legendaris di Jalan Gus Dur, Kota Jombang. (Foto: NOJ/JCg)
Ketan legendaris di Jalan Gus Dur, Kota Jombang. (Foto: NOJ/JCg)

Jombang dikenal dengan Kota Santri. Karena di kabupaten ini setidaknya ada empat pesantren besar, yakni Tebuireng, Rejoso, Denanyar, dan Tambakberas.

 

Karena itu, ribuan santri mendalami ilmu agama dengan beragam keahlian. Dan ini juga yang menjadikan Jombang sebagai jujugan bagi mereka yang ingin menempa diri, sekaligus merampungkan pendidikan formal.

 

Lebih dari itu, di Jombang juga banyak kuliner yang bisa dijadikan alternatif mengganjal perut, terutama kepada wali santri yang berkesempatan sambang. Salah satunya adalah warung ketan yang ada di jantung kota.

 

Warung Ketan Legendaris

Layaknya ketan, maka menikmatinya lebih utama pagi hari. Itu juga pemandangan yang bisa disaksikan kala singgah di Warung Ketan Merdeka, Jalan Gusdur No 29, Candi Mulyo, Kecamatan Jombang.

 

Harga seporsi ketan campur ‘hanya’ Rp6.000,-. Menunya ketan hitam dan putih lembut dan pulen. Parutan kelapa terasa manis sekaligus gurih di lidah. Ketan semakin terasa nikmat dengan paduan bubuk kedelai dan bubuk poyah. Segelas susu putih hangat menjadi pelengkap ketan yang pas.

 

“Warung ini sudah ada sejak tahun 1960, dulunya berupa gedhek. Sebelum jualan ketan, di sini terkenal getuk. Karena singkong saat itu mulai langka, mbah saya (Mbah Wage) akhirnya beralih ke ketan. Resepnya masih dipertahankan sama sejak dulu,” kata Sri Utami, penjual ketan yang merupakan generasi kedua.

 

Menurutnya, setiap hari ketan selalu dibanjiri pengunjung. Terutama akhir pekan. Terkadang pada pukul 05.30 WIB pelanggan harus rela kembali dengan tangan hampa. Karena ketan sudah ludes terjual.

  

Sejak 60 tahun silam, warung ketan ini buka setiap habis subuh hingga pukul 07.00 WIB. Biasanya Utami mulai menyiapkan bahan yang diperlukan sejak sore hari. Pada pukul 01.00 hingga 03.00 WIB bersama anaknya memasak ketan. Pukul 03.30 WIB ketan pun matang dan siap dipasarkan.

 

“Saya biasanya dibantu ketiga adik ipar dan anak pertama saya saat berjualan. Per hari bisa menghabiskan 25 kilogram ketan hitam dan putih, 15 hingga 20 biji kelapa tua, serta 1.5 kilogram kedelai,” bebernya.

 

Nama warung diberikan oleh pelanggan setia ketan yang berasal dari Blitar. Tepatnya pada tahun 1970. Pelanggan tersebut lantas menempelkan stiker bertuliskan Khetan Merdeka. Pada saat itu, jalan raya tempat warung ketan bertengger masih bernama Jalan Merdeka. Ternyata warung ketan ini membuat pelanggan tersebut terkesan dan bernostalgia.

 

Selain terkenal di luar kota, pulennya ketan cocok di lidah warga sekitar. Terutama pejabat  serta santri beberapa pondok di Jombang.

 

Supairan, mantan Sekretaris Desa Sebani, Sumobito, Jombang mengatakan ketan milik Utami memang spesial. Bagi pelanggan sejak kecil tersebut, ketan memiliki rasa yang khas dan paling enak. Yang membuatnya tertarik adalah bumbu poyah yang tidak ditemukan di daerah lain.

 

“Dulu ini gubuknya masih reot. Saya suka di sini karena bumbu poyahnya. Saya pernah mencoba di Malang dan Jember. Katanya ketannya enak dan legenda, tapi bagi saya tidak ada apa-apanya dibanding ketan ini. Ini paling enak se-Jawa Timur,” tegasnya.

 

Karena itu, biasanya usai shalat Subuh, dirinya membawa mobil dan mengajak jamaah masjid untuk menikmati ketan.

 

“Di sini juga bersih, pelayanannya cepat. Saya paling suka makan ketan campur dibarengi jahe. Biasanya saya mengajak teman buat nongkrong,” terangnya.

 

Bagi warga Jawa Timur dan provinsi lain yang ingin merasakan kelebihan ketan ini, silakan merapat pagi buta. Sebab, kalau matahari sudah terbit, khawatir ketan telah habis dan Anda tentu saja akan kecewa.


Jujugan Terbaru