• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Rehat

Bukan Hanya Produktif Menulis, Gus Mus Ternyata Piawai Masak Lho!

Bukan Hanya Produktif Menulis, Gus Mus Ternyata Piawai Masak Lho!
Aktivitas memasak Gus Mus bersama anak dan cucunya. (Foto: Instagram/s.kakung)
Aktivitas memasak Gus Mus bersama anak dan cucunya. (Foto: Instagram/s.kakung)

Jakarta, NU Online Jatim
Siapa yang tak kenal KH Ahmad Mustofa Bisri, pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, dan Rais Aam PBNU periode 2014-2015. Kiai kelahiran 10 Agustus 1944, ini selain dikenal karena produktivitas menulis, dan melukis, seringkali menarik perhatian warganet dengan postingan-postingan di akun media sosialnya. Ada kekhasan dari postingannya, yakni tagar Jum'at Call. 


Gus Mus, demikian publik menyapa, sejak lama kesohor dengan karya-karya sastra. Pentas baca puisi tahun 1980-an yang ia ikuti menuai banyak pujian, dan Gus Mus langsung dikukuhkan kehadirannya sebagai ‘bintang baru’ dalam dunia kepenyairan Indonesia. Dilansir gusmus.net, kala itu, ia menjadi satu-satunya penyair Indonesia yang menguasai sastra Arab (bukan sekedar terjemahannya). Sajak-sajak Gus Mus bisa dijumpai hingga ruangan kampus Universitas Hamburg, Jerman.


Selain memiliki segudang aktivitas pengajian, melukis, dan menulis sajak, Gus Mus kerap kali menunjukkan bakat memasaknya. Baru-baru ini, ayah dari tujuh anak ini mengunggah foto masakan yang ia kreasikan sendiri. Nasi goreng (Nasgor) dengan resep “cemplang-cemplung” itu dikatakan mampu menggoyang lidahnya. “Pagi ini resep nasgorku lagi-lagi berhasil menggoyang lidahku,” kata pria yang bulan kemarin berusia 76 tahun.


Gus Mus mengakui tidak ada resep baku tiap kali masak. Sebagai contoh, Senin (31/8) kemarin ia membuat nasi goreng dengan campuran hati sapi, hati ayam, dan lidah sapi. “Ini resep cemplang-cemplungku pagi ini (besok-besok mungkin berubah),” tulis di akun instagram @s.kakung.


Pekan lalu, Ahad (23/8) Gus Mus juga mengunggah foto masakannya. Tak tanggung-tanggung, beliau memasak dua menu sekaligus. Hanya saja tak ada keterangan masakan apa yang disajikan. Tetapi cukup terlihat potongan hati sapi dengan taburan bawang goreng. 

 

“Gaya-gayanan niru chef professional, memasak 2 jenis masakan sekaligus. Meski yang satu berhasil indah dan enak, yang satunya lagi... gosong.  Makanya kalau amatir, tahu dirilah, jangan coba-coba meniru yang profesional,” tulis keterangan di foto itu.

 

Gus Mus mungkin tidak berkenan jika dikatakan piawai memasak. Baginya aktivitas memasak hanya “intermeso”, selingan pada waktu senggang. Bahan-bahan yang diolah, ya yang ada di dapur atau “kebun mini” miliknya. Terkadang untuk membuat sarapan, ia hanya membuat salad seadanya, mencampur daun-daun dengan tomat, cabe, zaitun, dan perasan jeruk nipis serta taburan garam. Salad itu sebagai pelengkap nasi bersama petis bumbon tahu, krupuk puli, dan tempe goreng. Gus Mus menyebut sajian itu sebagai “sarapan mewah”.

 

Kesederhanaan memasak Gus Mus tak hanya dinikmati sendiri. Biasanya ia mengundang anak dan cucunya menyantap olahan “cemplang-cemplungnya” itu. Pernah suatu waktu, selepas ngaji dengan cucu-cucu Bani Bisri, perutnya terasa lapar. Ia menuju dapur, dan hanya mendapati tempe khas Rembang yang masih dalam balutan daun Jati. Ketika dibuka, tempe sudah 'masak'. Peraih “Anugerah Sastra Asia” dari Majelis Sastra Mastera, Malaysia, 2005 itu pun langsung mempersiapkan bumbu seadanya; cabe merah, cabe hijau, cabe rawit, bawang merah, bawang putih, tomat, trasi, dan garam. Bahan bumbu diulek lalu digoreng menggunakan minyak kelapa dan zaitun. Bahan utama tempe dipotong kecil-kecil dan dicampurkan ke dalam bumbu-bumbu yang sudah mulai meruapkan aroma sedap. “Maka jadilah lauk yang membuat makan malamku istimewa.”


Selain masak seadanya, khas orang kampung dengan sambal terasi dan tempe goreng, Gus Mus terkadang mencoba masakan Timur Tengah. 

 

Pertengahan Desember 2019 lalu misalnya, Gus Mus  mencoba membuat Badzinjan Makkhsyi, yakni makanan khas Mesir yang kaya akan rempah dan menggugah selera. Gus Mus mengisahkan sewaktu tinggal di Mesir, ia pernah diajak ke rumah kawannya di kota Zaqaziq, sebuah kota di delta Sungai Nil, atau dataran rendah dan merupakan ibu kota Provinsi Sharqiya, 75 kilometer di sebelah timur laut Kairo.

 

“Waktu makan siang, oleh ibunya kawan kami --yang jago masak-- kami dijamu dengan beraneka macam masakan khas Mesir. Di samping ikan-ikanan, ada masakan yang serba makhsyi (dengan isian nasi berbumbu): ayam makhsyi, burung dara makhsyi, terong makhsyi, bahkan tomat dan cabe makhsyi,” tulis Gus Mus.

 

Nah, berawal dari ingatan masa lalu itulah Gus Mus membuat Badzinjan Makkhsyi ala-ala. Alumnus dan penerima beasiswa dari Universitas Al Azhar Cairo (Mesir, 1964-1970) itu langsung menuju dapur dan mendapati banyak terong. Tiba-tiba saja ia tergerak masak “terong isi”. Mula-mula isi terong dikeluarkan, lalu diganti/diisi beras yang sudah dibumbui. Setelah terisi baru dikukus. Proses kreasinya mirip ngukus lontong atau kupat.


“Hasilnya lumayan, cukup mirip dengan Badzinjan Makhsyi yang kunikmati di Zaqaziq puluhan tahun yang lalu. Alhamdulillah,” kenang Gus Mus.

 

Tentu saja postingan itu menuai banyak love, dan ratusan komentar. Hampir 26 ribu merespon dengan mengirim tanda cinta. Lainnya memuji, mendoakan, ada juga yang serius tanya tahapan-tahapan masaknya.


Buat Anda yang merindukan Gus Mus sekaligus ingin mencicipi sambel terongnya yang masyhur itu, silakan berkunjung ke Lateh, Rembang. Sehabis berlalunya korona, ya! 


Rehat Terbaru