• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 24 April 2024

Rehat

Karamah KH Ahmad Fauzi Sirran yang Dikenang Warga NU Sumenep

Karamah KH Ahmad Fauzi Sirran yang Dikenang Warga NU Sumenep
KH Ahmad Fauzi Sirran. (Foto: NOJ/Firdausi)
KH Ahmad Fauzi Sirran. (Foto: NOJ/Firdausi)

KH Ahmad Fauzi Sirran, putra mendiang Kiai Sirran dan Nyai Saidah dikenal seorang ulama NU Sumenep yang alim, wara, zuhud dan memiliki ladunni. Bahkan warga mengatakan sosok ulama yang memilki karamah karena dawuhnya tak pernah salah. Seakan-akan mengetahui sebuah kejadian yang akan terjadi di kemudian hari.

 

Ada beberapa karamah Kiai Fauzi Sirran yang sampai detik ini dikenang oleh Nahdliyin, masyayikh NU, alumni, serta pernah dipublikasikan di majalah resmi Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pragaan, yakni majalah Khdimah yang terbit pada tahun 2013. 

 

Keistimewaan yang dimiliki oleh alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk dan Sidogiri Pasuruan ini sulit dicerna oleh akal. Berkat ketaqwaan, kharisma, kealiman dan kezuhudannya, banyak tokoh yang sowan kepadanya guna mencari jalan solusi. Misalnya, memohon doa agar menang dalam sebuah kontestasi pemilihan kepala daerah, dan sejenisnya.

 

Hasil istikharah dan dawuhnya pasti kenyataan. Tak heran banyak tokoh politik sowan ke kediamannya di Pondok Pesantren Al-Ihsan Jaddung, Pragaan, Sumenep untuk mendengarkan hasil istikharah dan wejangan yang disampaikan oleh Kiai Fauzi. Berikut karamah kiai kelahiran 1935 yang lumrah diceritakan oleh masyarakat. 

 

1. Pencuri takluk 

Alkisah, ada sekelompok pencuri yang masuk ke pekarangannya saat Pondok Pesantren Al-Ihsan Jaddung, Pragaan, Sumenep baru berdiri. Maling tersebut berhasil menggondol beberapa barang. Namun ketika hendak keluar dari area pesantren, si maling kaget lantaran kawasan pesantren berubah seketika menjadi danau besar. 

 

Melihat fenomena ghaib tersebut, maling berenang hingga tubuhnya penuh dengan luka. Padahal danau itu hanya semu. Kenyataannya, maling itu berenang di atas tanah yang berbatu.

 

Di waktu yang berbeda, ada pula maling yang menggondol kambing milik pesantren. Agar kambing tidak berbunyi dan meronta-ronta, si maling memanggul dan membekap mulutnya. 

 

Saat sampai di rumah penculik, kambing yang ia turunkan dari punggungnya seketika berubah menjadi batu besar. Merasa dipermainkan, penculik berniat jahat. Singkat cerita, ketika si maling melihat Kiai Fauzi berdiri, ia menyerang kiai dengan celurit. Entah kenapa celurit tersebut mengenai tubuhnya sendiri.

 

2. Telepati wali

Pada tahun 1982, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Situbondo KHR As'ad Syamsul Arifin menanyakan guru dari asistennya yautu Mansur Idris. Tanpa ragu Mansur menjawab bahwa gurunya adalah KH Ahmad Fauzi Sirran. 

 

Berselang 3 hari, sang khadim ditanya lagi gurunya. Jawabanya sama dengan kemarin. Pada waktu yang sama, tiba-tiba Kiai Fauzi datang ke Sukorejo sowan kepada Kiai As'ad. Kejadian ini membuat Mansur bertanya-tanya soal cara Kiai As'ad memanggil atau menghubungi Kiai Fauzi dalam waktu cepat. Padahal pada waktu itu belum ada telepon.

 

3. Ada di dua tempat

Dikisahkan oleh wali santri asal Desa Kaduara, Pragaan yang sowan kepada Kiai Fauzi Sirran. Saat ia sampai di jembatan di Desa Pakamanban Laok, ia melihat Kiai Fauzi berjalan seorang diri mengenakan sorban putihnya. 

 

Tanpa ragu ia menghampiri Kiai Fauzi sembari mendorong sepeda motor. Kemudian ia memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuannya untuk sowan. 

 

Mendengar hal itu, kiai meminta untuk pergi ke kediamannya. Sesampainya di sana, si wali santri terkejut karena melihat kiai sedang menyapu halaman rumah. Padahal tujuannya si wali adalah sampai terlebih dahulu di kediamannya sambil menunggu kiai pulang.

 

4. Menyembuhkan penyakit

Suatu malam, ada seorang tamu Kiai Fauzi ingin sowan. Berhubung tidak tahu rute atau alamat kiai, ia kesasar. Hingga pada akhirnya ia ditolong warga.

 

Diketahui, maksud tujuan tamu tersebut tak lain adalah ingin mendapatkan doa karena anaknya sakit parah dan tak kunjung sembuh. 

 

Berhubung mamasuki jam 02.00 dini hari, si penolong mengajaknya ke kediaman Kiai Fauzi. Namun ia menegaskan bahwa si tamu tidak bisa bertemu dengan kiai. Karena kebiasaan kiai di malam hari adalah shalat dan berdoa. Ia menyarankan kepada si tamu untuk mengamini saja di depan kediamannya. 

 

Akhirnya, mereka bedua berangkat ke kediaman Kiai Fauzi. Di lokasi, si tamu hanya mengucapkan amin saja. Kendati tak bertatap muka dengan kiai. Setelah itu si tamu pulang ke rumahnya.

 

Keesokan harinya, si tamu datang lagi ke rumah si penolong. Ia menyatakan bahwa anaknya sudah sembuh dan bisa melewati masa kritis. Kedatangannya ke sana adalah ingin sowan dan bertatap muka langsung dengan Kiai Fauzi.

 

5. Minyak wangi

Nahdliyin di Sumenep mengetahui bahwa Kiai Fauzi sering memberikan minyak wangi kepada tamu. Masyarakat meyakininya dapat mendatangkan manfaat, seperti mempermudah urusan pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lainnya.

 

Cerita yang viral dari mulut ke mulut itu dijawab oleh salah satu santrinya yang kala itu memperbaiki bel yang rusak. Diceritakan, Kiai Fauzi menyatakan bahwa bel itu rusak karena masuk angin. Seketika kiai mengambil minyak yang biasa diberikan pada tamu dan dioleskan pada bel. Ajaibnya, bel yang rusak tadi bisa berbunyi atau dapat difungsikan lagi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

 

Kisah unik lainnya muncul dari alumni yang kala itu dipercaya merawat mobil pesantren. Suatu hari, mobil tersebut rusak. Guna mempercepat, ia mencoba mencari titik kerusakan.

 

Saat menemukan titik kerusakan, ia kesusahan membuka baut yang mulai karat. Banyak cara ia lakukan agar bisa membuka baut yang karat tersebut. Hasilnya nihil, ia tak sanggup membuka baut tersebut.

 

Melihat kejadian itu, Kiai Fauzi menyatakan bahwa baut itu butuh pelumas. Tanpa basa basi, kiai meneteskan minyak wangi pada baut tersebut. Ternyata, baut karat itu bisa dibuka dengan setetes minyak wangi yang biasa diberikan pada tamu.

 

6. Mobil laku terjual

Kewafatan Kiai Fauzi tersiar di Sumenep. Banyak warga yang ziarah ke makamnya. Suatu hari ada seorang peziarah yang memanjatkan doa, tahlil dan mengaji surah Yasin.

 

Selain tabarrukan, si peziarah berdoa kepada Allah agar mobilnya laku terjual. Anehnya, belum keluar dari maqbarah, handphonenya berdering. Ternyata orang yang menghubunginya ingin membeli mobilnya.


Rehat Terbaru