Pelajaran dari Cak Ipul, Pentingnya Menata Keseimbangan Hidup
Rabu, 19 Juni 2024 | 21:00 WIB

Almarhum Syaifullah Ibnu Nawawi saat bertemu dengan kontributor NU Online Jatim asal Malang. (Foto: NOJ/ISt)
Moch Miftachur Rizki
Kontributor
Tak terasa sudah empat tahun sejak pertama kali bertemu dengan sosok yang luar biasa dalam pengabdiannya, Pak Syaifullah Ibnu Nawawi atau yang kerap disapa Cak Ipul, Pemimpin Redaksi NU Online Jatim dan Majalah AULA.
Pertemuan pertama kami terjadi dalam agenda Madrasah Jurnalistik yang diadakan oleh NU Online Jatim yang bekerja sama dengan Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU)-Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Jatim.
Sejak saat itu, saya mulai mengenal beliau, terlebih lagi setelah saya diterima menjadi Kontributor NU Online Jatim dan menandatangani pakta integritas.
Walaupun beliau menjabat sebagai pemimpin redaksi, saya jarang melihat beliau marah terkait pemberitaan yang terkadang saya lupa menulisnya. Beliau sering mengunjungi saya di Malang Raya.
Saat bertemu, pembahasannya tak pernah lepas dari modal kehidupan, termasuk melangsungkan hidup dengan calon pendamping. Beliau sering memompa saya untuk segera menikah setelah saya menyelesaikan studi magister pendidikan guru madrasah ibtidaiyah. Selain itu, beliau sering mengingatkan pentingnya menata keseimbangan hidup agar hidup kian barokah dan bermanfaat.
Baca Juga
Cak Ipul, Guru dan Sumber Ilmu Kehidupan
Di tengah kesibukannya, beliau sering menyempatkan diri untuk bersilaturahim ke rumah anak-anak kontributornya di berbagai daerah di Jawa Timur, seperti Sumenep, Ngawi, Blitar, Malang, Banyuwangi, dan beberapa tempat lainnya.
Tidak jarang beliau juga memberikan bingkisan kepada kami. Rumah kami di Malang pernah menjadi tempat singgah beliau saat melakukan reportase tentang Tragedi Kanjuruhan.
Pada kesempatan lain, saya pernah singgah di kediaman beliau saat mengantarkan seorang sahabat yang sedang patah hati untuk berdoa di maqbarah muassis NU di Jombang. Sejak itu, saya tahu kebiasaan beliau yang tidak jauh berbeda baik di rumah sendiri maupun di rumah orang lain. Beliau selalu disiplin membaca, menulis, dan beribadah tepat waktu.
Tepat sepekan yang lalu beliau telah dipanggil oleh-Nya. Banyak kisah dan pelajaran yang bisa diambil dari ketokohan beliau. Pesan beliau yang akan selalu saya kenang adalah jangan menjadi beban bagi orang lain dan jika membantu, tidak perlu meminta balasan kebaikan.
Bismillah, semoga saya dan rekan-rekan yang lain bisa melanjutkan perjuangan luar biasa yang telah bapak amanatkan.
Alfatihah
Terpopuler
1
PCNU Nganjuk Apresiasi 7 Kader Lolos Beasiswa Keagamaan PWNU Jatim
2
Resmi Dilantik, Fatayat NU Magetan Miliki Program Unggulan Mahabah
3
Tidak Menghadiri Undangan Pernikahan Sebab Tak Punya Uang, Bolehkah?
4
Paradoks Palestina: Dukungan Muslim yang Pincang
5
Peduli Lingkungan, MWCNU dan Banser di Bangkalan Bersih-bersih Pelabuhan
6
Kedung Cinet, Merasakan Eksotisme Miniatur Grand Canyon di Jombang
Terkini
Lihat Semua