• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 27 Maret 2025

Rehat

Prinsip Parenting ala Ali bin Abi Thalib

Prinsip Parenting ala Ali bin Abi Thalib
Ilustrasi parenting. (Foto: NOJ/ ISt)
Ilustrasi parenting. (Foto: NOJ/ ISt)

Islam hadir di segala lini kehidupan. Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga hubungan manusia dengan sesamanya. Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Sedangkan ajaran Islam selalu relevan untuk dijalankan dengan baik dan benar dari segala kondisi dan situasi tanpa terikat ruang dan waktu.

 

Ada banyak upaya yang dilakukan oleh para ulama dalam memerankan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan, terutama di bidang pendidikan baik berupa karangan atau kitab, berdakwah, dan program khusus lainnya yang masih bisa diimplementasikan oleh umat muslim hingga saat ini. Namun ada cara dan strategi khusus yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat terhadap salah satu komponen penting dari ajaran Islam, yakni cara mendidik anak.

 

Di samping itu, pendidikan anak merupakan suatu hal yang penting dari ajaran Islam, bahkan Rasulullah sendiri memberikan wejangan utama dalam hal kewajiban untuk mendidik anak atau parenting. Hal ini terkandung dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dari Sahabat Jabir bin Samurah, Rasulullah bersabda:

 

 ومن علم ولده خير له من أن تصدق بشهر واحد

 

Artinya: Seseorang mendidik anaknya itu lebih baik baginya daripada ia menshadaqahkan (setiap hari) satu sha’.

 

Adapun cara mendidik anak beberapa sahabat memberikan prinsip parenting yang bisa diajarkan kepada orang tua muslim untuk membantu pembentukan karakter anak melalui pola asuh yang tepat. Sebagaimana hal ini juga dilakukan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA. Cara pola asuh anak yang dilakukan Sayyidina Ali masih relevan jika diterapkan di era modern saat ini.

 

Secara garis besar, menurut Sayyidina Ali, sebagai orang tua tidak boleh bertindak otoriter terhadap anaknya. Seharusnya ketika sudah menjadi orang tua perlu untuk memahami dalam memberikan pola asuh anak sesuai zamannya agar anak mampu bersaing serta menguasai potensi mereka sepenuhnya. Sebagaimana maqalah Sayyidina Ali: “Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan dari zamanmu”.

 

Lantas, seperti apakah prinsip parenting yang diajarkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib? Dalam hal ini, Sayyidina Ali mengelompokkan menjadi tiga bagian. Pertama, kelompok usia 7 tahun pertama. Hal yang terbaik dilakukan oleh orang tua dalam fase ini ialah melayani anak dengan sepenuh hati dan tulus seperti memberlakukan ia selayaknya seorang raja. Karena pada tahap ini anak akan belajar dari sikap orang tua, semisal ketika anak sedang memanggil ibu atau ayahnya lantas orang tua tersebut sebisa mungkin untuk bisa menjawab dan menghampirinya walaupun di saat sedang sibuk sekalipun.

 

Selain itu, hal yang bisa dilakukan oleh orang tua ialah berusaha menahan emosi ketika anak melakukan kesalahan. Sebaiknya hal ini disikapi dengan menasehati dan mengarahkannya terhadap hal positif. Cara ini akan membantu anak menjadi pribadi yang menyenangkan, perhatian, dan bertanggung jawab.

 

Kedua, kategori anak usia 8 - 14 tahun. Dalam fase ini sebagai orang tua sebaiknya menerapkan kedisiplinan dengan sistem reward dan punishment. Hal tersebut penting karena di fase ini anak sudah mulai mengerti tanggung jawab dan konsekuensi terhadap suatu hal yang terjadi. Orang tua mulai memberikan edukasi tentang hak dan kewajibannya seperti mengingatkan dalam mengerjakan shalat 5 waktu, memakai pakaian yang bersih dan rapi, membiasakan untuk membaca Al-Qur’an dan melibatkan anak dalam membantu pekerjaan rumah sesuai dengan kemampuannya.

 

Pada tahap ini juga, logika dan pemikiran anak mulai tumbuh dan berkembang secara cepat sehingga membuat ia memiliki keingintahuan yang tinggi. Makanya, orang tua harus bisa mendidik anak dengan keteladanan serta memberikan penekanan terhadap hal baik dan buruk, serta memberi contoh dimana bisa mendatangkan manfaat dan mencegah kemudharatan dari setiap perbuatan yang dilakukan.

 

Dengan menerapkan sistem tersebut, seorang anak akan mampu bersifat selektif terhadap suatu hal sehingga ia juga dapat berpikir kritis dari segala peristiwa atau pengalaman yang telah atau hendak ia lakukan ke depan.

 

Ketiga, dengan kelompok anak usia 15 - 21 tahun. Dalam fase ini  anak sudah memasuki usia baligh yang berarti pertumbuhan jasmaninya sudah tidak seperti anak-anak di bawah usia 15 tahun. Banyak anak pada usia ini sudah mengalami menstruasi, mimpi basah, dan peningkatan hormon lainnya. Selain mengalami perubahan fisik, fase ini anak juga akan mengalami perubahan secara mental, spiritual, dan sosial, sehingga sangat mungkin bagi anak sering mengalami banyak masalah. Hal yang terbaik dilakukan oleh orang tua adalah berusaha berbicara dari hati ke hati karena jika orang tua sering berkomunikasi akan membuat sang anak terasa nyaman.

 

Dengan menjadikan anak seperti sahabat, baik saling bertukar cerita, berbagi pengalaman di masa muda, selalu memberikan support dan motivasi, akan membuat sang anak tidak merasa takut tentang permasalahan yang sedang dihadapi karena ia memiliki tempat terbaik untuk berdiskusi segala hal.

 

Selain itu, hal penting yang harus dilakukan orang tua ialah memberikan ruang kepada anak untuk mengeksplore hal-hal yang ingin mereka tekuni, skill of life memberi bekal hidup bagi anak agar memiliki rasa percaya diri, jiwa kepemimpinan, pengendalian diri yang baik. Dalam hal ini orang tua tetap perlu melakukan pengawasan yang tidak mengekang.

 

Dari tiga metode cara mendidik anak ala Sayyidina Ali di atas tak lain agar kelak anak menjadi generasi yang berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi agama, keluarga dan masyarakat. Didikan orang tua terhadap anak adalah hal yang paling utama karena karakter anak akan menyesuaikan dari perilaku orang tua.

 

*) Novia Ulfa Isnaini, mahasiswa UIN KH Ahmad Shiddiq Jember.


Rehat Terbaru