• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Tapal Kuda

Cerita Sukses Qari Internasional saat Nuzulul Qur’an di Lumajang

Cerita Sukses Qari Internasional saat Nuzulul Qur’an di Lumajang
KH Mu'min Ainun Mubarok, Qari Internasional asal Tasikmalaya Jawa Barat. (Foto: NOJ/ Sufyan Arif)
KH Mu'min Ainun Mubarok, Qari Internasional asal Tasikmalaya Jawa Barat. (Foto: NOJ/ Sufyan Arif)

Lumajang, NU Online Jatim
Qari Internasional asal Tasikmalaya Jawa Barat, KH Mu'min Ainun Mubarok menceritakan perjalanan karirnya hingga sukses di level Internasional. Hal itu disampaikan saat peringatan Nuzulul Qur’an yang digelar Pimpinan Cabang (PC) Jam'iyyatul Qurra' wal Huffadz Nahdlatul Ulama (JQHNU) bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang yang terpusat di Pendopo Arya Wiraraja Lumajang, Senin (18/04/2022).


Kiai Mu'min menceritakan, dirinya bisa dibilang agak terlambat mendalami qiroah. Ia mulai mendalami seni baca Al-Qur'an tersebut saat ia memasuki usia 19 tahun. Namun, hal itu tidak membuat dirinya merasa terlambat dan terus berlatih dengan keras hingga bisa dipercaya mengikuti Musabaqoh Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat remaja.


"Saya termasuk terlambat, karena memang masuk ke MTQ sudah usia remaja sudah 24 tahun. Jadi, tidak ada kata terlambat, sukses di MTQ Internasional ini sudah umur 38 tahun," kisahnya.


Sebenarnya, sejak anak-anak dirinya sudah pernah belajar qiroah, hanya saja keseriusannya masih kurang. Hingga saat memasuki usia remaja, dirinya termotivasi dengan keadaan hidup yang serba kekurangan dan ikhtiar untuk membahagiakan kedua orang tua agar hidup lebih baik.


"Akhirnya, dengan penuh perjuangan saya berusaha masuk pesantren sambil nyari makan untuk menyambung hidup. Saya berlatih, belajar dengan sungguh-sungguh. Kata guru saya, setiap orang yang sukses itu ada perjuangan, dan perjuangan itu ada pengorbanan," lanjut Qari berusia 51 tahun ini.


Demi cita-cita tinggi itu, selain belajar langsung kepada guru, dirinya selalu mendengarkan kaset dan rekaman qiroah yang diputar di masjid-masjid. Ia pun pernah berkata pada ibunya, bahwa ia tidak ingin susah dan hidup sukses dengan tilawah sehingga sedikit memaksakan diri untuk belajar di pesantren.


"Saya pernah bilang ke orang tua, saya nggak mau kerja di hutan. Saya ingin nyantri walaupun tidak punya biaya, saya akan berusaha," terang Qari yang pernah menjuarai MTQ Internasional di Malaysia tahun 2008 dan di Iran tahun 2009.


Dirinya hanya meyakini, dengan modal suara yang dimilikinya jika dilatih dan berusaha pasti akan tercapai. Dan betul, setelah beberapa tahun berlatih dirinya dipercaya mengikuti MTQ tingkat kecamatan meski tidak menang.


"Baru di tahun keempat ikut MTQ bisa juara di kecamatan. Begitu juga di kabupaten juga sempat kalah. Bahkan, kalau dihitung-hitung banyak kalahnya dari pada menangnya," ujarnya.


Menurutnya, kunci dari semua itu adalah terus belajar dengan istiqamah dan jangan menyerah. "Jangan jadi qari musiman, mau menang mau kalah pokoknya belajar," pesannya mengakhiri.


Tapal Kuda Terbaru