• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 19 Maret 2024

Tapal Kuda

Inilah Adab Saat Melayani Guru Menurut Mbah Hasyim

Inilah Adab Saat Melayani Guru Menurut Mbah Hasyim
Wakil Rais PCNU Lumajang, KH Ahmad Qusyairi. (Foto: NOJ/ Tangkapan Layar)
Wakil Rais PCNU Lumajang, KH Ahmad Qusyairi. (Foto: NOJ/ Tangkapan Layar)

Lumajang, NU Online Jatim
Wakil Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Lumajang, KH Ahmad Qusyairi mengatakan, bahwa seorang murid selain dituntut untuk bisa rajin belajar agar dapat memperoleh ilmu yang banyak, ia hendaknya pula bisa mendapat meraih keberkahan ilmu dengan selalu memperhatikan tatakrama kepada guru.


Penegasan tersebut disampaikan saat ngaji kitab Adabul Alim wal Muta’allim karya Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy'ari. Kegiatan dilaksanakan di studio Media Center An-Nahdloh (MCN) yang ada di gedung PCNU 1 timur Alun-alun Lumajang, Jum'at (01/07/2022).


Menurut Kiai Qusyairi, seorang murid terhadap gurunya yang notabene menjadi pembimbing jiwa harus dijaga betul tatakrama saat berinteraksi dengan. Di antaranya saat menerima atau memberikan sesuatu kepada guru.


"Yaitu, menggunakan tangan kanan atau kalau bisa bahkan memberikan dan menerima dengan kedua tangan. Apabila yang kita berikan itu berupa lembaran atau kitab yang ingin dibaca guru, maka harus kita bukakan terlebih dahulu baru dihaturkan. Jangan sampai guru mencari sendiri kecuali memang keinginannya seperti itu," jelasnya.


Kiai Qusyairi menyatakan, agar sebisa mungkin seorang murid tidak membuat repot gurunya, walaupun dalam hal-hal yang terlihat sepele. Seperti mendekat kepada guru saat memberikan sesuatu agar guru tidak memanjangkan tangan untuk meraihnya.


"Apalagi dengan cara dilempar, jelas ini tidak punya akhlak. Dan menurut Mbah Hasyim di kitab ini, saat mendekat jangan terlalu berlebihan seperti merangkak. Dan ketika duduk dengan guru jangan terlalu dekat, sehingga orang lain menganggap kita bukan muridnya, dikira temannya," lanjut kiai kelahiran Banyuwangi ini.


Bahkan, seorang murid tidak boleh meletakkan apapun termasuk anggota badannya di atas barang yang biasa digunakan seorang guru, seperti tikar, bantal, sajadah, dan lain sebagainya. Serta, menyiapkan apapun milik guru agar bisa langsung dipakai, seperti mengatur posisi sandal dan lainnya.


"Dan, misal saat kita memberikan pisau kepada guru, jangan kemudian pegangannya kita yang pegang, sedangkan yang tajam diberikan kepada guru, harus kita balik. Dan saat memberikan sajadah yang mau dipakai guru, sekalian digelarkan agar langsung bisa ditempati," tuturnya.


Saat berjalan bersama guru, hendaknya seorang murid berada di depannya saat malam hari dan di belakangnya saat siang hari. Selain itu, hendaknya pula memperhatikan hal-hal sekitar untuk melindungi guru dari sesuatu yang membahayakannya, seperti kondisi jalan dan saat banyak orang.


"Sehingga guru tidak terjebak dalam berdesak-desakan. Jangan berjalan sejajar kecuali saat dibutuhkan, seperti saat guru bicara kepada kita hendaknya mendekat dari sebelah kanan, ada yang mengatakan dari sebelah kiri. Serta, menyediakan pelindung dari panas dan hujan dan jangan sampai badan atau baju kita bergesekan dengan badan atau baju guru kita," ucapnya.


Hal itu hendaknya dilakukan dengan tetap semata-mata karena Allah dan memuliakan guru, bukan karena lainnya. "Hal itu agar guru kita itu senang dengan perlakuan seperti itu, dan kita akan mendapatkan ridha guru dan ilmu kita berkah," tandasnya.


Tapal Kuda Terbaru