• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Tapal Kuda

Selebrasi Tahun Baru, Ini Petuah Kiai Idris Pasuruan

Selebrasi Tahun Baru, Ini Petuah Kiai Idris Pasuruan
KH Muhammad Idris Hamid saat pengajian Kitab Ihya Ulumiddin di Ponpes Salafiyah Kota Pasuruan. (Foto: NOJ/ Diana).
KH Muhammad Idris Hamid saat pengajian Kitab Ihya Ulumiddin di Ponpes Salafiyah Kota Pasuruan. (Foto: NOJ/ Diana).

PasuruanNU Online Jatim

Pondok Pesantren Salafiyah Kota Pasuruan rutin menggelar pengajian Kitab Ihya' Ulumuddin setiap hari Jumat. Pengajian yang dipimpin pengasuh pesantren, KH Muhammad Idris Hamid ini digelar hybrid diikuti oleh para santri serta khalayak umum.

 

Pengajian pada Jumat tanggal 31 Desember 2021 bertepatan dengan akhir tahun. Kiai Idris tidak menjelaskan syarah kitab, melainkan memberi peringatan untuk tidak mengikuti selebrasi tahun baru masehi.

 

Menurutnya, kebanyakan kegiatan yang dikerjakan sebagai selebrasi pada malam tahun baru masehi perbuatan maksiat. Padahal hal demikian semakin menjauhkan diri dari sang pencipta.

 

"Kalau umat Islam, tahun baru itu baca doa akhir sama awal tahun. Tapi kita sekarang disusupi tradisi baru, acara pesta tahun baru bukan acara dan tradisi Islam tapi kita ikut. Mulai dari konser dangdut, minum bir, sampai melupakan Shalat Subuh," ujar Kiai Idris.

 

Lebih lanjut, putra dari KH Abdul Hamid Pasuruan itu menerangkan, salah satu upaya pesantren menghindarkan para santri dari perayaan tahun baru adalah dengan mengatur jadwal libur-kembali pondok.

 

Kiai Idris mencontohkan Pesantren Bayt Al-Hikmah yang selalu diliburkan pada awal atau pertengahan bulan Desember. Kemudian santri diwajibkan kembali ke pondok sebelum akhir bulan Desember.

 

"Santri kembali ke pondok sebelum akhir Desember, jadi mereka tidak bisa bertahun baruan. Yang di luar pondok juga jangan ikut kebut-kebutan motor dan lain-lainnya itu. Ini menggantikan akhlakul karimah," ungkapnya.

 

Tradisi-tradisi demikian, lanjut Kiai Idris, bahkan dianggap sebagai sesuatu yang lumrah setiap tahun. Ia berpesan agar umat Muslim membatasi bahkan menghindarinya sebagai upaya penyelamatan diri sendiri.

 

Kiai Idris juga berpesan kepada guru Madrasah Diniyah (Madin), guru agama untuk memberi pengertian serupa. Harapannya, pesan tersebut tersampaikan kepada para orang tua.

  

"Sekarang kalau nggak nge-bir (minum minuman keras) dianggap tidak modern, tidak hebat. Salah itu, nge-bir kok modern. Malah kembali ke zaman jahiliyah. Modern itu yang jauh dari bir," tegas suami dari Bu Nyai Hj Kuni Zakiyah tersebut.


Editor:

Tapal Kuda Terbaru