• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Tokoh

Cerita Keberanian Kiai Ali Makki Besuki, Pengasuh Pesantren sekaligus Anggota Legislatif

Cerita Keberanian Kiai Ali Makki Besuki, Pengasuh Pesantren sekaligus Anggota Legislatif
KH Ali Makki Muhdlar saat berpidato di gedung DPRD Situbondo sekitar tahun 1990-an (Foto Dokumen Keluarga)
KH Ali Makki Muhdlar saat berpidato di gedung DPRD Situbondo sekitar tahun 1990-an (Foto Dokumen Keluarga)

Situbondo, NU Online Jatim
KH Ali Makki Muhdlar merupakan pendiri dan pengasuh pertama pondok pesantren Al Ishlah yang terletak di wilayah barat Kabupaten Situbondo, tepatnya di Desa/ Kecamatan Besuki. Selain sebagai pengasuh pesantren, ia juga dikenal karena menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Situbondo.
 

Kiai Ali Makkilahir di Madura 12 November 1943 silam. Ia tumbuh dengan mental kuat dan sifat yang keras namun lembut hati.
 

Hal ini disampaikan istri Kiai Makki, Nyai Hj Hamidah Makki yang juga menjadi salah satu pengasuh pondok pesantren setempat.
 

" Abah (Kiai Ali Makki) dibesarkan dari keluarga Madura yang pasti memiliki watak keras dalam mendidik, tapi sisi lain beliau memiliki hati yang baik dan lembut," ujarnya.
 

Nyai Hamidah menceritakan, dulu pada masa orde baru sekitar tahun 1990 di daerah Kecamatan Besuki marak pembunuhan misterius atau yang biasa di sebut 'Petrus'. Kala itu Kiai Ali Makkimenjadi pelindung masyarakat.
 

"Dulu zaman orde baru, di sini maraknya 'petrus', orang-orang di Besuki hingga gunung selatan banyak yang berlindung di pesantren ini, karena mereka sudah ketakutan dengan adanya 'Petrus', karena Kiai Partai Islam dan juga dikenal berabu, makanya kiai dijadikan tameng oleh masyarakat," katanya.
 

Ia juga mengisahkan, suatu ketika Kiai Ali Makki didatangi oleh orang misterius. Mereka meminta Kiai Ali Makki untuk memberi tahu keberadaan orang-orang dicarinya.
 

"Suatu hari sehabis Maghrib, ada gerombolan orang misterius datang dengan menggedor-gedor pintu rumah. Ketika itu saya ketakutan dan dengan gagah almarhum kiai menyuruh saya untuk keluar melalui pintu belakang dan mencari perlindungan," ujarnya.
 

"Saya langsung keluar sembari memegang linggis dan pergi meninggalkan almarhum di rumah untuk berlindung, setelah itu almarhum menemui orang-orang misterius itu," imbuhnya.
 

Setelah Kiai Ali Makki keluar dan menemui gerombolan orang misterius itu sempat terjadi adu mulut antara mereka.
 

"Kamu Ali Makki? Di mana orang-orang yang kamu sembunyikan itu?," ujar Nyai Hamidah menirukan kalimat salah seorang misterius tersebut saat bertanya kepada Kiai Ali Makki.
 

" Untuk apa kalian mencari mereka? Tidak usah membunuh orang yang tidak berdosa, bunuh saja saya jikalau tuan mau," jawab Kiai Ali Makki dengan tegas, lanjut Nyai hamidah meneruskan ceritanya.
 

"Jangan menjadi sok pemberani kamu, cepat katakan di mana orang yang kamu sembunyikan," lanjut si orang misterius bertanya lagi.
 

Dengan keberanian yang dimilikinya, Kiai Ali Makki mengusir segerombolan orang misterius itu dengan tangan kosong. Alhasil orang-orang misterius itu pun pergi meninggalkan pesantren.
 

 

"Setelah diusir oleh kiai, gerombolan itu pergi. Padahal kalau mereka mau, mereka bisa menembak kiai seketika, tapi mungkin belum takdirnya kiai wafat ketika itu," terang Bu nyai.


Editor:

Tokoh Terbaru