• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Tokoh

Ikhtiar Khaizuran Memprakarsai Peringatan Maulid Nabi

Ikhtiar Khaizuran Memprakarsai Peringatan Maulid Nabi
Peringatan maulid hingga saat ini adalah atas ikhtiar dari Khaizuran. (Foto: NOJ/NU Network)
Peringatan maulid hingga saat ini adalah atas ikhtiar dari Khaizuran. (Foto: NOJ/NU Network)

Saat ini umat Islam telah memasuki bulan Rabiul Awwal yang lebih dikenal dengan bulan maulid. Berbeda dengan bulan lain, selama bulan Raibul Awwal akan banyak kegiatan sebagai bentuk ekspresi kecintaan umat islam kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya di tempat ibadah seperti masjid dan mushala, kantor dan lembaga pendidikan juga menyelenggarakan peringatan maulid tersebut.


Tradisi maulid di setiap kawasan memiliki ciri yang berbeda dengan daerah lain. Dari yang semata pembacaan sejarah Nabi Muhammad, sampai beragam lomba digelar sebagai bentuk kecintaan kepada sang panutan. Bulan maulid demikian berbeda dibandingkan dengan bulan lain.

 

Sosok Khaizuran

Ahmad Tsauri dalam buku Sejarah Maulid Nabi (2015) mencatat bahwa perayaan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW sudah dirayakan oleh masyarakat muslim sejak tahun kedua hijriah. Dalam catatan Nuruddin Ali di kitabnya Wafa’ul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa dijelaskan bahwa seorang bernama Khaizuran (170 H/786 M) yang merupakan ibu dari amirul mukminin Musa al-Hadi dan al-Rasyid datang ke Madinah dan memerintahkan penduduk mengadakan perayaan maulid Nabi Muhammad di Masjid Nabawi. Dari Madinah, Khaizuran juga menyambangi Makkah dan melakukan perintah yang sama kepada penduduk untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad. Jika di Madinah bertempat di masjid, Khaizuran memerintahkan kepada penduduk untuk merayakan maulid di rumah-rumah mereka.  


Khaizuran merupakan sosok berpengaruh selama masa pemerintahan tiga khalifah Dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa Khalifah Al-Mahdi bin Mansur al-Abbas (suami), Khalifah Al-Hadi dan Khalifah al-Rasyid (putra). Karena pengaruh besarnya tersebut, Khaizuran mampu menggerakkan masyarakat muslim di Arab. Hal ini dilakukan agar teladan ajaran dan kepemimpinan mulia Nabi Muhammad bisa terus menginspirasi warga Arab.


Pada masa Dinasti Abbasiyah, pembaruan pemikiran memang banyak terjadi di semua sektor kehidupan, dari perkembangan ilmu-ilmu umum, arsitektur, hingga situs-situs sejarah. Khaizuran merupakan salah satu sosok yang mempunyai perhatian besar terhadap Nabi Muhammad beserta situs-situs sejarah peninggalan Nabi. Termasuk memprakarsai penghormatan terhadap kelahiran Rasulullah SAW.  


Muhammad diyakini lahir pada 12 Rabiul Awwal Tahun Gajah (570 Masehi). Namun dalam catatan Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad (2006) ada juga pendapat lain yang menyatakan bahwa Nabi lahir lima belas tahun sebelum peristiwa gajah. Ada juga yang mengatakan ia dilahirkan beberapa hari atau beberapa bulan atau juga beberapa tahun sesudah Tahun Gajah. Ada yang menaksir tiga puluh tahun, dan ada juga yang menaksir sampai tujuh puluh tahun.


Di Jazirah Arab, masa sebelum Islam didakwahkan Nabi Muhammad sering disebut sebagai zaman jahiliyah atau masa ketidaktahuan, sesat, atau bodoh. Menurut M Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati (2007), kondisi ini kerap dilekatkan dengan keputusan Allah yang menurunkan rasul terakhirnya di tanah tersebut.  


Masyarakat Arab berada di tengah impitan imperium Romawi dan Persia. Kedua kekuatan ini memperebutkan wilayah Hijaz di Timur Tengah yang waktu itu belum terkuasai. Letak Hijaz atau Jazirah Arab yang berada di tengah itulah yang dijadikan patokan para mufasir dan sejarawan Islam untuk menafsirkan ‘teka-teki ketuhanan’ mengapa Muhammad lahir di daerah ini. Menurut Quraish Shihab, jika pesan hendak disampaikan ke seluruh penjuru, maka si penyampai pesan mesti berdiri di tengah agar pesan mudah tersebar dan menghindari kekuatan yang dapat menghalangi tersebarnya pesan tersebut.


Timur Tengah adalah jalur penghubung Timur dan Barat, maka wajar jika kawasan tersebut menjadi tempat menyampaikan pesan ilahi yang terakhir. Quraish Shihab juga menerangkan, Makkah sebagai tempat kelahiran Nabi merupakan pusat Hijaz yang menjadi simpul pertemuan para pedagang dan seniman dari pelbagai penjuru. Muhammad berasal dari Suku Quraisy yang berpengaruh di Makkah. Suku ini mempunyai dua keluarga besar yakni Hasyim dan Umayyah.


Al-Aqqad dalam Mathla’ Al-Nur seperti dikutip Quraish Shihab, menyatakan bahwa keluarga Hasyim (Bani Hasyim) terkenal gagah, berwibawa, simpatik, budiman, dan religius. Sementara keluarga Umayyah adalah politikus yang pandai melakukan tipu daya, pekerja yang ambisius, dan tidak gagah.


Menurut Al-Aqqad, hal ini disepakati para sejarawan dan tidak dibantah oleh Umayyah bahkan setelah mereka berkuasa. Masyarakat muslim tidak hanya bergembira merayakan kelahiran Nabi Muhammad, tetapi juga bersyukur atas teladan, jalan hidup, dan tuntunan yang dibawa oleh Nabi.

 


Bangsa Indonesia tidak hanya beragam atau majemuk dalam hal agama, suku, bahasa, seni, dan lain-lain, tetapi juga beragam dalam mengekspresikan tradisi amaliah keagamaan seperti maulid. Misal di Sulawesi Selatan yang merayakan maulid dengan cara yang unik. Perayaan maulid tersebut dinamakan Maudu Lompoa atau Maulid Akbar. Bahkan dirayakan lebih ramai dari hari raya Idul Fitri.


Editor:

Tokoh Terbaru