• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Tokoh

Mengenal Sosok Kiai Baroya, Penerus Kiai Faqih di Lembung Sumenep

Mengenal Sosok Kiai Baroya, Penerus Kiai Faqih di Lembung Sumenep
Makam Kiai Baroya. (Foto: NOJ/Firdausi)
Makam Kiai Baroya. (Foto: NOJ/Firdausi)

Desa Lembung, Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep sejatinya menyimpan sejarah peradaban pesantren yang menjadi cikal bakal para leluhur dinasti terakhir Keraton Sumenep. Lembung berasal dari kata Alem artinya Alim (Lem) dan Wong artinya orang (Bung).


Sepeninggal Kiai Faqih, Ny Ceddir, dan Ny Izzah, warisan yang berupa pesantren dilanjutkan oleh Kiai Baroya yang masih ada keterikatan kekerabatan. Karena mertua Kiai Baroya adalah keponakan dari Kiai Faqih. Sedangkan istrinya yang bernama Ny Roimah putri dari Kiai Shaleh (putra Kiai Bungso keturunan Kiai Khatib Bangil Parongpong).


Dalam genealogi sejarah, para pendahulu mendedikasikan dirinya pada pendidikan Islam, salah satunya Kiai Baroya yang meneruskan tongkat estafet Kiai Faqih (guru Bindara Muhammad Saod). Sebagaimana penuturuan Daifurrahman, salah satu santri pesantren Lembung, Kiai Baroya bin Kiai Syamsul Arifin adalah ulama pendatang yang berasal dari Pasongsongan, tepatnya beliau masih keturunan Sayyid Ali Akbar.


Karomah dan peninggalan Kiai Baroya

Salah satu karomah yang dikenal masyarakat adalah menaiki karocok (bungkus bunga pohon kelapa yang menyerupai perahu) saat hendak melakukan perjalanan jauh. Kiai Baroya juga bisa menundukkan pohon kelapa dengan jarinya. 


Dua langgar yang masih utuh merupakan peninggalan Kiai Baroya. Dikisahkan dalam penelitian Iwan Kuswandi, suatu hari Kiai Baroya membawa 1 kantong yang isinya 3 buah langgar kuno. Kejadian ghaib di luar nalar, langgar yang dikerjakan oleh santrinya, dalam waktu singkat (sore sampai menjelang isya) 3 langgar bisa diselesaikan sehingga santri bisa shalat berjamaah di waktu tersebut. Wa Allahu a’lam.


Dari sisi bangunan, langgar timur masih asli yang berdinding batu putih dan 4 tiang kayu yang menyanggah kokoh. Langgar tengah dipugar secara total. Sedangkan langgar barat tepatnya di sebelah sungai Lembung, langgar tersebut sudah diubah menjadi masjid Al-Musyarrafah. 


Keturunan Kiai Baroya

Pernikahannya dengan Ny Roimah melahirkan sosok Kiai Sihah. Dari Kiai Baroya lah banyak lahir ulama-ulama terkemuka yang meneruskan pesantren peninggalan leluhurnya. Di daerah Lembung Barat, terdapat lembaga pendidikan Islam yang masih eksis sampai saat ini. Warga menyebutnya langgar timur dan langgar barat. Karena di sanalah darah Kiai Baroya meneruskan perjuangannya. Dari sinilah muncul lembaga pendidikan formal, antara lain pesantren Arrahman, Al-Huda dan Nurul Yaqin.


Selain di Lembung, ada pula keturunan Kiai Baroya yang meneruskan perjuangannya, salah satunya di Desa Gadu Barat, Kecamatan Ganding. Lembaga pendidikan Islam yang dirintis KH Abd Hamid yakni Raudlatul Iman, lembaga pendidikannya membuka perguruan tinggi yang dikenal Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Raudlatul Iman (STIDAR). Kini lembaga tersebut diasuh oleh saudara, yaitu KH Mufti Hamid, Kiai Sidqi Hamid dan Kiai Sahli Hamid.


Jika peziarah hendak nyekar, lokasi pasarean Kiai Baroya dan Ny Roimah berada di belakang masjid Al-Akbar atau masjid peninggalan Kiai Faqih di Desa Lembung Barat, Lenteng, Sumenep. Makamnya diberi pembatas berdinding batu putih. Pada pusara Kiai Baroya, terdapat gunungan yang bisa diartikan sebagai simbol kealimannya. 


Tokoh Terbaru