• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 1 Mei 2024

Tokoh

Merenungi Kepergian Cak Anam, Sosok Aktivis NU yang Lengkap

Merenungi Kepergian Cak Anam, Sosok Aktivis NU yang Lengkap
Almarhum Cak Anam adalah sosok yang lengkap. (Foto: NOJ/viva.co.id)
Almarhum Cak Anam adalah sosok yang lengkap. (Foto: NOJ/viva.co.id)

Surabaya, NU Online Jatim

Kabar duka melingkupi Nahdlatul Ulama dan Ansor di Jawa Timur. Seperti dilansir media ini, bahwa H Choirul Anam atau sosok yang lebih akrab dipanggil Cak Anam wafat pada pada Senin (09/10/2023) pukul 05:49 WIB di kediamannya di kawasan Kutisari, Surabaya.


Dari pengakuan sejumlah kalangan, Cak Anam adalah sosok yang lengkap. Tercatat sebagai aktivis sejak mahasiswa, rajin menulis, pegiat media, pengurus Ansor, aktif di partai politik, juga tentu saja berkhidmat di NU. Sosoknya juga tercatat sebagai mentor bagi kaderisasi yang ada di NU, sehingga melahirkan sejumlah anak muda yang demikian membanggakan. 


Dari data yang berhasil dihimpun, Cak Anam lahir di Kabupaten Jombang, 30 September 1954. Saat menjadi mahasiswa di Fakultas Ushuluddin, IAIN (sekarang UIN) Sunan Ampel Surabaya dikenal aktif sebagai kader potensial di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau PMII).


Ketika itu, dirinya bersama kolega lain seperti KH Ali Maschan Moesa menjadi pihak penting bagi gerakan mahasiswa menentang Orde Baru. Demo meneriakkan keadilan dan menyoroti ketimpangan khususnya atas ulah represif pemerintah kerap dilakukan di panggung maupun jalanan.


Ketertarikan terhadap isu kemanusiaan mengantarkannya menjadi wartawan Majalah Tempo. Demikian pula keseriusan dalam menulis sekaligus meluruskan sejumlah pandangan kalangan modernis yang mendiskreditkan NU ditulis dalam buku yang berjudul Pertumbuhan dan Perkembangan NU. Buku yang  merupakan hasil dari skripsinya tersebut hingga kini tercatat sebagai buku babon lantaran menjelaskan perkembangan NU dari awal hingga akhirnya memilih kembali ke Khittah 1926. Dari buku ini tidak tehitung tugas akhir mahasiswa program strata satu hingga program doktor maupun penelitian. Tidak berlebihan kalau disebut buku babon dan memang harus menggunakan buku tersebut bila hendak menulis sejarah panjang NU.    


Usai menuntaskan kuliah, yang dilakukan adalah dengan aktif di Gerakan Pemuda (GP) Ansor. Bahkan dirinya sampai terpilih sebagai Ketua Pimpinan Wilayah (PW) GP Ansor Jawa Timur. Memimpin Ansor untuk kawasan Jawa Timur saat itu tentu bukanlah hal mudah. Harus menyapa kepengurusan Ansor di daerah dari Banyuwangi hingga Sumenep dengan keterbatasan alat komunikasi dan transportasi merupakan perjuangan tersendiri.    


Kecintaan kepada media juga dibuktikan dengan mengawal Harian Duta Masyarakat. Demikian pula menginisiasi keberadaan majalah kebanggaan NU Jawa Timur yakni Aula yang terbit hingga kini. Lewat tangan dingin dan pengalaman yang telah teruji semasa muda, membuat Cak Anam mampu mewariskan dua media tersebut untuk menyapa warga NU atau Nahdliyin dari derasnya informasi yang kerap menyudutkan jamiyah..


Saat awal Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB didirikan, Cak Anam dipercaya sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKB Jawa Timur. Hal tersebut mengantar partai ini disegani dan memiliki wakil rakyat terbanyak, sehingga PKB dipercaya sebagai Ketua DPRD Jawa Timur.


Ketika terjadi konflik dengan PKB, dirinya menjadi tokoh yang dipasrahi sejumlah kiai khos untuk mendirikan Partai Kebangkitan Nasional Ulama. Meski tidak sampai lolos ambang batas parlemen atau parliamentary threshold, namun keberadaan partai ini memberikan pesan bahwa Cak Anam demikian diperhitungkan. Langkah dan strateginya terukur sehingga dalam berbagai pemilihan kepada daerah masih menjadi pertimbangan sejumlah kalangan, termasuk mereka yang bertarung dalam ajang tersebut.


Yang juga berdiri megah hingga kini adalah ikhtiarnya mendirikan Museum NU yang ada di kawasan Gayungsari, Surabaya. Lewat perjuangan tanpa kenal lelah, keberadaan Museum NU kala itu diresmikan oleh Rais Aam KH Sahal Mahfud pada Muktamar ke-31 NU di Asrama Haji Donohudan, Solo, Jawa Tengah.


Ketika kondisi fisiknya tidak lagi prima, Cak Anam masih menerima sejumlah tamu untuk kepentingan wawancara. Menghadiri beberapa seminar, khususnya terkait perjalanan NU dan Ansor, serta pemikiran dan kiprah sejumlah ulama.


Kabar duka secara yang disampaikan pihak keluarga yang diteruskan dengan pesan berantai di beberapa grup cukup memberikan kesaksian bahwa banyak yang merasa kehilangan atas kepergian Cak Anam. Pemghormatan terakhir dapat dilakukan dengan mengiringi jenazah yang disemayamkan di makam keluarga di Dusun Kemiri Galih, Desa Mayangan, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang.


Selamat jalan, doa terbaik tentu diberikan kepada Cak Anam dengan dedikasi yang begitu total untuk NU dan umat.


Tokoh Terbaru