Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network

Keislaman

Perbanyak Anak Banyak Rezeki, Benarkah Demikian?

Keluarga kecil dengan satu anak (Foto:NOJ/pngtree)

Pernikahan adalah salah satu ibadah sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah, khususnya bagi mereka yang mampu secara lahir batin, sehingga akan tercipta perasaan mawaddah, dan tentunya memiliki keturunan. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah:


عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: إِنِّي أَصَبْتُ امْرَأَةً ذَاتَ حَسَبٍ وَجَمَالٍ، وَإِنَّهَا لَا تَلِدُ، أَفَأَتَزَوَّجُهَا، قَالَ: «لَا» ثُمَّ أَتَاهُ الثَّانِيَةَ فَنَهَاهُ، ثُمَّ أَتَاهُ الثَّالِثَةَ، فَقَالَ: تَزَوَّجُوا الْوَدُودَ الْوَلُودَ فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ الْأُمَمَ


Artinya: Diriwayatkan dari Ma’qil bin Yasar, ia berkata, seorang lelaki sowan Rasulullah lalu ia bertanya: Sesungguhnya aku ingin menikahi perempuan mulia yang cantik akan tetapi tidak memiliki anak, apakah tepat bila aku menikahinya?, Rasulullah menjawab: Tidak. Kemudian lelaki itu sowan kedua kalinya, Rasulullah menjawab: Tidak. Selanjutnya, lelaki itu sowan ketiga kalinya, Rasulullah pun menjawab: Menikahlah dengan perempuan yang punya kecintaan, punya banyak keturunan, sebab aku akan membanggakan kalian di hadapan para pemimpin (esok di hari Kiamat). (Sunan Abi Dawud; 2/220)


Berkaitan dengan hadis ini, Al-Syaukani di dalam kitab Nailul Autar berkomentar 6/125:


وَهَذِهِ الْأَحَادِيثُ وَمَا فِي مَعْنَاهَا تَدُلُّ عَلَى مَشْرُوعِيَّةِ النِّكَاحِ وَمَشْرُوعِيَّةِ أَنْ تَكُونَ الْمَنْكُوحَةُ وَلُودًا 


Artinya: Hadis ini beserta pemaknaannya menunjukkan atas disyariatkannya nikah dan perempuan yang dinikahi (bersedia) memiliki banyak anak. 


Ciri-ciri perempuan yang tertera dalam hadis di atas biasanya dijumpai dari keluarga yang punya banyak anak dan mencintai keluarganya dalam keadaan suka maupun duka.


Persoalannya adalah, bagaimana bila ternyata tidak memiliki banyak anak? Apakah menyalahi hadis di atas?


Dalam salah satu hadis riwayat Sa’d bin Abi Waqos disebutkan:


عَنْ سَعْدٍ، قَالَ: جَاءَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُنِي وَأَنَا بِمَكَّةَ، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أُوصِي بِمَالِي كُلِّهِ؟ قَالَ: «لَا»، قُلْتُ: فَالشَّطْرَ؟ قَالَ: «لَا»، قُلْتُ: فَالثُّلُثَ؟ قَالَ: «الثُّلُثَ، وَالثُّلُثُ كَثِيرٌ،  إِنَّكَ أَنْ تَدَعَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَدَعَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ، يَتَكَفَّفُونَ فِي أَيْدِيهِمْ


Artinya: Diriwayatkan dari Sa’d, ia berkata: Rasulullah menjengukku di Makkah, lalu aku bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah aku menyerahkan hartaku seluruhnya (untuk disedekahkan)?”, Rasulullah menjawab: Jangan. Lalu aku bertanya: bagaimana bila sepertiganya?, Rasulullah menjawab: sepertiga, sepertiga itu banyak. Sesungguhnya engkau meninggalkan harta untuk keturunanmu itu lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin, sehingga meminta-minta orang lain. (Sunan An-Nasai)


Kedua hadis dari Sunan Abi Dawud dan Sunan An-Nasai secara tekstual seolah-olah terjadi pertentangan, padahal tidak. Sebab bila ditelisik lebih lanjut memiliki muatan makna yang sama, yakni anjuran memiliki keturunan; banyak atau sedikit asalkan keberlangsungan hidup mereka benar-benar dicukupi, masa depan mereka diperhatikan


Memang, dalam pemahaman masyarakat sangat popular dengan istilah "perbanyak anak, akan banyak rejeki" ini tidak sepenuhnya salah. Karena bisa jadi dengan memiliki banyak anak akan termotivasi rajin bekerja. Akan tetapi, faktanya tidak semua seperti itu. Terlebih di dalam dua redaksi hadis tidak menyebutkan frasa banyak anak, maka banyak rejeki.


Berpijak dari redaksi Sunan An-Nasai sangat jelas bahwa memiliki anak istri berarti memiliki tanggungjawab untuk menafkahi, mendidik dan tentunya memperhatikan dari sisi ekonomi. Oleh karena itu, Rasulullah menasehati Sa’d bin Abi Waqos untuk mendahulukan kesejahteraan anak supaya kelak ia tidak meninggalkannya serba kekurangan.


Sebaiknya, jika memang si suami merasa kewalahan membiayai anak istri, sehingga enggan punya banyak anak, maka sedikit anak asalkan benar-benar diperhatikan pendidikan dan kesejahteraannya itu lebih baik. Tentu hal ini tidak menyalahi hadis di atas.

Ahmad Karomi
Editor: Syaifullah

Artikel Terkait