• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Kediri Raya

Dosen UIN Satu Tulungagung Pimpin Ansor di Blitar, Latar Belakang Petani

Dosen UIN Satu Tulungagung Pimpin Ansor di Blitar, Latar Belakang Petani
Ahmad Zahid (kiri), Dosen UIN Satu Tulungagung terpilih menjadi Ketua PR GP Ansor Karanggayam, Srengat, Kabupaten Blitar. (Foto: NOJ/ AZ)
Ahmad Zahid (kiri), Dosen UIN Satu Tulungagung terpilih menjadi Ketua PR GP Ansor Karanggayam, Srengat, Kabupaten Blitar. (Foto: NOJ/ AZ)

Blitar, NU Online Jatim

Ahmad Zahid, Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sayyid Ali Rahmatullah (Satu) Tulungagung terpilih menjadi Ketua Pimpinan Ranting (PR) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Karanggayam, Srengat, Kabupaten Blitar masa khidmat 2023-2025. Hasil itu berdasarkan konferensi yang dipusatkan di Masjid Al-Akbar desa setempat, Selasa (24/01/2023) lalu.


“Motivasi saya mengajukan sebagai Ketua PR GP Ansor adalah bentuk khidmah kepada NU dalam memajukan generasi bangsa, yang dimulai dari akar rumput,” katanya kepada NU Online Jatim, Jum’at (27/01/2023).


Ia mengatakan, program prioritasnya ke depan adalah stabilisasi dalam pengarsipan dokumen Ansor Karanggayam. Sebab, sejak Ansor Karanggayam berdiri, jejak arsip yang nyata belum ditemukan. Ia juga ingin memupuk kesadaran pemuda dan mandiri dalam berorganisasi.


“Karena saya sadar tidak bisa berjalan sendiri, maka membutuhkan dukungan dari berbagai banom NU yang ada di Karanggayam,” ucapnya.


Riwayat Hidup
Ahmad Zahid merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ia dilahirkan di tengah keluarga yang memiliki perjuangan keras dalam pendidikan. Walaupun orang tuanya sebagai petani, namun memiliki cita-cita yang tinggi untuk anaknya.


“Namun tanpa beliau berdua saya bukan siapa-siapa. Selain itu, saya dilahirkan dengan semangat Nahdatul Ulama, bahkan saking fanatiknya orang tua saya terhadap NU, dalam pendidikan sangat selektif, sampai saat ini beliau selalu mewanti-wanti agar selalu berada di jalan NU,” ungkapnya.


Pria kelahiran Sumenep 19 Juni 1992 ini mengaku perjalanannya selama menempuh pendidikan tidaklah mudah. Masa kecilnya ia habiskan di MI dan MTs Nasy’atul Muta’allim Gapura Timur, Gapura, Sumenep.


“Selama sekolah saya merupakan murid yang biasa saja, dan tidak menonjol dibanding dengan teman-teman lainnya. Namun, saya memiliki tekad yang kuat untuk menjadi orang yang sukses,” paparnya


Setelah lulus, ia melanjutkan MA 1 Annuqayah Guluk-guluk Sumenep, salah satu pondok yang menjadikannya memiliki semangat pergerakan. Di dalam pondok ia banyak belajar pergerakan, mengenal Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sejak sekolah, lagu pergerakan, diskusi buku filsafat dan sosiologi.


“Setelah lulus sekolah, saya melanjutkan kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jurusan Sosiologi Agama,” terangnya.


Di sini, dirinya dibesarkan dengan berbagai pengalaman hidup, bekerja sebagai tukang kebab, hingga mengerjakan tugas teman agar bisa mencukupi kehidupan selama kuliah. Tidak mulus dalam perjalanan hidup, namun sekali lagi ia banyak berproses sebagai aktivis PMII Rayon Pembebasan, tepatnya 2010 sampai saat ini.


“Saya melanjutkan kuliah S2 di Universitas Sebelas Maret Surakarta Jurusan Sosiologi. Sama sewaktu kuliah S1, kehidupan dalam pendidikan diwarnai keterbatasan perekonomian sehingga harus bekerja dan kuliah,” bebernya.


Pihaknya ditempatkan di IAIN Kediri sebagai dosen mulai dari 2018-2019, dan pada akhirnya diangkat sebagai ASN pada tahun 2020 sampai sekarang di UIN Satu Tulungagung.


Kediri Raya Terbaru