• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Keislaman

Inilah Niat Puasa Ramadhan Satu Bulan Penuh Mengikuti Madzhab Maliki

Inilah Niat Puasa Ramadhan Satu Bulan Penuh Mengikuti Madzhab Maliki
Niat puasa sebulan penuh diperbolehkan dalam madzhab Maliki (Foto:NOJ/nuonline)
Niat puasa sebulan penuh diperbolehkan dalam madzhab Maliki (Foto:NOJ/nuonline)

Dalam puasa wajib seperti puasa Ramadhan, qada, dan  nazar, seseorang diwajibkan melakukan niat puasa di malam  hari (tabyitun niyat) terhitung sejak matahari terbenam (maghrib) hingga sebelum terbit fajar Shadiq (Subuh) yang tentunya hal ini berbeda dengan puasa sunnah  yang memiliki fleksibilitas lebih besar, di mana seseorang boleh berniat di malam atau bahkan siang harinya sebelum tergelincirnya matahari asalkan belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa.
 

مَنْ لَمْ يُبَيِّتْ النِّيَّةَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ


Artinya: “Barang siapa yang tidak berniat puasa di malam hari sebelum terbitnya fajar, maka tidak ada puasa baginya.”(HR. Abu Daud, at Tirmidzi, an Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad).


Wajibnya tabyit tersebut tentu berkonsekuensi dapat menjadi puasa seseorang tidak sah jika ditinggalkan, sehingga hal ini menjadi harus menjadi perhatian kaum muslimin dengan mengingatnya dan jangan sampai lupa atau ketiduran sehingga lupa tidak melakukan niat puasa di malam hari.


Oleh karena itu, sebagai antisipasi jika seseorang lupa atau ketiduran sampai siang dan belum niat puasa di malam hari agar puasanya tetap sah, di momen malam pertama 1 Ramadhan seseorang harus melakukan niat dua kali, niat pertama seperti yang biasa dilakukan, dan niat kedua mengikuti (Taqlid) cara niat puasa Ramadhan dalam Madzhab Maliki yang membolehkan niat hanya satu kali di malam pertama Ramadhan untuk puasa satu bulan.


Di Indonesia, pendapat Malikiyah ini banyak digunakan, meskipun mayoritas penganut Mazhab Syafi’i. Hal ini pernah dikatakan Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, KH A Idris Marzuki dalam sebuah kitab.


Tentu hal ini di bawah bimbingan para kiai dan masyayikh, salah satunya dengan merujuk kalam Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri KH A Idris Marzuqi di dalam karyanya Kitab Sabil al-Huda halaman 51, yang berisikan himpunan wadhifah dan amaliah.


“Untuk berjaga-jaga agar puasa tetap sah ketika suatu saat lupa niat, sebaiknya pada hari pertama bulan Ramadhan berniat taqlid (mengikut) pada Imam Malik yang memperbolehkan niat puasa Ramadhan hanya pada permulaan saja, dan adanya cara tersebut bukan berarti membuat kita tidak perlu lagi niat di setiap harinya, tetapi cukup hanya sebagai jalan keluar ketika benar-benar lupa."


Menurut Mazhab Maliki, seseorang cukup niat puasa untuk sebulan penuh pada malam pertama Ramadhan, sehingga tidak perlu memperbarui niat di setiap harinya, dengan alasan puasa Ramadhan itu merupakan satu kesatuan ibadah, hal ini juga pernah disinggung Syaikh Imam al-Qulyubi dalam Kitabnya Hasyiyah Al-Qulyubi, jilid 2 halaman 66.
 

وَيُنْدَبُ أَنْ يَنْوِيَ أَوَّلَ لَيْلَةٍ صَوْمَ شَهْرِ رَمَضَانَ أَوْ صَوْمَ رَمَضَانَ كُلَّهُ لِيَنْفَعَهُ تَقْلِيدُ الْإِمَامِ مَالِكٍ فِي يَوْمٍ نَسِيَ النِّيَّةَ فِيهِ مَثَلًا لِأَنَّهَا عِنْدَهُ تَكْفِي لِجَمِيعِ الشَّهْرِ 
 

Artinya: “Disunahkan pada malam pertama bulan Ramadhan untuk niat berpuasa sebulan penuh untuk mengambil memanfaatkan pendapat Imam Malik pada suatu hari yang lupa untuk berniat di dalamnya. Karena beliau menganggap niat tersebut mencukupi bila lupa niat pada malam-malam berikutnya di semua malam Ramadhan.”


Maka dari itu, sebagai bentuk kehati-hatian dan antisipasi jika kita lupa atau ketiduran, kita boleh mengikuti pendapat Imam Malik untuk berniat sebulan penuh, kemudian sebagaimana pendapat Mazhab Syafii, kita juga harus membiasakan diri untuk selalu berniat puasa di setiap malam bulan Ramadhan yang biasanya ini dilakukan setiap selesai shalat tarawih atau ketika makan sahur.


Adapun bacaan niat puasa Ramadhan, sebagai berikut:


نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلّٰهِ تَعَالَى


Artinya: “Aku niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban puasa bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah Ta’ala”


Sementara niat puasa untuk satu bulan penuh, sebagai berikut:


نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ تَقْلِيْدًا لِلْإِمَامِ مَالِكٍ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى  


Artinya: “Aku niat berpuasa sepanjang bulan Ramadhan tahun ini dengan mengikuti Imam Malik, karena Allah Ta’ala”


Adanya cara tersebut bukan berarti memberi kefahaman tidak perlu lagi niat di setiap harinya, tetapi untuk antisipasi sebagai jalan keluar ketika benar-benar lupa atau ketiduran. Kendati telah membaca niat puasa Ramadhan sebulan penuh, umat Islam tetap dianjurkan untuk membaca niat di hari-hari berikutnya.


Bacaan niat sebulan penuh dilakukan sebagai langkah antisipasi bilamana di kemudian hari lupa niat, puasanya tetap sah dan bisa diteruskan, sebab dicukupkan dengan niat puasa sebulan penuh di awal Ramadhan.


Keislaman Terbaru