Keistimewaan dan Makna di Balik Perintah Shalat Jumat Berjamaah
Jumat, 17 Maret 2023 | 06:00 WIB
Syaifullah
Penulis
Hari ini umat Islam berada di hari Jumat. Demikian pula yang istimewa adalah akan menyongsong bulan suci Ramadhan. Ada baiknya mengetahui sejumlah hal terkait hari Jumat yang disebut juga sebagai sayyidul ayyam. Artinya bahwa Jumat mempunyai keistimewaan dibandingkan hari lain.
Perlu diketahui bahwa nama-nama hari yang lain menunjukkan urutan angka. Ahad artinya hari pertama, itsnain atau Senin adalah hari kedua, tsulatsa atau Selasa adalah hari ketiga, arbi’a atau Rabu adalah hari keempat dan khamis atau Kamis adalah hari kelima. Nah, Jumat adalah jumlah dari kesemuanya.
Menurut sebagian riwayat, kata Jumat diambil dari kata jama’a yang artinya berkumpul. Yaitu hari perjumpaan atau hari bertemunya Nabi Adam dan Siti Hawa di Jabal Rahmah. Kata Jumat juga bisa diartikan sebagai waktu berkumpulnya umat muslim untuk melaksanakan kebaikan yakni shalat Jumat.
Salah satu bukti keistimewaan hari Jumat adalah disyariatkannya shalat Jumat. Yaitu shalat dhuhur berjamaah pada hari Jumat atau Jumatan. Bahkan mandi pada hari Jumat pun mengandung unsur ibadah, karena hukumnya sunah.
Dalam kitab Al-Hawi Kabir karya Al-Mawardi, Imam Syafii menjelaskan sunahnya mandi pada hari Jumat. Meskipun shalat Jumat dilaksanakan pada waktu shalat dhuhur, namun mandi Jumat boleh dilakukan semenjak dini hari, setelah terbit fajar. Salah satu hadits menerangkan bahwa siapa yang mandi pada hari Jumat dan mendengarkan khutbah Jumat, maka Allah akan mengampuni dosa di antara dua Jumat. Oleh karena itu, baiknya selalu menyertakan niat setiap mandi di pagi hari Jumat. Karena hal itu akan memberikan nilai ibadah pada mandi yang dilakukan. Inilah yang membedakan mandi di pagi hari Jumat dengan mandi-mandi yang lain.
Shalat Jumat atau jumatan bisa dianggap sebagai muktamar mingguan atau mu’tamar usbu’iy yang mempunyai nilai kemasyarakatan sangat tinggi. Karena pada hari Jumat inilah umat muslim dalam satu daerah tertentu dipertemukan. Mereka dapat saling berjumpa, bersilaturahim, bertegur sapa, dan saling menjalin keakraban.
Dalam kehidupan desa, jumatan dapat dijadikan sebagai wahana anjangsana. Mereka yang mukim di daerah barat bisa bertemu dengan kelompok timur dan sebagainya. Begitu pula dalam lingkup perkotaan, Jumatan ternyata mampu menjalin kebersamaan antarkaryawan. Mereka yang setiap harinya sibuk bekerja di lantai enam, bisa bertemu sesama karyawan yang hari-harinya bekerja di lantai tiga dan seterusnya.
Kebersamaan dan silaturahim ini tentunya sulit terjadi kalau Jumatan boleh dilakukan seorang diri seperti pendapat Ibnu Hazm, atau cukup dengan dua orang saja seperti qaul-nya Imam Nakho’i, atau pendapat Imam Hanafi yang memperbolehkan jumatan dengan tiga orang saja berikut imamnya.
Artikel diambil dari: Sejarah dan Keistimewaan Shalat Jumat
Oleh sebab itu menurut Imam Syafii, jumatan bisa dianggap sah jika diikuti oleh 40 orang lelaki. Dengan kata lain, penentuan jumlah tersebut sebagai syarat sah shalat Jumat oleh Imam Syafii memiliki faedah yang luar bisa. Hal ini membuktikan betapa epistemologi Aswaja atau Ahlussunnah wal Jamaah yang dipraktikkan Imam Syafii selalu mendahulukan kepentingan bersama. Kebersamaan dan persatuan umat dalam pola pikir Aswaja adalah hal yang sangat penting. Tidak hanya dalam ranah akidah dan politik saja, tetapi juga dalam konteks ibadah.
Terpopuler
1
Innalillahi, Pengasuh Pesantren Denanyar KH Ahmad Wazir Ali Wafat
2
Peringati 10 Muharram, Unisma Santuni 1.500 Anak Yatim dan Dhuafa
3
Pesantren Denanyar Jombang Juga Keluarkan Fatwa Haram Sound Horeg
4
Festival Yatim 2025, LAZISNU Sidoarjo Distribusikan Ratusan Juta untuk 1000 Anak
5
Pesantren Mahika Sidoarjo Gelar Sarasehan Sambut Kedatangan Santri Baru
6
Susunan Lengkap Pengurus Idarah Aliyah JATMAN Masa Khidmat 2025–2030
Terkini
Lihat Semua