• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Keislaman

Meluruskan Istilah Sunah Rasul saat Malam Jumat

Meluruskan Istilah Sunah Rasul saat Malam Jumat
Istilah sunah rasul saat malam Jumat hendaknya dapat dipahami secara tepat. (Foto: NOJ/Istimewa)
Istilah sunah rasul saat malam Jumat hendaknya dapat dipahami secara tepat. (Foto: NOJ/Istimewa)

Saat memasuki Kamis petang, biasanya ada saja yang mengingatkan istilah sunah rasul. Asumsi yang mengemuka dari penyebutan tersebut memang mengarah kepada kegiatan hubungan pasangan suami istri. Namun benarkan bahwa sunah rasul semata berkutat pada hal tersebut?


Boleh dikata, istilah sunah rasul kerap diartikan sebagai aktivitas hubungan suami-istri. Canda atau guyon semacam ini menjadi sangat lazim didengar seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang mempercepat peredaran pesan. Baik di grup WhatsApp, meme di media sosial dan sejenisnya.


Canda atau guyon sebenarnya tidak masalah dalam agama. Hanya saja kalau mau tahu kedudukan hukum agama sebenarnya, kita perlu mendapat penjelasan ahli hukum Islam terkait hubungan sunah rasul, malam Jumat, dan hubungan intim suami-istri. 


وليس في السنة استحباب الجماع في ليال معينة كالاثنين أو الجمعة، ومن العلماء من استحب الجماع يوم الجمعة.


Artinya: Di dalam sunah tidak ada anjuran berhubungan seksual suami-istri di malam-malam tertentu, antara lain malam Senin atau malam Jumat. Tetapi ada segelintir ulama menyatakan anjuran hubungan seksual di malam Jumat. (Lihat: Syekh Wahbah az-Zuhayli, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, cetakan kedua, 1985 M/1305, Beirut, Darul Fikr, juz 3, halaman: 556).


Keterangan Syekh Wahbah az-Zuhayli ini dengan terang menyebutkan bahwa sunah Rasulullah tidak menganjurkan hubungan suami-istri secara khusus di malam Jumat. Kalau pun ada anjuran, itu datang dari segelintir ulama yang didasarkan pada hadits Rasulullah SAW dengan redaksi: “Siapa saja yang mandi di hari Jumat, maka..." Dari sini kemudian sebagian ulama itu menafsirkan kesunahan hubungan badan suami-istri pada malam Jumat.


Tetapi sekali lagi kesunahan itu didasarkan pada tafsiran atau interpretasi, bukan atas anjuran Rasulullah secara verbal. Meski demikian, Syekh Wahbah sendiri tidak menyangkal bahwa hubungan intim suami-istri mengandung pahala. Hanya saja tidak ada kesunahan melakukannya secara prioritas di malam Jumat. Artinya, hubungan intim itu boleh dilakukan di hari apa saja tanpa mengistimewakan hari atau waktu-waktu tertentu.


Ibadah yang Dianjurkan

Penjelasan kedudukan hukum ini menjadi penting agar tidak ada reduksi pada sunah rasul yang begitu luas itu. Karena banyak anjuran lain yang baiknya dikerjakan di malam Jumat seperti memperbanyak shalawat Nabi, membaca surat Yasin, Al-Jumuah, Al-Kahfi, Al-Waqiah, istighfar, dan mendoakan orang-orang beriman yang telah wafat.


Sementara guyonan dengan istilah semacam ini tidak masalah. Kalaupun sekadar guyon, baiknya istilah-istilah ini cukup terbatas di kalangan orang dewasa saja. Dengan demikian, istilah yang mengemuka di media sosial dan pembicaraan kala memasuki Kamis petang atau malam Jumat dapat didudukkan secara tepat. Wallahu a‘lam.


Editor:

Keislaman Terbaru