• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 24 April 2024

Keislaman

Menjelang Lebaran, Hindari Maksiat

Menjelang Lebaran, Hindari Maksiat
salah satu hikmah puasa Ramadhan adalah untuk melatih diri agar terhindar dari perbuatan maksiat (Foto: NOJ/ringtimesbanyuwangi)
salah satu hikmah puasa Ramadhan adalah untuk melatih diri agar terhindar dari perbuatan maksiat (Foto: NOJ/ringtimesbanyuwangi)

Oleh: Kartika Wulandari*
 

Setiap tahun umat muslim di dunia menyambut Ramadhan sebagai bulan yang penuh anugerah dan nikmat agung dari Allah SWT. Bulan Ramadhan dikatakan sebagai bulan yang mulia karena merupakan bulan pengampunan dosa, telah disebutkan bahwa Allah SWT., membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka-Nya.
 

Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa bulan Ramadhan dinamakan seperti itu karena membakar atau menggugurkan segala dosa manusia dengan melalui amal salehnya (Unpak.ac.id, 2022). Salah satu bentuk perbuatan amal saleh yang dilakukan adalah dengan menjalankan puasa (shaum). Puasa dilakukan dengan tujuan menahan diri dari mengonsumsi baik makanan, minuman maupun segala bentuk hawa nafsu yang dapat membatalkan puasa sepanjang hari berdasaran dengan syara’ yang telah ditetapkan dalam agama Islam (Wahid, 2010).
 

Kenyataannya, tidak semua umat muslim menjalankan puasa secara lancar tanpa kendala, karena bahkan secara tidak sengaja maupun disengaja telah melakukan sesuatu yang membuat puasa tersebut tidak bernilai pahala. Hal ini karena pahala puasa tersebut hilang, sebab segala tindakan yang dilakukan seperti bergibah, menonton video haram, dan perbuatan maksiat lainnya.
 

Puasa yang sebenar-benarnya adalah yang dapat membersihkan jiwa muslim dan muslimah dari sifat-sifat buruk, menguatkan kemauan dalam melakukan kebaikan sehingga meningkatkan ketakwaan. Hal ini tertuang pada QS. Al-Baqarah ayat 183, yang berbunyi:
 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
 

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. 
 

Jika puasa dilakukan namun maksiat juga tetap berjalan, maka kemaksiatan ini dapat menghilangkan manfaat dan merusak tujuan serta maksud dari disyariatkannya puasa tersebut, yaitu menahan diri, dimana hal ini sesuai dengan pendapat dari Syekh Yusuf Qardhawi (H. Putra & Ahmad, 2012).
 

Selanjutnya, dalam surah Al-An’am ayat 160 menjelaskan: 
 

مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ عَشْرُ اَمْثَالِهَا ۚوَمَنْ جَاۤءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزٰٓى اِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ
 

Artinya: Barang siapa berbuat kebaikan balasan 10 kali lipat amalnya. Dan barang siapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi).
 

Sebagian ulama menyatakan bahwa selama bulan Ramadhan seluruh amal baik yang dilakukan oleh umat muslim dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT, begitupula sebaliknya perbuatan maksiat dapat diberikan dosa yang berlipat ganda (A. P. Putra, 2021).
 

Kemudian Mula ‘Ali Al Qori menjelaskan bahwa saat berpuasa larangan keras untuk melakukan perbuatan maksiat. Orang yang sedang menjalankan ibadah puasa namun tetap melakukan tindakan maksiat, seperti perumpamaan orang yang menunaikan haji lalu ia bermaksiat, yang mana pahala utamanya tidak batal namun kesempurnaan pahalanya tidak diperoleh.
 

Hendaknya, para umat muslim menjalankan puasa dengan sebaik-baiknya sesuai dengan syariat Islam, sehingga tidak menghilangkan makna dan maksud dari puasa itu sendiri. Dengan begitu puasa dapat menjadi salah satu pintu yang dapat menjadi penyebab umat muslim masuk ke dalam surga. Yakni pintu yang dinamakan Ar Rayyan. Tidak ada yang bisa memasukinya kecuali orang-orang yang berpuasa
 

Dengan demikian, menjalankan ibadah puasa tetapi maksiat tetap berjalan dapat menjadikan puasa tidak memperoleh kesempurnaan pahala, dimana pahala akan berkurang dan mendapat ganjaran dosa dari Allah SWT. Hendaknya kita sebagai umat muslim menjalankan puasa dengan sebaik-baiknya. Karena puasa dapat menuntun kita kepada pintu menuju surga Allah SWT.
 

*Mahasiswi IAIN Salatiga, program studi Pengembangan Masyarakat Islam.


Keislaman Terbaru