• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 4 Mei 2024

Keislaman

Ternyata Tongkat Para Ulama Ikuti Jejak Para Nabi

Ternyata Tongkat Para Ulama Ikuti Jejak Para Nabi
Ilustrasi seorang ulama bertongkat kayu (Foto:NOJ/nuonline)
Ilustrasi seorang ulama bertongkat kayu (Foto:NOJ/nuonline)

Tongkat adalah sepotong kayu yang agak panjang, dijadikan pegangan oleh seseorang saat berjalan. Umumnya, tongkat digunakan sebagai penunjuk arah bagi orang buta, penyangga tubuh, menjaga keamanan dari binatang buas, hingga dipakai saat acara keagamaan seperti pakai oleh khatib shalat Jumat, dan lain sebagainya. Bentuknya pun tak semuanya lurus, kadang sedikit melengkung atau bengkok yang diberi ukiran guna menambah nilai estetika.
 

Jika ditarik dalam konteks sejarah, tongkat yang digunakan oleh pendahulu memiliki unsur ilahi (mukjizat) dan mistik yang tinggi, seperti tongkatnya Nabi Musa As, sahabat nabi, Soekarno (Presiden RI pertama), Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan yang diberikan kepada Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy'ari, dan yang lainnya.
 

Dari sekian tokoh yang menggunakan tongkat, di berbagai riwayat dan kisah kehidupan para nabi, sahabat nabi, tabi'in, tabi'ut tabi'in, ulama hingga waliyullah, tongkat menjadi benda yang sangat dekat dan setia menemani dalam mensyiarkan Islam di dunia, terlebih di Nusantara yang diprakarsai oleh Walisongo.
 

Agar tidak menjadi bias kepada generasi milenial, tongkat yang disimbolkan huruf alif wahdaniyatullah dan bermakna ajaran ideologi moral, digunakan oleh Nabi Muhammad Saw, Nabi Ibrahim As, Nabi Musa As, Nabi Khidir As, dan nabi-nabi lainnya. Ternyata memakai tongkat merupakan sunnah nabi yang kemudian dipraktikkan auliya Allah.
 

Tak hanya itu, Imam Syafi'i pun juga bertongkat meskipun beliau masih kuat dan belum berusia tua. Saat ditanya sahabatnya, beliau menjawab agar ingat bahwa ia seorang musafir di dunia. Dan tujuannya adalah akhirat.
 

Tongkat Nabi Musa As membelah lautan, tongkat Soekarno membentenginya dari serangan penjajah, berbeda dengan tongkatnya Syaikhona Kholil Bangkalan yang membesarkan di bawah tangan muridnya KH Hasyim Asy'ari. Keberadaan NU di Indonesia menjadi penyangga agama, bangsa dan negara.
 

Tongkat yang diantarkan ke Tebuireng, Jombang oleh muridnya KHR As'ad Syamsul Arifin, Syaikhona Kholil menyertakan penggalan surat Thaha yang menceritakan mukjizat Nabi Musa As.
 

‎وَمَا تِلْكَ بِيَمِيْنِكَ يٰمُوسٰى
 

Artinya: Apa yang ada di tangan kananmu itu, wahai Musa?" (Thaha: 17)
 

Nabi Musa menjawab:
 

‎قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّؤُا عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِيْ وَلِيَ فِيهَا مَاٰرِبُ أُخْرٰى 
 

Artinya: (Musa) berkata, "Ia adalah tongkatku, aku (dapat) bersandar padanya, merontokkan (daun-daun) dengannya untuk (makanan) kambingku, dan memiliki keperluan lainnya padanya." (Thaha: 18)
 

‎قَالَ أَلْقِهَا يٰمُوسٰى 
 

Artinya: Allah berfirman, "Lemparkanlah (tongkat) itu, wahai Musa!" (Thaha: 19)
 

‎فَأَلْقٰهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعٰى 
 

Artinya: Maka, dia (Musa) melemparkannya. Tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. (Thaha: 20)

 

Nabi Musa As merasa ketakutan, maka Allah berfirman.
 

‎قَالَ خُذْهَا وَلا تَخَفْ سَنُعِيْدُهَا سِيْرَتَهَا الْأُوْلٰى
 

Artinya: Dia (Allah) berfirman, "Ambillah dan jangan takut! Kami akan mengembalikannya kembalikan pada keadaannya semula." (Thaha: 21)
 

Dengan demikian tongkat-tongkat para ulama, khususnya para kiai NU yang berbahan kayu trembesi, pahlawan, taguh sahari mati ngurak (mati sendiri karena usia), bidara ngurak, dan lainnya, merupakan implementasi sunnah nabi. Yang didambakannya adalah mati membawa tongkat ulama NU, tandanya mati syahid.


Keislaman Terbaru