• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Keislaman

Toleransi adalah Wujud Islam Rahmaatan Lil ‘Alamin

Toleransi adalah Wujud Islam Rahmaatan Lil ‘Alamin
Ilustrasi toleransi di negara tercinta Indonesia (Foto:NOJ/sorogan.id)
Ilustrasi toleransi di negara tercinta Indonesia (Foto:NOJ/sorogan.id)

Sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin, tentu Islam menganjurkan agar umatnya selalu menjaga kerukunan didalam seluruh aspek kehidupan baik bermasyarakat, berbangsa dan bernegara termasuk kehidupan beragama.


Dalam terminologi Islam, istilah yang dekat dengan kerukunan umat beragama adalah ‘Tasamuh’ yang berarti toleransi. Konsep toleransi beragama dalam Islam bukanlah membenarkan semua ajaran agama dan keyakinan yang adam karena ini merupakan persoalan akidah dan keimanan yang harus dijaga dengan baik oleh setiap muslim.


Toleransi antar umat beragama hanya menyentuh ranah sosial yaitu mengakui keberagaman keyakinan dan kepercayaan di masyarakat tanpa saling mencampuri urusan keimanan, kegiatan, tata cara dan ritual peribadatan agama masing-masing.


Manusia adalah makhluk sosial yang diciptakan berbeda-beda

Perbedaan ini telah menjadi ketetapan Tuhan (Sunnatullah). Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi:


يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ


Artinya: Wahai manusia! sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al Hujurat: 13)


Dalam Kitab Al-Mawa'izh Al-'Usfuriyah berisi nasihat-nasihat ringan, Syeikh Muhammad bin Abu Bakar Ushfury menukil salah satu hadis masyhur yang populer di kalangan penuntut ilmu.


عن عبد الله بن عمر رضي الله تعالى عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : الراحمون يرحمهم الرحمن، ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء.


Artinya: Dari Abdullah bin Umar RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Orang-orang yang pengasih akan dikasihi Allah Sang Maha Pengasih. Kasihilah siapapun di bumi maka yang di langit akan mengasihimu”.


Sebagai ketetapan Tuhan, pernyataan ini tentu harus diterima. Mereka yang tidak bisa menerima adanya keragaman sama dengan mengingkari ketetapan Tuhan. 


Tidak ada paksaan dalam beragama

Berdasar kebebasan nurani lahirlah kebebasan beragama, sebab sejak dini Al-Qur’an dan Sunnah menegaskan bahwa keberagaman harus didasarkan pada kepatuhan yang tulus kepada Allah. Al-Qur’an menjelaskan:


لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ


Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 256)


Dalam menafsirkan ayat ini Ibnu Katsir menyatakan: “Janganlah kalian memaksa seorangpun untuk masuk Islam. Sebab, agama ini telah jelas semua ajaran dan bukti kebenarannya.


Kesimpulannya, ajaran Islam memandang bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tercipta berbeda-beda, mempunytai perbedaan keyakinan yang tidak bisa dihindari, sehingga tak perlu ada paksaan dalam beragama. Wallahu a’lam.


Keislaman Terbaru