• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Madura

Nikmati Kudapan Tradisional, Kue Putu Bambu Legendaris di Sumenep

Nikmati Kudapan Tradisional, Kue Putu Bambu Legendaris di Sumenep
Proses pembuatan kue putu bambu yang dilakukan oleh Alex di pinggir jalan. (Foto: NOJ/Firdausi)
Proses pembuatan kue putu bambu yang dilakukan oleh Alex di pinggir jalan. (Foto: NOJ/Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim

Di zaman kontemporer ini, poduksi makanan, minuman dan jajanan siap saji bisa dijumpai di mall, swalayan, pasar tradisional, dan toko kelontong.


Berbeda dengan kue putu bambu yang merupakan jenis kudapan tradisional yang sampai saat ini masih diminati oleh warga di tengah himpitan jajanan siap saji yang dikemas dengan bungkus menarik.


Sebagaimana diketahui oleh masyarakat luas, khususnya di pedesaan, kue putu bambu memiliki tekstur lembut, rasanya manis, kuenya dilumuri parutan kelapa, beraroma daun pandan, harganya yang ramah di kantong, tidak mengandung bahan pengawet makanan, dan dibungkus dengan daun pisang. Kue tersebut tetap menjadi jajanan favorit warga kendati bermunculan makanan siap saji.


"Paling enak makan kue putu bambu saat kue dalam keadaan hangat. Gula merah yang lumer menambah cita rasa Nusantara saat kue ada di dalam mulut," ungkap Diana Ningsih, warga Pragaan Laok, Sumenep yang kebetulan membeli kue putu bambu di depan Kantor Pegadaian.


Baginya, membeli kue tradisional ini mengingatkan pada masa kecilnya. Jika di masa kanak-kanaknya kue ini mudah dijumpai. Berbeda di masa kini, kue ini jarang dijumpai lagi. Hal ini dilatar belakangi munculnya jajanan modern seiring perkembangan zaman yang serba-serbi diminati anak zaman now.


"Yang menarik perhatian warga adalah bunyinya tut tut tut tut. Suitan uap air yang keluar dari cerobong segi empat (alat masak) itu terdengar ke telinga saat penjual kue melintas di jalan raya. Itulah alasan kami berhenti dan membelinya sembari mengingat masa lalu. Kue putu ini mengenyangkan, karena berbahan tepung beras," jelasnya.


Di tempat yang sama, Alex Matin, penjual kue putu bambu mengaku, menjual kue ini karena faktor turunan. Artinya, ia meneruskan jejak almarhum ayahnya yang berprofesi sebagai penjual kue putu dengan mengendarai sepeda onthel.


Dirinya mengutarakan, bahan dasarnya mudah dijumpai di pasar tradisional, yakni tepung beras dan gula merah. Tepung beras tersebut dicampur dengan air pandan. Kemudian disaring hingga menjadi adonan yang halus.


Pria asal Solo, Jawa Tengah ini menerangkan, dinamakan kue putu bambu karena dicetak menggunakan bambu sedang berukuran 2,5 cm, tinggi 7 cm. Setelah bahan dimasukkan ke dalam tabung bambu, kemudian dikukus di atas air uap yang mendidih.


"Alat masaknya di desain khusus sehingga menimbulkan suitan bunyi unik layaknya bunyi kereta api uap," ucapnya kepada NU Online Jatim, Sabtu (16/09/2023).


Sebelum dibungkus pakai daun pisang, adonan yang ada di dalam cetakan bambu itu dibolak-balik. Saat asap itu (uap air) keluar dari atas adonan, maka cetakan itu diambil lalu disodok pakai kayu.


"Proses pengukusan bisa memakan waktu 3-10 menit. Tergantung besar kecilnya api, lebar diameter bambu dan tinggi cetakan,” terangnya.


Alex mengatakan, modal awal membeli bahan adonan tak mengeluarkan uang banyak. Tak heran, dirinya memasang harga Rp1.000 perbiji. Setiap mangkal di pinggir jalan, adonannya sudah habis saat sore atau malam hari.


"Sejak almarhum ayah jualan di Madura, kami sengaja tak memasang harga yang mahal. Kami tak ingin pembeli kecewa. Hal terpenting pembeli bisa menikmatinya sebagai jajanan idaman," tandasnya.


Madura Terbaru