• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Madura

Rais NU Sumenep: Mengurus NU Harus Sabar dan Ikhlas

Rais NU Sumenep: Mengurus NU Harus Sabar dan Ikhlas
KH Hafidzi Syarbini (pegang mik), Rais PCNU Sumenep. (Foto: NOJ/ Firdausi)
KH Hafidzi Syarbini (pegang mik), Rais PCNU Sumenep. (Foto: NOJ/ Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim 

Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep KH Hafidzi Syarbini menyampaikan, bahwa seseorang yang mengurus Jamiyah Nahdlatul Ulama (NU) harus sabar dan ikhlas. Jika demikian, maka ia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat.


Penekanan tersebut disampaikan saat Silaturahim dan Penguatan Ranting oleh PCNU Sumenep pada Ahad (02/01/2022). Acara itu dipusatkan di Pondok Pesantren Al-Munawwarah Batuputih Kenik, Batuputih, Sumenep.


Kiai Hafidzi mengatakan, bahwa NU bukan hanya sekedar mengejar hal-hal yang bersifat duniawi, melainkan juga untuk mendapat keridhaan Allah SWT sehingga hidup selamat di dunia dan akhirat. 


“Sebagaimana doa yang sering dibaca warga NU, yakni 'Rabbana atina fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qina ‘adzabannar'. Artinya, Nahdliyin memohon keselamatan di dunia dan akhirat, juga agar terbebas dari api neraka,”  terangnya. 


Alumni Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah itu menggambarkan terkait lamanya hidup di akhirat. Menurutnya, sehari hidup di akhirat sebanding dengan seribu tahun di dunia.


"Jika waktu hidup di dunia ini hanya satu setengah jam waktu akhirat. Paling sedikit numpang di neraka itu 100 tahun ukuran dunia, naudzubillah," ujarnya.


Kiai Hafidizi juga menyebutkan, jika orang ikhlas dan istiqamah melakukan kebaikan, termasuk rajin menghadiri kegiatan NU, insya Allah tidak akan merasakan sakit. Kalau diberi sakit, itu artinya sedang diuji untuk menghilangkan dosa-dosanya.


"Jangan merasa payah bekerja di NU. Yang penting bekerja saja, soal hasil itu apa kata Allah SWT," ungkapnya.


Selain itu, mengabdi NU menurutnya harus punya rasa malu pada Allah SWT. Karena sewaktu pelantikan telah berbaiat untuk melaksanakan tugas pada Allah SWT.


"Masak tidak malu, sudah dilantik, sudah berjanji, terus tidak bekerja sampai datang masa pelantikan lagi, apa tidak merasa malu pada Allah," sindirnya seraya tersenyum. 


Kesabaran menjadi pengurus NU yang dimaksudnya ialah melihat sebuah fenomena bahwa orang di luar NU tatkala menyerang NU. Menurutnya, itu sejatinya bukan menyerang PBNU, PWNU, atau PCNU, tapi menyerang pengurus ranting. 
 


“Sedang pengurus ranting itu rentan terprovokasi, kalau tidak sabar bisa meninggalkan ke-NU-annya. Warga yang tidak paham dengan serangan itu, akan terpengaruh lalu meninggalkan NU," pungkasnya.


Madura Terbaru