• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Matraman

Ansor Menilai Tambang Bisa Perparah Bencana di Trenggalek

Ansor Menilai Tambang Bisa Perparah Bencana di Trenggalek
Kondisi setelah banjir di Munjungan Trenggalek beberapa hari lalu. (Foto: Istimewa)
Kondisi setelah banjir di Munjungan Trenggalek beberapa hari lalu. (Foto: Istimewa)

Trenggalek, NU Online Jatim

Banjir di Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek terjadi dua kali hingga mengakibatkan rusaknya beberapa fasilitas umum, rumah dan ribuan warga terdampak terisolir.


Pimpinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Munjungan kabupaten Trenggalek menilai keberadaan tambang di Kabupaten Trenggalek bisa menyebabkan bencana semakin parah. Oleh karenanya, Ansor menyatakan menolak eksplorasi melalui pertambangan di daerahnya.


Ketua PAC GP Ansor Munjungan, Hanik Mashadi menjelaskan, keberadaan tambang yang akan dilaksakan di Kabupaten Trenggalek tidak akan berdampak positif terhadap lingkungan.


Kondisi saat ini saja Trenggalek sudah berulangkali dilanda bencana. Apalagi jika tambang benar-benar mengeksplorasi sebagian besar di wilayah hutan Trenggalek, maka sangat mungkin akan berdampak pada bencana lebih besar.


"Bagi kami penolakan atas tambang emas di Kabupaten Trenggalek adalah suatu keniscayaan yang tidak bisa dibantah oleh siapapun," ungkap Hanik kepada NU Online Jatim, Senin (07/11/2022).


Menurutnya, kondisi hutan saat ini masih normal dengan kekayaan alamnya. Namun, situasi bisa menjadi tidak akan normal apabila nanti tambang sudah beroperasi.


"Kecamatan Munjungan sudah cukup makmur dengan alamnya, lautnya, hutannya juga dengan pertaniaanya. Artinya itu adalah segmen yang harus dikembangkan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat," ujarnya.


Hanik berharap, persoalan hari ini yang perlu menjadi perhatian pemerintah adalah masalah di hilir. Seperti normalisasi sungai, benteng sungai, tanggul sungai, hingga bronjong sungai. Akan tetapi, hal-hal yang cukup subtantif yaitu pemeliharaan hutan di hulu.


"Hari ini belum sama sekali disentuh oleh pemerintah kabupaten maupun pemerintah-pemerintah yang ada di atasnya. Reboisasi penghijauan kembali hutan saat ini jauh dari harapan masyarakat Munjungan," ungkapnya.


Sebelumnya, dalam acara Istighosah yang diadakan PCNU Trenggalek, Wakil Bupati Trenggalek, Syah Muhamad Natanegara menjelaskan bahwa dampak banjir di Watulimo dan Munjungan menyebabkan 14 jembatan putus.


Ia mengaku, musibah Trenggalek ini berbeda karena hujan yang turun melebihi pada umumnya. Hujan ekstrem hanya kisaran 150 mm, namun di Trenggalek hingga 300 mm. Namun, pihaknya tidak menampik adanya kerusakan hutan juga menjadi item penyebab terjadinya banjir dan tanah longsor.


"Sebanya perubahan iklim, juga karena hutan kita tidak terjaga. Kami mengajak bapak ibu bersama-sama menjaga hutan kita agar hal-hal yang tidak kita inginkan tidak terjadi di Trenggalek," papar Syah.


Editor:

Matraman Terbaru