• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Matraman

Kiai Marzuki Sampaikan Sejatinya Agama Manifestasi dari Ketulusan Niat

Kiai Marzuki Sampaikan Sejatinya Agama Manifestasi dari Ketulusan Niat
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar. (Foto: NOJ/Madchan Jazuli)
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar. (Foto: NOJ/Madchan Jazuli)

Trenggalek, NU Online Jatim

Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur (Jatim), KH Marzuki Mustamar mengatakan, dalam bermuamalah atau berhubungan dengan seseorang semestinya mengedepankan bersihnya hati dan niat tulus. Tidak ada keinginan nafsu tidak suka dengan kenikmatan orang lain. Lurusnya dan bersihnya hati penting dimiliki oleh orang mukmin. Hal tersebut apa yang diamalkan benar-benar ibadah lillahi ta'ala atau semata-mata karena Allah SWT.


“Sehingga Nabi Muhammad SAW bersabda: Ad Din An Nashihah dengan menggunakan khobar makrifat berarti mahsur,” ujarnya dalam 100 Hari Wafatnya KH Fatchulloh Sholeh, Senin (09/01/2023).


Menurutnya, sejatinya agama itu manifestasi dari ketulusan niat. Niatul mukmin khairun min amali, yang dilihat Allah adalah bukan wajahnya, bukan dari penampilannya, pun bukan lahiriahnya. Tetapi yang dilihat adalah hatinya.


“Ketika diterjemahkan, sejatinya agama itu hanya ada pada An Nashihah. Maknanya irodatal li akhika kama turiduhu linafsika seperti keterangan di Al-Adzkar An-Nawawiyah. An Nuskhu itu, ketika kita sama-sama menginginkan kebaikan, andai kebaikan diterima juga oleh teman, senangnya itu sama," terangnya.


Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek, Kota Malang ini menjelaskan, ukuran kenikmatan untuk makhluk sama takarannya. Hanya saja, tidak sedikit yang memandang sebelah mata dengan kenikmatan orang lain, dan menjadikannya hasut dan iri dengki.


“Kebanyakan sama-sama orang Islam, orang nahdliyyin istrinya cantik. Sedangkan orang lain kurang cantik merasa senang. Begitupun sebaliknya, jika istrinya kurang menarik dan orang lain menarik menjadikan sumpeknya hati,” paparnya.


Di zaman nabi, kiai yang juga Dosen Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang ini mencontohkan, saat meninggalnya Rasulullah SAW, seluruh sahabat berbela sungkawa, sedih, dan merasa sangat kehilangan. Bagaimana tidak, sosok pemimpin umat dan pembawa risalah menjadi rujukan berbagai persoalan telah mengahdap Allah SWT.


“Sampai-sampai, Sahabat Abu Bakar ragu-ragu dengan maju mundur untuk menguburkan jazad nabi utusan terakhir. Hanya ada beberapa tokoh yang berbahagia atas wafatnya Nabi Muhammad,” tandasnya.


Beberapa sahabat yang berbahagia diantaranya adalah Walid bin Mughirah, Mughirah bin Syu'bah Abdullah bin Ubay termasuk Musailamah al-Kadzab. Meskipun sering bermuamalah, namun ada maksud dengki iri hati.


"Repot kalau kelihatannya Islam, kelihatannya kiai, bahkan juga pengurus NU, ada kiai meninggal tidak malah susah, tetapi malah senang," pungkasnya.


Matraman Terbaru