• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Metropolis

Asal Muasal Pencak Silat Bawean dari Jurus Sayyidina Ali

Asal Muasal Pencak Silat Bawean dari Jurus Sayyidina Ali
Pertunjukan pencak silat khas Bawean yang muasalnya dari jurus Sahabat Sayyidina Ali. (Foto: NOJ/ Aminuddin)
Pertunjukan pencak silat khas Bawean yang muasalnya dari jurus Sahabat Sayyidina Ali. (Foto: NOJ/ Aminuddin)

Gresik, NU Online Jatim
Pencak silat khas Bawean merupakan tradisi warisan para nenek moyang yang selalu dirawat dan bertahan sampai saat ini. Menariknya, kembang silat yang diperagakan oleh para pendekar Bawean ini merupakan asal muasal dari jurus Sahabat Sayyidina Ali.


Misnari, salah satu pendekar Bawean asal Dusun Menara, Desa Gunungteguh ini menjelaskan, bahwa seluruh gerakan silat atau pencak khas Bawean merupakan rangkaian dari huruf Hijaiyah.


“Yang asal muasalnya menyerupai dengan jurus yang dimiliki Sayyidina Ali, sang pemilik pedang Zulfikar. Oleh karenanya, setiap gerakannya memiliki arti dan filosofi tersendiri,” ujarnya, Rabu (28/06/2022).


Disebutkan, bahwa semua langkah yang ada dalam gerakan pencak silat Bawean menunjukkan huruf Hijaiyah. Semisal, pada saat pedang ditegakkan menunjukkan huruf Alif. Kemudian, sikap kuda-kuda juga memiliki arti Lam Alif, dan seterusnya.


“Dan ini dikatakan oleh guru kami, bahwa jurus pencak silat khas Bawean ini merupakan asal muasal dari jurusnya Sahabat Sayyidina Ali,” jelas Nari, panggilan akrabnya.


Ia menjelaskan, pada esensinya pencak Bawean yang juga ada pergulatannya seharusnya tidak sampai menyeruduk lawan sembarangan, apa lagi menimbulkan pertengkaran.


“Akan tetapi bagaimana pesilat ini tetap bertahan di satu tempat, tapi tetap bisa menjatuhkan lawan,” tegas pendekar muda Bawean ini.


Selain itu, ia menuturkan pedang dalam permainan pencak Bawean hanya sebagai bunga atau aksesoris untuk menambah daya tarik bagi penonton. “Namun, memakai pedang ataupun tidak itu sama saja langkahnya,” tuturnya.


Oleh karena itu, ia berpesan agar tetap menjaga tradisi pencak silat khas Bawean ini. Maka, Porsema ke-XIV yang bertempat di Alun-alun Kecamatan Sangkapura ini juga dilombakan pencak silat Bawean.


“Ini usulan sahabat Ansor Bawean agar Porsema ke-XIV juga dilombakan pencak silat Bawean. Demi menjaga dan merawat tradisi leluhur kita yang mulai terkikis,” kata Nari.


Ia pun berharap kepada para pendekar muda Bawean agar tradisi pencak silat khas Bawean ini juga dimasukkan ke lembaga-lembaga di naungan LP Ma'arif NU sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler.


“Saya juga berharap seluruh persatuan pendekar Bawean ini juga sering bersilaturahim, di samping untuk berbagai ilmu dan pengalaman,” pungkasnya.


Metropolis Terbaru