• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 1 Mei 2024

Opini

Apakah Al-Qur’an Berlaku untuk Kalangan Jin?

Apakah Al-Qur’an Berlaku untuk Kalangan Jin?
Al-Qur'an adalah mukjizat terbesar, apakah berlaku juga untuk bangsa jin? (Foto: NOJ/umroh.com)
Al-Qur'an adalah mukjizat terbesar, apakah berlaku juga untuk bangsa jin? (Foto: NOJ/umroh.com)

Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan melalui wasilah Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Esensi Al-Qur’an sangatlah besar, bahkan diklaim oleh jumhur atau mayoritas ulama sebagai mukjizat terbesar yang masih eksis hingga hari kiamat kelak.


Dalam kehidupan manusia, Al-Qur’an berperan penting sebagai guide atau petunjuk kehidupan, baik kehidupan di dunia maupun di akhirat. Inilah salah satu peran besar Al-Qur’an. Sebab, umat Islam tidak akan mampu beragama dengan baik, bila tidak merujuk pada Al-Qur’an. Oleh karena itu, menjadi sangat layak bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk bagi manusia.


Keterangan tersebut telah diabadikan dalam firman Allah SWT berikut: 


شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِ


Artinya: Bulan Ramadhan adalah bulan dimana diturunkanlah Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan pembeda antara kebenaran dan kebatilan. (QS Al-Baqarah: 185)


Lantas, agar manusia mendapatkan sentuhan petunjuk tersebut, apa yang harus dilakukan? Jawabannya adalah menjadikan Al-Qur’an sebagai referensi dalam berkehidupan. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya: 


وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِي هٰذَا الْقُرْآنِ لِيَذَّكَّرُوْا


Artinya: Dan sungguh, dalam Al-Qur’an ini telah Allah jelaskan berulang-ulang (peringatan) agar mereka selalu mengingatnya. (QS Al-Isra’: 45)


Menjadi dilematis, seakan-akan Al-Qur’an ini hanya diperuntukkan kepada manusia dibanding makhluk-makhluk lain. Padahal, di dunia ini ada makhluk Allah yang lain, salah satunya adalah jin. Apakah fungsi Al-Qur’an sebagai petunjuk ini juga berlaku kepada bangsa jin?

 

Siapakah Jin Itu?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, mari kita telaah lebih dalam sebenarnya apa makna “jin” di sini.  Bahwa jin adalah makhluk tidak kasat mata oleh penglihatan manusia. Tetapi, selalu beriringan dengan manusia. Oleh karenanya, di dalam Al-Qur’an setidaknya telah disebutkan 12 kali korelasi antara manusia dan jin. Misalnya silakan membaca beberapa ayat berikut: 


وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ


Artinya: Dan sungguh, telah Kami ciptakan isi neraka Jahannam banyak dari kalangan jin dan manusia. (QS Al-A’raf: 179) 


يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ


Artinya: Wahai golongan jin dan manusia! Bukankah sudah datang kepadamu para utusan dari kalanganmu sendiri... (QS. Al-An’am: 130)


Setidaknya dua ayat di atas telah mewakili bahwasanya ada hubungan erat antara manusia dan jin. Lantas, siapakah yang dimaksud jin tersebut? Keterangan lebih jelas diuraikan oleh Ibn Hajar al-Haitami berikut: 


الْجِنُّ أَجْسَامٌ هَوَائِيَّةٌ أَوْ نَارِيَّةٌ، أَيْ: يَغْلِبُ عَلَيْهِمْ ذَلِكَ. فَهُمْ مُرَكَّبُونَ مِنَ الْعَنَاصِرِ الْأَرْبَعَةِ كَالْمَلَائِكَةِ عَلَى قَوْلٍ. وَقِيلَ: أَرْوَاحٌ مُجَرَّدَةٌ. وَقِيلَ: نُفُوسٌ بَشَرِيَّةٌ مُفَارِقَةٌ عَنْ أَبْدَانِهَا، وَعَلَى كُلٍّ فَلَهُمْ عُقُولٌ وَفَهْمٌ، وَيَقْدِرُونَ عَلَى التَّشَكُّلِ بِأَشْكَالٍ مُخْتَلِفَةٍ وَعَلَى الْأَعْمَالِ الشَّاقَّةِ فِي أَسْرَعِ زَمَنٍ

 

Artinya: Jin adalah jisim-jisim bangsa udara atau golongan api dalam arti kecenderungan mereka terhadap hal tersebut. Mereka tersusun dari empat elemen sebagaimana malaikat, menurut satu pendapat. Pendapat lain menyatakan bahwa jin adalah arwah-arwah yang menyendiri. Pendapat lain mengatakan bahwa jin adalah nyawa-nyawa sebangsa manusia yang memisahkan diri dari raganya dan pada masing-masing tersebut memiliki akal dan kepahaman. Mereka mampu berkamuflase dengan berbagai bentuk yang beragam dan mampu mengerjakan sesuatu yang berat dalam waktu sekejap. (Ibn Hajar al-Haitami, Tuhfat al-Muhtaj fi Syarh al-Minhaj, [Mesir, al-Maktabah al-Tijariyyah al-Kubra: tt], Juz 7, Halaman: 297).


Adakalanya jin itu muslim dan ada pula yang kafir, sebagaimana keterangan berikut: 


النَّوْعُ الْعَاشِرُ فِي بَيَانِ فِرَقِ الْجِنّ: قَدْ أَخْبَرَ اللهُ تَعَالَى عَنِ الْجِنّ أَنَّهُمْ قَالُوا: (وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُوْنَ وَمِنَّا دُوْنَ ذَلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَداً) أَي: مَذَاهِبُ شَتَّى؛ مُسْلِمُونَ وَيَهُوْدٌ

 

Artinya:Yang kesepuluh tentang penjelasan agama jin: Allah SWT telah memberikan berita tentang jin melalui firman-Nya: Sungguh dari kami (golongan jin) ada yang shalih dan ada pula kebalikannya. Kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (QS al-Jinn: 11). Artinya, bangsa jin terkelompokkan menjadi beberapa pemeluk; muslim dan yahudi. (Badruddin al-‘Aini, ‘Umdat al-Qari Syarh Shahih al-Bukhari, [Beirut, Dar al-Fikr: tt], Juz 15, Halaman: 185).


Ibn al-‘Arabi juga menyitir satu pendapat tentang indikator dalam menilai agama jin sebagai berikut: ​​​​​​​



فَإِنْ قِيلَ: إنَّمَا يَحْتَاجُ الْإِنْذَارُ لِلتَّفْرِقَةِ بَيْنَ الْجَانِّ وَالْحَيَوَانِ، فَإِنْ كَفَّ فَهُوَ جِنٌّ مُؤْمِنٌ، وَإِلَّا كَانَ كَافِرًا أَوْ حَيَوَانًا

 

Artinya: Disebutkan pendapat lain: Pemberian peringatan sebenarnya dibutuhkan untuk membedakan antara jin dan hewan. Bilamana ia menjaga diri dari peringatan tersebut, maka ia adalah jin mukmin. Dan bilamana membangkang, maka ia adalah jin kafir atau hewan. (Abu Bakr Ibn al-‘Arabi, Ahkam Al-Qur’an, [Beirut, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah: 2003], Juz 4, Halaman: 320).


Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jin adalah makhluk Allah tak kasat mata oleh penglihatan manusia. Ia mampu berpikir sebagaimana manusia serta mampu berubah wujud layaknya manusia pula. Ia juga memeluk keyakinan sebagaimana manusia, ada yang mukmin dan ada yang kafir. Lantas, apakah Al-Qur’an turut mengkhitabi jin mukmin? Apakah Rasulullah SAW adalah rasul mereka?

 

Rasulullah Diutus Menyebarkan Islam kepada Siapa?

Untuk menjawab pertanyaan ini, maka diperlukan telaah lebih dalam. Apakah jin memiliki rasul sendiri ataukah adalah Nabi Muhammad SAW, sama dengan manusia? Di sini terdapat khilaf di antara para ulama sebagaimana berikut:


Pertama, jin memiliki rasul sendiri. Pendapat ini dinyatakan oleh beberapa mufassir, seperti Mujahid, Ibn Juraij, al-Dlahhak bin Muzahim, dan Ibn ‘Abbas. Hanya saja Ibn ‘Abbas mengistilahkan utusan tersebut dengan sebutan “nudzur”. Dalil yang digunakan adalah firman Allah SWT berikut: ​​​​​​​


يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ


Artinya: Wahai golongan jin dan manusia! Bukankah sudah datang kepadamu para utusan dari kalanganmu sendiri. (QS Al-An’am: 130) (Ibn Katsir, Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim, [Mesir, Dar Thaybah: 1999], Juz 3, Halaman: 340).


Kedua, jin memiliki rasul dan rasul mereka adalah Nabi Muhammad SAW. Pendapat ini dipedomani oleh mayoritas ulama. Misalnya seperti keterangan dari Al-Razi dalam tafsirnya:


 ​​​​​​​وَالدَّلِيْلُ عَلَى عُمُومِ الدَّعْوَةِ قَوْلُهُ تَعَالٰى: "قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعاً"؛ بَلْ إِلَى الثَّقَلَيْنِ، لِأَنَّ التَّحَدِّيَ كَمَا وَقَعَ مَعَ الْإِنْسِ فَقَدْ وَقَعَ مَعَ الْجِنِّ بِدَلِيلِ قَوْلِهِ تَعَالَى: "قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ ... الخ

 

Artinya: Adapun dalil keumuman dakwah adalah firman Allah SWT: ‘Katakanlah (Muhammad), wahai manusia. Sungguh aku adalah utusan Allah kepada kalian semua. (QS al-A’raf: 158), bahkan hingga meliputi dua kelompok (jin dan manusia), sebab penyatuan di sini berlaku sebagaimana terjadi khithab bersama manusia, maka terjadi pula bersama jin dengan dalil firman Allah SWT: Katakanlah (Muhammad), seandainya berkumpul manusia dan jin.... (QS. al-Isra’: 88) (Fakhr al-Diin al-Raazi, Mafatih al-Ghaib, [Beirut, Dar Ihya’ al-Turats al-‘Arabi: 1420 H], Juz 19, halaman: 62).


Keterangan penguat sebagaimana ditegaskan oleh Jalaluddin al-Suyuthi berikut: ​​​​​​​


(فَصْلٌ: بِعْثَةُ مُحَمَّدٍ إِلَى الْجِنِّ وَالْإِنْسِ) لَمْ يُخَالِفْ أَحَدٌ مِنْ طَوَائِفِ الْمُسْلِمِيْنَ فِي أَنَّ اللهَ تَعَالٰى أَرْسَلَ مُحَمَّدًا إِلَى الْإِنْسِ وَالْجِنِّ، وَبِهِ فُسِّرَ حَدِيْثُ الصَّحِيْحَيْنِ: "بُعِثْتُ إِلَى اْلأَحْمَرِ وَالْأَسْوَدِ"


Artinya: (Pasal tentang pengutusan Nabi Muhammad kepada jin dan manusia). Tidak ada satupun ulama yang berseberangan tentang Allah SWT mengutus Nabi Muhammad kepada manusia dan jin. Hal ini sesuai dengan penafsiran hadis Shahih Bukhari dan Muslim: Aku diutus kepada al-ahmar dan al-aswad.  (Jalaluddin al-Suyuthi, Luqath al-Marjan fi Ahkam al-Jann, [Kairo, Maktabah Al-Qur’an: tt], halaman: 44).


Tentang maksud al-ahmar dan al-aswad dijelaskan oleh Ibn al-Mulaqqin berikut: ​​​​​​​


وَفِي الْأَحْمَرِ وَالْأَسْوَدِ ثَلَاثَةُ أَقْوَالٍ: أَحَدُهَا: أَنَّ الْمُرَادَ بِالْأَحْمَرِ: الْأَبْيَضُ مِنَ الْعَجَمِ وَغَيْرِهِمْ، وَبِالْأَسْوَدِ: العَرَبُ لِغَلَبَةِ السَّمْرَةِ فِيهِمْ وَغَيْرُهُمْ مِنَ السُّودَانِ. ثَانِيهَا: أَنَّ الْمُرَادَ بِالْأَسْوَدِ: السُّودَانُ، وَبِالأَحْمَرِ: مَنْ عَدَاهُمْ مِنَ الْعَرَبِ وَغَيْرُهُمْ. ثَاِثُهَا: أَنَّ الْأَحْمَرَ: الإِنْسُ، وَالْأَسْوَدَ: الجِنُّ


Artinya: Perihal al-ahmar dan al-aswad, terdapat tiga pendapat: Pertama, al-ahmar berarti golongan bangsa putih, baik dari suku ajam (non arab) dan selainnya. Sedangkan al-aswad berarti bangsa Arab, karena dominasi kulit coklat ada pada mereka serta Sudan. Kedua, al-aswad berarti golongan Sudan dan al-ahmar berarti selain mereka dari bangsa Arab dan selainnya. Ketiga, al-ahmar berarti manusia dan al-aswad berarti jin. (Ibn al-Mulaqqin, Al-I’lam bi Fawa’id Umdat al-Ahkam, [Saudi Arabia: Dar al-‘Ashimah, 1997], Juz 2, halaman: 170).


Maka jelas sekali, ada pendapat yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW memang diutus kepada kedua golongan, baik manusia dan jin. Sehingga dapat disimpulkan bilamana Rasulullah SAW juga diberikan mandat untuk menyebarkan syariat Islam kepada seluruh golongan, termasuk jin, maka Al-Qur’an juga menjadi sumber rujukan bagi mereka. Wallahu a’lam.


 

Muhammad Fashihuddin, Dewan Asatidz Pesantren Terpadu Al-Kamal Blitar dan Aktif di PAC GP Ansor Kalidawir Tulungagung


Editor:

Opini Terbaru