• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 24 April 2024

Opini

Kang Syafri, Program Dai Inaifas dan Kelanjutan Misi Sunan Giri

Kang Syafri, Program Dai Inaifas dan Kelanjutan Misi Sunan Giri
Rektor Inaifas (kiri) bersama Syafri Syamsudien di makam Sunan Ampel. (Foto: NOJ/Istimewa)
Rektor Inaifas (kiri) bersama Syafri Syamsudien di makam Sunan Ampel. (Foto: NOJ/Istimewa)

Besok Jumat, 26 Februari 2021, Institut Agama Islam Al-Falah As-Sunniyyah (Inaifas) Kencong-Jember  kembali mengirimkan dai mahasiswa ke luar Jawa. Jika Januari silam mengirim dua mahasiswa untuk membantu mendidik komunitas Suku Anak Dalam (SAD) di Kabupaten Sarolangun Jambi, maka besok Syafri Syamsudien, mahasiswa semester XI ini dikirim ke Sorong, Papua Barat. Kang Syafri, demikian saya memanggilnya, selama ini sudah saya anggap sebagai adik karena sering membantu di Pondok Pesantren Mabdaul Ma'arif Jombang, Jember.

 

Maret mendatang, giliran Luqman Hakim, mahasiswa Inaifas semester III akan diutus menjadi dai mahasiwa ke Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. April, kampus yang terletak di Kencong-Jember ini bakal mengutus satu mahasiwa ke Bajawa, Flores, dan ke Jayapura. Mereka semua menjalani tugas selama satu tahun. Pada Mei mendatang, Inaifas berharap juga bisa mengirimkan satu atau dua mahasiswa ke Timor Leste.

 

Program dai mahasiswa ini merupakan keinginan dari KH A Sadid Jauhari, Ketua Yayasan Al-Falah Assunniyah Kencong Jember. Selain itu, untuk melanjutkan misi dakwah ala Walisongo, khususnya Sunan Ampel dan Sunan Giri. Selebihnya, untuk menempa mentalitas dan jiwa pendidik dari mahasiwa ini.

 

Dalam seminar tentang Sunan Ampel, beberapa tahun silam, sejarawan cum budayawan KH Agus Sunyoto, menjelaskan apabila Ampel Denta, tanah perdikan di Surabaya, menjadi salah satu titik pusat penyebaran dakwah Islam. Sunan Ampel, sang guru agung, menugaskan putra dan menantu, juga para santrinya melakukan dakwah dengan beragam cara, dan menebar di banyak titik wilayah kepulauan di Nusantara.

 

KH Abdul Ghofur Maimoen juga menandaskan apabila, ada indikasi, jika Ampel Denta menjadi kokoh karena dukungan beberapa bangsawan Majapahit yang sudah muslim, juga sokongan saudagar perempuan, Nyai Ageng Pinatih, pemilik kapal-kapal ekspedisi jumbo yang berlayar ke wilayah Nusantara timur. Sang saudagar ini, selain memuat komoditas ekspor, juga mengangkut para santri Sunan Ampel ke wilayah timur. Dalam cerita yang berkembang, Nyai Gede Pinatih inilah yang ‘menemukan’ peti berisi bayi yang terapung di lautan. Bayi ini dinamakan Jaka Samudra, alias Raden Paku, kelak bergelar Sunan Giri. Anak Maulana Ishaq dengan putri raja Blambangan. Semacam ‘Pangeran yang Terbuang’ dalam mitologi berbagai negara, yang akhirnya bisa menjadi raja.

 

Sunan Giri, yang kemudian menjadi santri kinasih Sunan Ampel, kelak melanjutkan proyek Islamisasi wilayah Nusantara Timur. Beliau kemudian mendirikan Giri Kedaton sebagai titik pijak penyebaran Islam. Jika di Sumatera ada Kerajaan Aceh yang punya reputasi politik dan dakwah jempolan, maka di era yang semasa, Giri Kedaton memainkan peranan yang sama. Khususnya pada penguatan jaringan Islam di Nusantara Timur.

 

Dalam salah satu perbincangan, Gurutta Ahmad Baso, penulis yang konsen di penelaahan naskah klasik Nusantara menjelaskan apabila di kemudian hari, Giri Kedaton menjadi sentra pendidikan kaum bangsawan muslim dari wilayah timur. Seorang pangeran bakal dikirim ke Giri, belajar agama dan tata negata, sebelum kemudian dilantik menjadi raja. Raja-raja kepulauan Maluku, Sulawesi dan Sumbawa banyak menempuh pendidikan di Giri Kedaton.

 

Para santri lainnya diutus Sunan Giri menebarkan Islam di Gowa, Tallo, Bali, Sumbawa, Ternate, Banjar dan beberapa kepulauan lain. Termasuk kawasan pesisir Papua. Proses islamisasi di Papua bahkan berjalan penuh tantangan. Habib Mundzir bin Fuad al-Musawa, dalam rihlah dakwahnya di Papua, pernah menuturkan apabila di di tengah perjalanan naik mobil menuju pedalaman, dirinya ketiduran. Di dalam mimpi, beliau didatangi sosok berjubah berwajah Arab, yang mengaku apabila dirinya terbunuh saat berdakwah di kawasan ini ratusan tahun silam. Mimpi yang menyadarkan betapa beratnya medan dakwah di masa lampau.

 

Kembali ke bahasan awal. Giri Kedaton kemudian menjadi perlambang restu bagi para sultan dari berbagai daerah. Tak sah rasanya jika seorang sultan belum mendapatkan legitimasi dari Giri Kedaton. Jika Gajahmada dianggap sebagai "pemersatu" Nusantara melalui kiprah politiknya, maka Sunan Giri bisa disebut sebagai pemersatu melalui kiprah pendidikan dan dakwahnya, sebagaimana pendapat KH. Saifuddin Zuhri dalam "Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia".

 

Argumentasi Kiai Agus Sunyoto dan Gurutta Ahmad Baso di atas dikuatkan dengan tulisan Hilful Fudhul Sirajudin Jaffar. Penulis asal Bima ini mengupas jaringan Walisongo ini dalam 'Jaringan Ulama dan Islamisasi Indonesia Timur'.

 

Buku ini bagus kita telaah untuk membantah anggapan dakwah Islam di luar Jawa hanyalah proyek "Jawanisasi" sebagaimana sinisme beberapa orang, termasuk sahabat saya, Mas Rakhmat Mulyana, dan Mas Adif Sahab, dalam beberapa komentar fesbuknya, yang sayang selalu komentar nyeplos, tidak didukung dengan argumentasi yang kokoh.

 

Berbagai naskah lokal, yang bersumber dari notula dakwah maupun catatan para penulis keraton luar Jawa di masa silam, menunjukkan relasi erat, alih-alih dominasi budaya Jawa atas daerah lain, antara Jawa sebagai sentral dengan kawasan lain sebagai penyangga. Sanad ilmiah, ideologis dan ruhaniah yang tersimpul rapi satu dengan lainnya. Kajian Lontara di Bugis, dari Lontara Gowa, Lontara Wajo, Sangaji Kai, dan sebagainya juga memperkuat pendapat simpul keilmuan yang kukih ini.

 

Kecurigaan, atau sinisme sebagian orang atas "Jawanisasi" yang dilakukan oleh Walisongo dulu, dan para santri Jawa yang berangkat dakwah di luar pulaunya, sekarang, hanyalah asumsi prematur. Dugaan yang mengalami ejakulasi dini. Terburu-buru. Ceroboh. Sebab, dalam buku tersebut Hilful Fudhul sebagai peneliti menyajikan ulasan yang bertumpu pada manuskrip-manuskrip lokal.

 

Pada akhirnya, sebagai Rektor Inaifas, saya selalu memohon dukungan dan doa restu agar program dai mahasiswa ini bisa berjalan secara lancar dan istikamah. Membantu dakwah di kawasan pedalaman maupun kawasan terdepan dari Indonesia. Sebagai upaya mencari remah-remah keberkahan dari jejak para santri Sunan Giri di masa lampau. Dan, menjelang magrib tadi (Kamis, 25/02/2021), Kang Syafri bersama saya sowan terlebih dulu ke Sunan Ampel, semata-mata untuk tabarrukan dan izin menjadi santri ruhaniah beliau sebagai salah satu peletak dakwah di Nusantara.


Editor:

Opini Terbaru