• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 13 Mei 2024

Parlemen

Fauzan Fuadi: Gak Santri, Gak Mbois

Fauzan Fuadi: Gak Santri, Gak Mbois
Fauzan Fuadi, Ketua F-PKB DPRD Jatim. (Foto: NOJ/Totok)
Fauzan Fuadi, Ketua F-PKB DPRD Jatim. (Foto: NOJ/Totok)

Surabaya, NU Online Jatim

Mengaku santri nampaknya saat ini menjadi label keren dengan berbagai poin plus di dalamnya. Image santri yang dulunya dipandang sebelah mata, hanya tau perkara agama, syariah, akidah, dan dianggap krisis perkembangan zaman nyatanya sekarang sudah terbantahkan. 

 

Dengan ditetapkannya tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri oleh Presiden Joko Widodo, mengaku kaum bersarung sepertinya tidak kalah gaul dengan Dilan. Hal tersebut dikatakan Fauzan Fuadi, Ketua F-PKB DPRD Jawa Timur. Pengakuan negara terhadap resolusi jihad yang digaungkan langsung oleh KH Hasyim Asyari menjadi jimat penting peran santri bagi Indonesia. 

 

"Meski sibuk dengan kitab kuningnya, mengaji tiada henti, para santri tidak kalah dengan pasukan perang lainnya. Tentunya berbekal kalimat syahadat dan pasrah kepada Allah. Mereka sukarela mengusir sekutu dari bumi tercinta," kata Fauzan, Senin (25/10)

 

Sebagai santri yang duduk di gedung parlemen Jatim, Fauzan bersama anggota fraksinya yang lain kini memperjuangkan legislasi yang pro terhadap pesantren. Saat ini pihaknya telah menggodok Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) bernama Pengembangan Pondok Pesantren. 

 

Raperda tersebut sebagai bentuk afirmasi dari pemerintah daerah agar pesantren di provinsi ujung timur pulau Jawa ini semakin maju, membubung tinggi tanpa meninggalkan local wisdom di dalamnya. 

 

Bendahara DPW PKB Jatim ini mengakui, perkembangan zaman saat ini 4.0 yang akan beralih pada 5.0 menjadi tantangan baru bagi para santri agar selalu menjadi ujung tombak peradaban. 

 

"Masifnya perkembangan teknologi harus menjadi perhatian khusus bagi para santri. Santri harus lebih maju ketimbang yang lain. Tentunya pemerintah tidak boleh tutup mata akan hal tersebut," ujarnya.

 

Kendati demikian, anggota Komisi C DPRD Jatim ini mengaku gembira saat mendengar kabar bahwa jumlah santri yang mendalami sains dan teknologi kian bertambah. Mereka tersebar di berbagai negara, seperti Jepang, China, Inggris, Belgia, hingga Jerman. 

 

"Ini menjadi bukti, bahwasanya kiai, para ulama bisa memadukan antara agama dan teknologi, tanpa harus ada yang dikorbankan," tuturnya. 

 

Mantan Ketua PMII Malang ini mengatakan bahwa hal tersebut menunjukkan paradigma sains sebagai produk barat, sekular, ataupun ateis sudah bergeser. Meskipun dalam konteks yang sama, ia menegaskan bahwa kita tetap harus berakar kepada tradisi lokal ke-NU-an. 

 

"Sebagaimana disebut dalam sebuah kaidah, melestarikan tradisi lama yang baik dan menerapkan nilai-nilai baru yang lebih baik," tutupnya.


Parlemen Terbaru