• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Parlemen

Hikmah Optimis Kekerasan Seksual terhadap Anak dapat Ditekan

Hikmah Optimis Kekerasan Seksual terhadap Anak dapat Ditekan
Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim, Hikmah Bafaqih pada acara wawasan kebangsaan di Malang. (Foto: NOJ/A Toriq)
Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim, Hikmah Bafaqih pada acara wawasan kebangsaan di Malang. (Foto: NOJ/A Toriq)

Malang, NU Online Jatim
Kekerasan seksual terhadap anak yang marak terjadi di Jawa Timur menjadi atensi tersendiri bagi Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim, Hikmah Bafaqih. Dengan beragam pendekatan, dirinya yakin kekerasan seksual dapat ditekan.
 

Penegasan disampaikannya dalam kegiatan wawasan kebangsaan yang digelar Hikmah di Hotel Grand Mercure Malang, ia memfokuskan pembahasan terkait penekanan angka kejadian kekerasan seksual pada perempuan dan anak. 
 

Ketua Perempuan Bangsa Jatim ini hadir bersama Imam Nahe'i selaku Pengasuh Pondok Pesantren As-Salafiah Sukorejo, Situbondo dan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK) Jatim, Restu Novi Widiani.


“Kekerasan seksual di Jatim terjadi karena beberapa faktor internal dan eksternal,” katanya, Sabtu (29/01/2022).
 

Yang dimaksud adalah baik itu dari lingkungan keluarga maupun dari masyarakat. Termasuk pola pergaulan yang kurang sehat turun menjadi penyebab utama kekerasan seksual terjadi. 
 

Dirinya menyebut baru-baru ini kekerasan terjadi bahkan di dunia pendidikan berbasis agama. Hal tersebut Hikmah sangat disayangkan. Di mana lembaga pendidikan agama yang seharusnya paham akibat kejadian tersebut malah menjadi cirkel yang sebaliknya. 
 

Oleh karenanya, ia katakan pengembangan pesantren dan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) ramah anak harus dikampanyekan dan dimasifkan. 
 

“Kesadaran akan bahaya tindak kekerasan seksual terhadap semua pihak harus terus dibangun, khususnya bagi para tenaga pendidik. Sehingga kampanye tersebut langsung bisa diterima,” ungkapnya. 
 

Dikatakan, penyebab eksternal jauh lebih mewarnai, baik pada diri anak sebagai korban, anak sebagai pelaku, maupun pihak-pihak lain di pesantren dan LKSA sebagai pelaku.
 

Ia menuturkan, sebetulnya lingkungan atau lembaga di mana anak-anak ada dan berkumpul dapat menjadi lokus kekerasan atau tindakan lain yang tidak ramah anak.
 

Dalam data yang diketahuinya, di tahun 2021 saja ada beberapa tempat terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak di Jatim. Yang tertinggi adalah lingkungan rumah tangga dengan 1.111 kasus, disusul fasilitas umum dengan 235 kasus, 45 kasus di sekolah, 19 kasus di tempat kerja, 13 kasus di tempat diklat dan 509 kasus tempat lain. 
 

"Bentuk kekerasan di antaranya 752 kasus terkait kekerasan seksual, 721 psikis, 717 fisik, 238 lainnya, 217 penelan, 32 trafficking dan 35 eksploitasi," paparnya. 
 

Kendati demikian, Hikmah optimis kasus kekerasan seksual pada perempuan dan anak dapat ditekan. Hal tersebut ia katakan dengan adanya keterbukaan terhadap korban untuk melapor. Melakukan pencegahan dengan kampanye aktif serta memberikan pendampingan terapi terhadap para korban. 
 

"Lembaga mana pun bila terkait dengan kasus terhadap anak apalagi kekerasan seksual cenderung akan menutup diri sebab penghakiman publik memang cenderung menimbulkan dampak jangka panjang, demikian pula kurangnya menanamkan efek jera ke pelaku," ujarnya.
 

Dalam kesempatan tersebut hadir juga 125 pengasuh pesantren dan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) se Malang Raya. Kegiatan untuk membangun kesepahaman pesantren dan LKSA yang ramah anak. 


Editor:

Parlemen Terbaru