Pendidikan

Program Mahasiswa KSM Unisma dalam Penguatan Budaya Gotong Royong di Desa

Kamis, 27 Februari 2025 | 10:00 WIB

Program Mahasiswa KSM Unisma dalam Penguatan Budaya Gotong Royong di Desa

Metode pembelajaran interaktif yang mencakup permainan edukatif dan diskusi kelompok oleh KSM Unisma. (Foto: NOJ/Humas)

Malang, NU Online Jatim

Mahasiswa Kandidat Sarjana Mengabdi Tematik (KSM-T) Kelompok 57 Universitas Islam Malang (Unisma) melaksanakan program kerja (proker) bertajuk ‘Mewujudkan Desa Religius dan Berdaya melalui Pemberdayaan, Budaya Gotong Royong, dan TPQ Berbasis Metode Interaktif’ di Desa Wonoayu, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Sabtu (22/02/2025).


Program ini merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan warga melalui penguatan aspek keagamaan, sosial, dan ekonomi. Salah satu elemen utama dalam program ini adalah penguatan budaya gotong royong yang menjadi fondasi kehidupan sosial di desa.


Mahasiswa KSM-T berinisiatif mengajak warga untuk aktif dalam berbagai kegiatan sosial, mulai dari kerja bakti membersihkan lingkungan, pembangunan fasilitas umum, hingga peningkatan solidaritas dalam berbagai acara keagamaan. Melalui kegiatan ini, rasa kebersamaan dan kepedulian sosial diharapkan semakin mengakar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Wonoayu.


Di bidang pendidikan agama, mahasiswa KSM-T menghadirkan inovasi dalam pengajaran di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ). Dengan metode pembelajaran interaktif yang mencakup permainan edukatif dan diskusi kelompok, anak-anak desa menjadi lebih antusias dalam belajar Al-Qur’an.


Inovasi ini tidak hanya meningkatkan pemahaman mereka terhadap ajaran Islam, tetapi juga menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan dan efektif. Selain itu, pelatihan bagi para pengajar TPQ juga diberikan guna meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga peserta didik dapat merasakan manfaat yang lebih besar.


Koordinator KSM-T Kelompok 57 Unisma, Muarif Tul Basyar mengatakan, program ini dirancang untuk memberikan dampak jangka panjang bagi Desa Wonoayu. Ia ingin membangun desa yang tidak hanya religius, tetapi juga mandiri dan berdaya saing.


“Dengan adanya pelatihan keterampilan, penguatan budaya gotong royong, serta sistem pendidikan agama yang lebih inovatif, kami berharap Desa Wonoayu dapat berkembang menjadi contoh bagi desa lain,” ujarnya.


Sementara Kepala Desa Wonoayu, Wina Nurnama menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap dedikasi mahasiswa KSM-T dalam menjalankan program ini. Ia menilai keberadaan mahasiswa sangat membantu dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa.


“Kami sangat bersyukur atas kontribusi mahasiswa KSM-T dalam berbagai aspek pembangunan desa. Semoga program yang telah berjalan ini dapat terus dilanjutkan dan memberikan manfaat bagi generasi mendatang,” ungkapnya.


Masyarakat Desa Wonoayu merespons positif program ini dan berharap kegiatan serupa dapat terus berlanjut di masa depan. Dengan adanya sinergi antara pemberdayaan ekonomi, budaya gotong royong, dan inovasi dalam pendidikan TPQ, Desa Wonoayu semakin berkembang menjadi desa yang religius, mandiri, dan berdaya saing.


Keberhasilan program ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara akademisi dan masyarakat mampu menciptakan perubahan positif yang berkelanjutan.